Penulis: Guntur Prakoso YuwonoÂ
Nim : 003251027
KH. Abdul Kahar Muzakir: Teladan Pancasilais dari Panitia Sembilan
Perjalanan menuju kemerdekaan Indonesia bukan hanya soal pertempuran fisik, tapi juga soal perdebatan ide dan gagasan besar tentang dasar negara. Dalam proses ini, lahirlah Panitia Sembilan yang bertugas merumuskan landasan Indonesia merdeka. Salah satu tokohnya adalah KH. Abdul Kahar Muzakir, seorang ulama dan intelektual Muslim yang perannya sering luput dari perhatian. Padahal, beliau punya kontribusi yang besar, terutama dalam memperjuangkan nilai Ketuhanan sekaligus menjaga persatuan bangsa.
Karakter KH. Abdul Kahar Muzakir
KH. Abdul Kahar Muzakir dikenal sebagai sosok yang sederhana, religius, dan punya pandangan luas. Ia tidak hanya seorang ulama, tapi juga seorang pendidik. Beliau bahkan tercatat sebagai rektor pertama Universitas Islam Indonesia (UII). Karakternya yang terbuka membuatnya bisa menjembatani nilai-nilai Islam dengan modernitas tanpa menimbulkan pertentangan.
Alasan Disebut Pancasilais
KH. Abdul Kahar Muzakir disebut pancasilais karena nilai-nilai yang beliau pegang sejalan dengan sila-sila dalam Pancasila. Misalnya, ia menekankan pentingnya nilai Ketuhanan sebagai fondasi moral bangsa. Ia juga menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dengan tidak membeda-bedakan orang. Dalam hal persatuan, beliau sangat konsisten mendorong agar perbedaan pandangan tidak membuat bangsa ini terpecah.
Peran dalam Perumusan dan Lahirnya Pancasila
Kontribusi terbesarnya terlihat saat ia ikut merumuskan Piagam Jakarta pada 22 Juni 1945. Ia termasuk tokoh yang mendukung masuknya tujuh kata dalam sila pertama: "dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya." Namun, ketika kemudian tujuh kata itu dihapus demi menjaga persatuan, beliau bisa menerima keputusan tersebut. Itu bukan hal kecil. Sebagai tokoh Islam, beliau tentu ingin agamanya mendapat porsi penting, tetapi ia menunjukkan sikap besar hati dengan mendahulukan kepentingan bangsa.