Mohon tunggu...
Guntur Prakoso Yuwono
Guntur Prakoso Yuwono Mohon Tunggu... Mahasiswa universitas Airlangga

Hobi bermain catur, memiliki minat dalam bisnis, Ingin mengembangkan skill pada masa kuliah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Peranan KH. Abdul Kahar Muzakir Dalam Panitia Sembilan

22 September 2025   22:23 Diperbarui: 22 September 2025   23:03 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: KH. Abdul Kahar Muzakir (source: Muhammadiyah)

Penulis: Guntur Prakoso Yuwono 

Nim : 003251027

KH. Abdul Kahar Muzakir: Teladan Pancasilais dari Panitia Sembilan

Perjalanan menuju kemerdekaan Indonesia bukan hanya soal pertempuran fisik, tapi juga soal perdebatan ide dan gagasan besar tentang dasar negara. Dalam proses ini, lahirlah Panitia Sembilan yang bertugas merumuskan landasan Indonesia merdeka. Salah satu tokohnya adalah KH. Abdul Kahar Muzakir, seorang ulama dan intelektual Muslim yang perannya sering luput dari perhatian. Padahal, beliau punya kontribusi yang besar, terutama dalam memperjuangkan nilai Ketuhanan sekaligus menjaga persatuan bangsa.

Karakter KH. Abdul Kahar Muzakir

KH. Abdul Kahar Muzakir dikenal sebagai sosok yang sederhana, religius, dan punya pandangan luas. Ia tidak hanya seorang ulama, tapi juga seorang pendidik. Beliau bahkan tercatat sebagai rektor pertama Universitas Islam Indonesia (UII). Karakternya yang terbuka membuatnya bisa menjembatani nilai-nilai Islam dengan modernitas tanpa menimbulkan pertentangan.

Alasan Disebut Pancasilais

KH. Abdul Kahar Muzakir disebut pancasilais karena nilai-nilai yang beliau pegang sejalan dengan sila-sila dalam Pancasila. Misalnya, ia menekankan pentingnya nilai Ketuhanan sebagai fondasi moral bangsa. Ia juga menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dengan tidak membeda-bedakan orang. Dalam hal persatuan, beliau sangat konsisten mendorong agar perbedaan pandangan tidak membuat bangsa ini terpecah.

Peran dalam Perumusan dan Lahirnya Pancasila

Kontribusi terbesarnya terlihat saat ia ikut merumuskan Piagam Jakarta pada 22 Juni 1945. Ia termasuk tokoh yang mendukung masuknya tujuh kata dalam sila pertama: "dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya." Namun, ketika kemudian tujuh kata itu dihapus demi menjaga persatuan, beliau bisa menerima keputusan tersebut. Itu bukan hal kecil. Sebagai tokoh Islam, beliau tentu ingin agamanya mendapat porsi penting, tetapi ia menunjukkan sikap besar hati dengan mendahulukan kepentingan bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun