Mahasiswa KKN BBK 6 Universitas Airlangga (UNAIR) melaksanakan kegiatan penyuluhan dan praktik langsung pembuatan pembuatan sekam bakar ramah lingkungan di Desa Sumberagung, Kecamatan Modo, Kabupaten Lamongan pada Senin (28/07/2025). Kegiatan ini bertujuan mengurangi dan mendaur ulang limbah sekam sesuai dengan SDGs poin 12 yaitu Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab (Responsible Consumption and Production).
“Melihat Desa Sumberagung,, Kecamatan Modo, Kabupaten lamongan sebagian besar lahan pertanian ditanami padi, maka tidak bisa dipungkiri lagi banyaknya limbah sekam hingga menggunung, saya berpikir bagaimana cara agar limbah sekam dapat diolah supaya lebih bermanfaat dan bernilai jual” Ujar Ferdiansyah Mahasiswa Universitas Airlangga Prodi Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik selaku pembicara pada sosialisasi Baserga.
Kegiatan ini mengusung metode “Bakar Sekam dengan Cerobong Jaring Kawat” yang dinilai lebih efisien dalam waktu dan pemerataan pembakarannya. Jika pembakaranya tanpa menggunakan cerobong jaring kawat, maka berakibat pembakarannya kurang merata dan bisa menjadi abu.
Penyuluhan dilakukan dilakukan untuk memperkenalkan cara memanfaatkan limbah sekam padi yang melimpah di desa agar memiliki nilai guna lebih sebagai media tanam organik.
Peserta kegiatan adalah para kader lingkungan dan warga sekitar sebagai bagian dari upaya memanfaatkan limbah pertanian berupa sekam yang kerap menumpuk setiap musim panen.
Sekam padi yang biasanya dibuang begitu saja kini bisa dimanfaatkan sebagai arang sekam, media tanam yang berguna dalam dunia pertanian dan pertamanan. Selain mengurangi volume limbah, hasil pembakaran ini juga bisa dijual, sehingga mendukung peningkatan ekonomi warga Desa Sumberagung.
Teknik pembakaran sekam dalam program BASERGA menggunakan alat sederhana namun efektif. Sebuah cerobong dari jaring kawat dibentuk menyerupai tabung dan diletakkan di tengah tumpukan sekam. Kemudian, kertas dibakar dan dimasukkan ke dalam cerobong untuk memulai pembakaran dari dalam. Sekam disusun mengelilingi cerobong hingga menyerupai gunungan, sehingga menghasilkan pembakaran lambat yang optimal.
“Pembakaran sekam bakar untuk media tanam harus dilakukan pengecekan secara berkala setiap 2 atau 3 jam sekali lalu bagian bawah yang warnanya masih belum hitam ke abu abuan, bisa digeser keatas agar pembakaran merata” Ujar Ferdiansyah. Jika terlalu lama dalam pembakaran, maka tidak bisa dikatakan sekam bakar untuk media tanam karena sudah menjadi abu dan sudah tidak berbentuk sekam.
Penulis : Ferdiansyah Pradana Putra KKN BBK 6 Universitas Airlangga Sumberagung 2025
Editor dan Pembimbing: Dr. Hanik Badriyah Hidayati, dr., Sp.N., F-MIN., Subsp. NN., COMSK., AIFO-K.