Mohon tunggu...
Tsalitsa Masud
Tsalitsa Masud Mohon Tunggu... Freelancer - Lisa

Kalau tidak bisa melakukan semua, jangan tinggalkan semua, yang bisa kita lakukan Do it your best.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Peran Orang Tua untuk Anak Autisme

19 November 2019   23:05 Diperbarui: 19 November 2019   23:13 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mendengar kata "Autisme"pasti terdengar tidak asing lagi di telinga kita, apasih Autisme itu? Autisme adalah gangguan (syaraf dandan perilaku) pada seorang dengan karakteristik kesulitan komunikasi dan sosialisasi dengan orang lain, karena biasanya autisme muncul saat bayi dan awal kanak-kanak. yang menjadikan anak tidak mampu berteman dengan sebayanya seperti anak pada umumnya. Anak seperti ini butuh perhatian khusus dari orang-orang di sekitar khususnya orang tua. Anak  autis memiliki pandangan kosong atau tidak fokus,  bila diajak bicara dia tidak merespon dan hanya fokus dengan dunianya sendirinya.

Sedikit dari pengalaman saya, kebetulan ibu saya merintis TK dan program di TK  terdapat TPA (Tempat Penitipan Anak) dan ada orang tua yang menitipkan anaknya ke ibu saya, yang ternyata anak tersebut autis, namanya Haninda. Waktu dirumah saya,  anak itu diam saja. Awalnya saya biasa saja karena bukan pertama kali ibu saya mengasuh anak. Kemudian anak tersebut saya ajak bicara "ayo, sini lihat film di laptop", dan dia tidak merespon ucapan saya bahkan menoleh ke saya juga tidak, malah dia berbicara sendiri dan lompat-lompat. Kemudian saya bertanya ke ibu saya "bu, Haninda ini kenapa?kok saya setiap bicara dengannya dia gak merespon ucapan saya", dan ibu saya memberitahu sambil berbisik, kalau dia itu autis. 

Ibu Haninda sering berkeluh kesah ke ibu saya, memberitahu kalau dia sulit sekali tidur, sulit makan bahkan tidak makan sama sekali, dan inginnya bermain, kalau mainannya diambil dia pasti marah-marah . Apalagi orang tuanya pekerja semua, makanya dia dititipkan di ibu saya. Jadi setiap di rumah ibu saya memberi contoh pada dia,  misalnya "ini kursi, untuk duduk" selalu ibu saya memberitahu berulang ulang meskipun dia tidak menggubris sama sekali. Dan harus dipaksa tidur dan makan meskipun gak mau agar bisa terbiasa, awalnya sulit tetapi lama kelaman dia mulai bisa tidur dan mau makan meskipun sedikit. Dan waktu dia tidur ibu saya terus membacakan al qur'an di telinganya.

Ada kekurangan pasti ada kelebihan, anak autis kebanyakan mempunyai kelebihan pintar dalam berbahasa inggris, berhitung. Terbukti, seperti halnya Haninda, dia lancar dalam berbicara bahasa inggris, bila belajar membaca, berhitung itu sangat cepat , yang temannya belum bisa tetapi dia sudah bisa dulu dan sangat lancar. Dan alhamdulillah sekarang dia bisa berbaur dengan teman sebayanya. 

Tidak mudah menjadi orang tua dari anak yang autis, orang tua harus  super sabar dalam menghadapi  anaknya dengan segala tingkahnya. Dan membutuhkan partisipasi, perhatian lebih  dan juga peran aktif orang tua dalam banyak hal terkait dalam proses terapi.  Dari situ saya mulai paham bagaimana anak autis itu. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun