Mohon tunggu...
088_reydo adjisapriyatna
088_reydo adjisapriyatna Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa hubungan internasional

treveling

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gerakan Anti Feminisme di Indonesia

30 Agustus 2022   17:37 Diperbarui: 30 Agustus 2022   17:39 632
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Gerakan feminisme di Indonesia telah berkembang sejak masa penjajahan kolonial Belanda, yakni sekitar akhir abad ke-18. Gagasan yang dibawakan ialah menginginkan tuntutan terhadap penegakan keadilan dan jaminan hak-hak atas perempuan. Seiring berjalannya waktu, berbagai ideologi baru juga muncul untuk merespon gerakan feminisme ini. Salah satunya adalah gerakan anti feminisme.

Gerakan anti feminisme menekankan penolakan terhadap gagasan yang dibawakan gerakan feminisme karena mereka melihat bahwa hal tersebut telah bertentangan dengan agama. Di samping itu, anti feminisme menganggap gagasan feminisme dapat menyalahi aturan kodrat laki-laki dan perempuan sehingga hal tersebut justru dapat memicu konflik, bukan penyelesaian atas segala permasalahan sosial yang ada.

Kehadiran gerakan anti feminisme di Indonesia semakin menguat di tahun 2019. Gerakan tersebut bernama Indonesia Tanpa Feminis yang kemudian ramai diberitakan di media sosial. Hadirnya gerakan anti feminisme ini pun pada akhirnya mengundang beragam komentar dari masyarakat, mulai dari yang pro hingga kontra. 

Indonesia Tanpa Feminis melayangkan penolakan terhadap gagasan feminism melalui gagasan "tubuhku bukan milikku, melainkan milik Allah SWT". Kampanye yang dibawakan gerakan satu inipun berujung perdebatan panjang antara feminism dan anti feminism terkait peranan perempuan di negara dengan mayoritas muslim terbesar di dunia, utamanya Indonesia.

Gerakan Indonesia Tanpa Feminis ini semakin berkembang hingga masa sekarang ini. Berdasarkan sejumlah sumber yang ada, pada umumnya gerakan melawan feminism yang hadir di Indonesia ini berasal dari golongan perempuan muslimah konservatif yang sangat memegang teguh ajaran Islam. 

Gerakan ini juga bahkan menggunakan perkembangan teknologi dan informasi dengan sangat baik untuk mengumpulkan anggota baru sebagai sumber kekuataannya. 

Hal ini dibuktikan dengan akun sosial media Instagram bernama Indonesia Tanpa Feminis yang telah diikuti oleh ribuan pengikut dengan berbagai konten yang menyuarakan suaranya, penolakan kehadiran feminism di Indonesia.

Gerakan anti feminisme ini bahkan mengkampanyekan gerakan anti RUU-Penghapusan Kekerasan Seksual karena mereka menilai regulasi tersebut hanya sebagai proyek kaum feminis untuk melegalkan budaya seks bebas.

 Tuntuan tersebut pun dibawa oleh gerakan Indonesia Tanpa Feminis ini ke meja Dewan Perwakilan Rakyat hingga Mahkamah Konstitusi, dengan menuntut untuk diciptakannya regulasi terkait larangan berhubungan seksual di luar nikah.

Sejumlah aktivis perempuan Indonesia, seperti Kalis Mardiasih merespon kemunculan gerakan anti feminisme ini. 

Ia menyatakan "Karena Allah menitipkan tubuh kepadaku, maka aku wajib menjaga tubuhku dengan baik, yaitu dengan kesadaran sepenuhnya bahwa tubuhku punya hak: hak kesehatan reproduksi, hak cuti menstruasi & hamil, hak akan rasa dengan tidak menerima diskriminasi, pelecehan dan kekerasn," tulis Kalis sebagaimana dikutip dari laman DW.com.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun