Yamin sendiri adalah orang yang bukunya dijadikan sebagai rujukan utama dan dianggap paling otentik ketika membicarakan proses kelahiran Pancasila. Buku Naskah Persiapan UUD 1945 yang terdiri dari tiga jilid karangan Yamin ini didasarkan pada suatu draft salinan notulensi rapat BPUKI. Salinan notulensi rapat BPUPKI sendiri hanya berjumlah dua buah saja. Satu buah berada di Belanda karena dirampas dari A.G. Pringgodigdo ketika Agresi Militer Belanda pertama. Satu buah lagi disimpan oleh saudara kandung A.G. Pringgodigdo yakni A.K. Pringgodigdo.
Naskah yang disimpan A.K. Pringgodigdo ini kondisinya baik. Naskah inilah yang dipinjam oleh Yamin untuk kepentingan risetnya. Hingga buku Naskah Persiapan UUD 1945 selesai ditulis, satu-satunya salinan yang dimiliki Indonesia ini tak pernah dikembalikan oleh Yamin. Praktis, buku Naskah Persiapan UUD 1945-nya Yamin dijadikan satu-satunya acuan untuk membahas hari lahir Pancasila.
Kembali ke argumentasi Nugroho mengenai peran utama Sukarno, Supomo, Yamin dalam menggali Pancasila. Nugroho menyatakan butir-buti Pancasila sekarang ini tak sama dengan butir-butir sila pidato tanpa teksnya. Namun tak dapat dipungkiri Soekarno pernah mengatakan :
"Namanya bukan Panca Dharma, tetapi - saya namakan ini dengan petunjuk seorang teman kita ahli bahasa namanya ialah Panca Sila. Sila artinya azas atau dasar, dan di atas kelima dasar itulah kita mendirikan Negara Indonesia, kekal dan abadi".
Banyak sejarawan menafsirkan ahli bahasa ini adalah Yamin. Yamin saat itu memang disegani oleh semua peserta rapat karena kejelian dan ketelitian serta keahliannya dalam menggali makna dari kitab berbahasa Sanskerta seperti Negarakertagama. Walaupun beliau bergelar Mr. yang berarti sarjana hukum, Yamin tetaplah dianggap ahli bahasa kuno karena pembelajaran otodidaknya. Akan tetapi yang perlu digarisbawahi adalah teks yang dibaca Yamin ketika berpidato saat itu sangatlah pendek.
Banyak pihak memperkirakan lamanya Yamin membaca teks itu hanya kurang dari 20 menit saja. Tentu ini adalah pidato yang singkat. Patut diketahui bahwa pada tanggal 29 itu, Yamin bersama enam pembicara lainnya hanya diberi waktu berpidato selama 120 menit saja. Sehingga, banyak pihak yang membantah argumen Nugroho ini menyimpulkan bahwa Yamin membesar-besarkan peranannya dalam perumusan Pancasila.
Terlepas dari semua argumen perjalanan dalam menentukan hari lahir Pancasila tersebut, mari kita resapi tanggal 1 Juni 2020 sebagai hari Lahir Pancasila dengan khidmat. Kita patut berterima kasih kepada Presiden Joko Widodo yang sudah menghadirkan kembali peringatan hari Lahir Pancasila ini sejak 2017. Diharapkan semua elemen bangsa tetap melestarikan nilai-nilai luhur Pancasila abadi selamanya.
Sumber Bacaan :
Buku dan Jurnal
Asshiddiqie, Jimly. 2008. Ideologi, Pancasila, Dan Konstitusi. Jakarta.
Hidayat, Ferry. 2017. Pancasila. Perspektif Pendiri RI dan Problematikanya. Bekasi : STIBA Pertiwi
