Jakarta, 29 April 2025 -- Pendidikan Indonesia sedang berada di persimpangan. Di satu sisi, ada upaya inovatif untuk memajukan sistem pendidikan; di sisi lain, tantangan seperti menyontek, ketimpangan, dan literasi rendah masih membayangi. Berbagai kebijakan dan isu terkini mencerminkan dinamika kompleks dalam dunia pendidikan Tanah Air.
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti menunjukkan komitmen untuk memodernisasi pendidikan. Salah satu langkah besar adalah rencana melatih 1 juta guru untuk menguasai coding dan kecerdasan buatan (AI) bersama mitra seperti Google. "Ini adalah investasi untuk masa depan," ujar Abdul Mu'ti, seperti dikutip dari Radio Elshinta. Langkah ini diharapkan mempersiapkan generasi muda menghadapi era digital.
Namun, inovasi ini kontras dengan tantangan integritas. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melaporkan penurunan Skor Integritas Pendidikan 2024. Praktik menyontek, gratifikasi, dan penyalahgunaan dana BOS masih marak di sekolah dan kampus. Abdul Mu'ti menegaskan akan memperbaiki sistem pembelajaran untuk mengatasi budaya menyontek, tetapi perubahan ini membutuhkan waktu dan komitmen bersama.
Kontroversi juga muncul dari rencana Kemendikdasmen untuk mengembalikan penjurusan IPA, IPS, dan Bahasa di SMA. Guru Besar Universitas Airlangga, Tuti Budirahayu, mengkritik kebijakan ini sebagai langkah mundur. "Sistem penjurusan usang dan tidak relevan dengan kebutuhan zaman yang multidisiplin," katanya, seperti dilansir Detik.com. Sementara itu, rencana pembentukan sekolah unggulan dan sekolah rakyat menuai pro dan kontra karena dikhawatirkan memperlebar kesenjangan pendidikan.
Tantangan literasi juga menjadi sorotan. Di Buleleng, Bali, ratusan siswa SMP masih kesulitan membaca dan menulis. Sekolah-sekolah setempat kini memberikan pelajaran tambahan, tetapi masalah ini mencerminkan ketimpangan akses pendidikan di daerah. Di sisi lain, isu seperti penghapusan zonasi, dugaan kebocoran soal UTBK, dan rencana penghapusan Kurikulum Merdeka memicu kekhawatiran tentang arah pendidikan nasional.
Di tengah tantangan ini, ada pula langkah diplomasi pendidikan. Presiden Prabowo Subianto mengundang pemuda Fiji untuk belajar di Indonesia, khususnya di bidang teknik dan vokasi, sebagai bagian dari kerja sama antarnegara. Langkah ini menunjukkan potensi Indonesia sebagai pusat pendidikan regional.
Pendidikan Indonesia membutuhkan keseimbangan antara inovasi dan penyelesaian masalah mendasar. Tanpa komitmen untuk mengatasi ketimpangan dan integritas, langkah maju seperti pelatihan AI atau penjurusan baru berisiko tidak optimal. Masyarakat, pemerintah, dan pendidik harus bersinergi untuk menciptakan sistem pendidikan yang inklusif dan bermutu.
Sumber: Detik.com, Radio Elshinta, Kompas.com, CNN Indonesia, ANTARA News
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI