Pendidikan bagi Masyarakat Sederhana
Oleh: Muhammad Irkham Qurrota Aini (Jepara)
Masyarakat sederhana adalah sebutan bagi sekumpulan orang yang hidup secara berkelompok di sebuah lingkungan yang kecil atau daerah yang terpencil.Â
Mereka hidup dengan berpegang teguh pada ajaran pendahulu mereka yang kental dengan ilmu religius, sehingga menjadikan mereka memiliki keterikatan emosional yang sangat erat antar sesama, dan hal tersebut menjadi alasan terciptanya tingkat  kerukunan dan interaksi sosial yang sangat tinggi dibandingkan dengan masyarakat modern.Â
Masyarakat sederhana sering dijumpai di lingkungan pedesaan yang dalam kegiatan sehari-hari mereka tidak pernah lepas dari kegiatan keagamaan dan adat istiadat daerahnya.Â
Oleh karena itu, lambat laun kegiatan sehari-hari yang telah mereka jalani selama bertahun-tahun menjadi suatu kebiasaan yang menjadikan masyarakat sederhana sangat terikat dengan tingkat religiusitas yang tinggi.Â
Selain itu, masyarakat sederhana juga memiliki tingkat interaksi sosial antar warga yang sangat tinggi dan itu tercerminkan dalam semarak kebersamaan dalam kegiatan-kegiatan yang selalu dilaksanakan secara beramai-ramai.Â
Tingkat interaksi sosial antar warga tersebut dipengaruhi oleh suatu faktor tertentu, yakni masyarakat sederhana yang tumbuh dan berkembang di suatu wilayah yang sempit dan terisolasi dari dunia luar. Jadi intinya masyarakat sederhana tumbuh dan berpegang teguh pada pemikirannya sendiri tanpa tergoyahkan oleh budaya dari luar daerahnya.
Masyarakat sederhana memiliki model kegiatan dan bentuk hubungan yang sangat mencerminkan sikap gotong royong masyarakat Indonesia. Hal itu disebabkan hampir dalam hal apapun, mereka selalu mengutamakan asas kekeluargaan, namun karena itu juga masyarakat sederhana malah akan cenderung kesulitan untuk melakukan sesuatu tanpa saling membantu.Â
Selain itu, berbeda dari masyarakat modern, kebanyakan orang dari masyarakat sederhana sudah ikut serta secara aktif dalam kehidupan bermasyarakat sejak dini, yang dikarenakan mereka diberi harapan dapat memiliki rasa tanggungjawab sesuai dengan kekuatan dan pengalamannya.Â
Dalam lingkungan hidupnya, masyarakat sederhana menganggap kurang perlunya ilmu pendidikan yang terspesialisasi, akibatnya mereka berpikir bahwa tidak ada perlunya untuk membangun suatu institusi pendidikan atau sekolah.Â