Mohon tunggu...
Zulfaisal Putera
Zulfaisal Putera Mohon Tunggu... Administrasi - Budayawan, Kolumnis, dan ASN

Berbagi dengan Hati

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

(Harus) Tahu Irama Gendang

6 Juni 2016   00:28 Diperbarui: 6 Juni 2016   00:59 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto dokumen pribadi ZF

ettres sur la danse et les ballets adalah sebuah karya tari balet yang sangat berpengaruh pada abad ke-18. Tari ini dianggap sebagai perintis ballet d’action yang menjadikan balet sebagai bentuk drama yang serius yang setara dengan opera. Penari harus mengekspresikan karakter dan menampilkan narasi cerita Sebelumnya tari balet hanya sebatas ballet d’cour yaitu sekadar dansa sosial yang dilakukan bersama seni lainnya oleh para ningrat Prancis.

Tari Lettres sur la danse et les ballets yang diciptakan tahun 1760 ini mengantarkan koreografernya Jean-Georges Noverre (1727 – 1810) menjadi menonjol di antara pencipta tari lainnya pada masa itu hingga dijuluki sebagai Bapak Balet Modern. Momentum kelahiran Jean-Georges Noverre, 29 April, akhirnya diusulkan sebagai Hari Tari se-Dunia (Word Dance Day) oleh International Dance Committee of the International Theatre Institute.

Usulan itu diterima lembaga tari internasional (Counseil Internasional de la Danse) dan ditetap sejak Tahun 1982. Tujuannya untuk mengajak warga dunia berpartisipasi untuk menampilkan tarian negara mereka yang beragam. Sejak itulah, setiap tahunnya, seorang koreografer dan penari ternama diundang untuk menyampaikan sebuah pesan tari untuk dunia “International Dance Day Message”.

Pesan pentingnya adalah agar seluruh dunia merayakan tari, merombak universalitas dari sebuah bentuk seni, untuk melintasi berbagai rintangan politik, budaya dan etnis serta membawa seluruh bangsa dunia kepada satu bahasa yang sama yaitu tari. Pesan ini pun sampai ke Indonesia sehingga negeri ini pun juga ikut merayakan Hari Tari se-Dunia dengan berbagai agenda.

Tahun 2015 ini perayaan terbesar diadakan di kota Solo. Kota yang banyak melahirkan penari terkemuka Indonesia ini menggelar “Solo 24 Jam Menari”. Menghadirkan 3000 penari dari seluruh Indonesia, bergerak dari halaman ISI, sejak pukul 6 pagi. Sementara di banua, ada dua penyelenggaraan. Pertama, di Taman Budaya Kalsel (29/4) dengan menampilkan 12 grup tari. Kedua, di depan Minggu Raya, Banjarbaru (8/5) dengan puluhan grup tari dan tampilan seni lainnya.

Tari bukanlah sekadar gerak berirama. Tari juga pnyelaraskan hati dengan apa yang ingin dipertunjukkan. Bahkan menurut sejarahwan seni dan etnolog, pencapaiannya sudah jauh melebihi semua cabang seni, bahkan science sekalipun. Di zaman pra-sejarah, saat seni rupa masih begitu liar dan puisi belum ada, tradisi tari masyarakat sudah tinggi, rumit, dan indah. Segala ekspresi seni saat itu diwujudkan dengan tari.

Tari juga bukanlah sekadar sebuah seni. Tari adalah kehidupan sendiri. Jika teater menjadi miniatur dari kehidupan, maka tari adalah kehidupan itu sendiri. Sebuah tarian mengandung banyak filosofis yang menjadi ajarah dalam kehidupan. Segala persoalan dan pengalaman hidup dicurahkan dalam medium gerak tubuh penari, bahkan saat diam sekali pun.

Satu hal yang menjadi ajaran penting dari sebuah tari adalah bahwa sehebat apa pun penarinya, dia harus tetap mampu menyesuaikan dirinya terhadap sistem yang menyertainya. Seperti kehidupan mengajarkan agar siapa pun dirimu akan tetap bergantung dengan orang lain dan kita harus pandai menyiasatinya. Ya, penari yang baik (harus) tahu irama gendang. ***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun