Mohon tunggu...
Zia Mukhlis
Zia Mukhlis Mohon Tunggu... Jurnalis - Pemerhati Pendidikan dan Sosial Budaya

Jurnalis Lepas

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Oposisi Tunggal Tanpa Singgasana

26 Januari 2020   07:23 Diperbarui: 26 Januari 2020   07:40 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik adalah pembicaraan yang paling renyah saban hari ini. Seolah tren topik berita adalah politik. Padahal ada banyak tema lain yang bisa disuguhkan kepada masyarakat. Tetap saja 100 dari 90 berita adalah politik. Parahnya berita bencana dijadikan alat untuk menutupi suatu kejahatan politik. Dan masyarakat pun begitu latah saat berbicara soal politik. Entah itu suatu yang positif atau itu suatu yang tak ada faedahnya.

Dengan berakhirnya kontestan pemilihan presiden 2019 kemarin maka ini adalah babak baru untuk presiden yang terpilih. Sudah lebih 100 hari presiden Jokowi memimpin negara ini di periodenya yang kedua. Dan kita masih bertanya apa yang sudah dia perbuat. Menjadi hal yang disayangkan saat Prabowo masuk ke dalam kursi pemerintahan padahal ia punya peran yang bagus sebagai seorang oposisi.

Pertarungan politik tak akan habis walau kekuasaan telah dimenangkan oleh pihak yang satu. Malahan pertarungan akan semakin gencar saat salah satu pihak kalah. Dan kini kita bertanya siapa figur yang bisa kita jadikan sebagai corong dari oposisi.

Tentu figur oposisi yang dimaksud adalah figur yang bisa bermain secara oposisi politik kekuasaan bukan sekedar oposisi lawan pemerintah seperti yang dilakukan masyarakat atau mereka yang tidak punya kekuasaan. Daya serang oposisi yang memiliki otoritas politik akan sangat berbeda dengan hanya masyarakat yang mengkritik pemerintahan karena akan mencabut subsidi gas melon. Oposisi politik itu seperti partai politik, pejabat politik dan mereka yang selalu berkecimpung di dunia perpolitikan. Adakah itu hari ini partai, pejabat yang beroposisi?

Dulu kita punya suara-suara vokal yang menyuarakan aspirasi masyarakat dan beroposisi dengan gencar. Layaknya Fahri Hamzah dan Fadli Zon. Kini keduanya bungkam dan hilang dari panggung politik, suaranya membisu. Fahri Hamzah seolah kehilangan taring sejak tidak menjadi anggota DPR lagi. Lalu Fadli Zon yang membisu entah sejak pemimpinnya Prabowo masuk ke pemerintahan. 

Secara tidak langsung hilangnya oposisi hari ini berdampak pada ketidak stabilan  demokrasi kita. Tak adanya penyeimbang pemerintah yang memiliki otoritas besar dalam kekuasaan dan politik. Hilangnya alarm pengingat atas setiap pelanggaran kekuasaan. Bekunya suasana politik yang hanya didominasi oleh satu pemain. Kini ketimpangan itu begitu jelas. Dan kita bersyukur ada pemain abadi yang selalu memainkan perannya dari dulu hingga sekarang sebagai oposisi, manusia yang tak memiliki jabatan kekuasaan, Rocky Gerung.

Rocky gerung menjadi toa aspirasi masyarakat hari ini. Ia menjadi oposisi tunggal yang menyerang pemerintah dengan giatnya. Entah berapa banyak lawannya yang memihak pemerintah berhasil ia telanjangi di depan umum. Berapa pejabat telah ia patahkan argumennya saat berdebat di setiap stasiun TV. Dan ia selalu menyuarakan aspirasi masyarakat yang tak pandai untuk bersilat lidah mengahadapi kelicikan lidah pemihak pemerintah.

konsistennya dengan kebenaran yang ia yakini menjadikannya kokoh tak tergoyahkan. Kebersihannya dari kepentingan membuat posisinya tak terbantahkan. Seolah suara yang keluar dari mulutnya memang  suara rakyat, toh ia juga rakyat. Data dan fakta lapangannya berhasil menyumbat mulut maniak penguasa. Semua argumen lawan ia preteli dan injak-injak. Dan berhasil mendidik masyarakat untuk menjadi seorang oposisi yang cerdas.

Masyarakat tentu pandai menilai mana yang benar dan mana yang kemunafikan. Mana yang berisi dan mana yang formalitas berbicara. Mana yang menyuarakan aspirasi dan mana yang cari muka. Dan kekosongan oposisi itu telah diisi oleh Rocky Gerung sang oposisi tunggal tanpa singgasana.

Kini masyarakat semakin giat dibuatnya. Setiap peristiwa baru masyarakat menunggu tanggapan dari Rocky Garung. Indonesia Lawyers Club (ILC) tak lengkap tanpa Rocky gerung. Tanggapannya selalu menggelitik dan menghinakan, acap membuat terpikal dan angguk setuju. 

Ia juga seorang yang pandai beretorika, logikanya bagus dan konsisten mengajak berpikir rasional. Inilah oposisi yang menjadi angin segar masyarakat. Kepadanya suara itu tersambungkan. Dan komentarnya dinanti. Bahkan kita lebih menanti tanggapannya dari pada tanggapan penguasa. Prediksinya acap tepat. "Tunggu saja momentumnya", seolah ia berbicara demikian untuk pembacaannya di masa depan.   

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun