Mohon tunggu...
Zahid Paningrome
Zahid Paningrome Mohon Tunggu... -

Creative Writer zahidpaningrome.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Me & Talia

12 Juli 2017   07:03 Diperbarui: 12 Juli 2017   07:08 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Bagaimana kata-kata telah membuat banyak orang jatuh cinta dengan mudah, tanpa batasan, tanpa prasangka." Kalimat itu adalah kesimpulanku saat Talia pada akhirnya masuk ke duniaku. Aku tak butuh banyak modus untuk membuatnya mendekat, tak butuh banyak gombalan tragis yang banyak dilakukan kebanyakan pria saat ini. Cukup saat Talia membaca salah satu tulisanku, umpan telah dimakan, aku tinggal menariknya cepat-cepat.

Aku tak pernah paham bagaimana Tuhan menciptakan konstelasi pikiran para wanita, dia subtil, namun kesubtilannya terasa dibuat-buat, sekejap menjadi seorang putri, sekejap menjadi makhluk paling menyebalkan di dunia. Banyak wanita tak bisa memahami perannya, banyak yang keliru memahami apa itu feminisme. Kebanyakan wanita terlalu sering mempersempit pemikirannya, tak sadar bahwa di mata orang lain itu bisa diartikan sebagai golongan terendah makhluk hidup---sengaja merendahkan diri.

Aku mengetahui hubungan antara Ed & Talia, mereka terlihat romantis, namun sejatinya tidak---setidaknya bagiku. Wanita era ini memang perlu membaca tulisan dari Daniel Defoe tentang "Pendidikan Kaum Wanita," tulisan itu dibuat tahun 1719 dan masih sangat relevan untuk dibaca. Bahwa ada yang memerjuangkan hak wanita, hingga harus memertaruhkan nyawa, namun kenyataan sekarang, sejarah itu hanya menjadi omong kosong, yang sialnya dilakukan oleh kaum itu sendiri.

Aku ingin merasakan satu peran yang belum pernah kucoba sejak dulu. Dan aku mengambil kesempatan saat Talia secara tidak langsung menjalin hubungan dengan Ed. Peran yang tak disukai banyak orang, peran yang membuat banyak orang tak lagi mau merasakan apa itu cinta. Aku tak menganggap Ed adalah orang ketiga dalam hubungan kami. Aku harus bilang, orang ketiga itu adalah aku.

Talia menceritakan semuanya tentang apa pun yang dia lakukan bersama Ed, sejak berkenalan hingga Talia memutuskan meninggalkan ruang tidur Ed. Talia bercerita di ruang tamu rumahnya, dengan tangis yang tak bisa ditahan, tangis untuk membuatku merasa kasihan. Sekalipun tak ada tangis itu, aku tetap tak akan marah, aku mengerti bahwa wanita adalah makhluk rentan yang pintar menyembunyikan kerentanan itu.

Kami duduk berdampingan di sebuah sofa, Talia duduk meringkuk, menyandarkan tubuhnya padaku. Talia memegang beberapa tisu untuk menyeka air matanya. Aku berulang kali mencium ubun-ubunnya, mencoba menenangkannya, persis seorang ibu yang mencium bayi kecilnya. Aku sudah membaca semua cerita Ed & Talia, semua yang ada di sana belum pernah kami lakukan. dan Talia mengatakan bahwa semua kejadian yang ada di dalamnya adalah kejadian sebenarnya.

Percakapan hari itu, di atas sofa cokelat panjang cukup melelahkan bagi Talia, tapi tidak bagiku. Talia mengubah posisinya, dia berbaring, menjadikan pahaku sebagai bantalnya. Kami terdiam cukup lama setelah Talia selesai menceritakan semuanya. Aku sengaja tak mersepon cepat-cepat. Aku suka suasana sunyi ini, situasi di mana aku bisa mendengar debar jantung Talia. Aku suka situasi di saat dua manusia saling menunggu siapa yang hendak bicara, siapa yang hendak menatap dan tersenyum lebih dulu.

Dari tempatnya berbaring, aku tahu Talia terus tersenyum di saat aku menatap pintu kayu yang mengkilap. Talia melingkarkan tangannya pada tubuhku. Dan percakapan itu pun dimulai.

"Jadi, soal Ed... Gimana dia sekarang?" tanyaku.

"Aku gak peduli lagi..."

"Semudah itu?" tanyaku sekali lagi, menatap mata Talia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun