Bagaimana dengan euforia pengumuman kelulusan SMP sederajat tahun ini?. Sepertinya agak jauh berbeda dengan euforia pengumuman kelulusan SMA/SMK sederajat. Hingar bingar kelulusan tidak begitu terasa. Walaupun masih ada di beberapa daerah lulusan SMP yang melakukan aksi coret-coret pakaian, bermain cat semprot dan konvoi di jalan raya, sehingga menyebabkan terganggunya kelancaran lalu lintas, beresiko terhadap keselamatan mereka dan orang lain.
Ditengah-tengah semua pihak buntu dalam mencarikan solusi untuk memutus ceremonykelulusan dengan kegiatan yang boleh dikatakan mendekati taraf anarkis, tidak akademis, tidak terdidik dan kurang bermoral. Saya merasa terharu saat menghadiri pengumuman kelulusan anak saya yang bersekolah di SMP Al-Azhar Syifa Budi Pekanbaru II.
Terkesima?ya pasti, pengumuman kelulusan yang saya rasakan syahdu dan tidak hiruk pikuk, seperti yang saya rasakan di sekolah tempat saya mengajar, dan di sekolah-sekolah lainnya.
Mereka anak-anak SMP, dalam perkembangan psikologis baru memasuki usia 15-16 tahun, dan dikatakan mengalami masa remaja (pubertas). Namun mereka bertindak bijaksana ala orang dewasa dalam mengucapkan rasa syukur. Saya merasakan sekali suasana dimana mereka menyadari kalau kelulusan bukanlah segala –galanya, namun kelulusan mereka dari SMP merupakan awal dari perjuangan untuk menapaki masa depan.
Rasa gembira pasti tergambar dari wajah-wajah polos itu, disaat mereka membuka amplop yang diberikan oleh walikelas dan kemudian membaca satu kata “ LULUS”. Namun sorakan dan teriakan mereka tidak menggema seperti yang pernah saya saksikan di jalan raya bulan April yang lalu. Kemudian dengan panduan dari Kepala sekolah mereka kemudian menyelenggarakan Sujud Syukur atas kelulusan.
Hasil tidak akan pernah mengkianati proses, sekolah ini sangat fokus dalam pembentukan karakter siswanya. Sekolah ini menyadari kalau tujuan utama pendidikan adalah bermuara pada pembentukan akhlak yang mulia. Kalau akhlak sudah baik, semua bisa dijalani dengan baik.
Pembiasaan-pembiasaan yang dilakukan dimulai dari mereka masuk di kelas 7, mulai dari cara bersikap, sopan santun, tegur sapa, santun dalam bertutur, menjalankan ibadah sesuai dengan yang disyariatkan, secara langsung sudah melekat dan menjiwa didiri mereka.
Siswa tidak diizinkan membawa kendaraan , namun mereka harus diantar ke sekolah oleh orang tua. Siswa tidak diizinkan membawa HP ke sekolah, dan sekolah menyediakan alat komunikasi jika mereka membutuhkan.
Setiap pagi datang ke sekolah mereka disambut oleh kepala sekolah dan majelis guru, mereka bersalaman , bertegur sapa satu dengan yang lainnya. Setelah itu mereka melanjutkan ibadah shalat Dhuha dan Tadarus. Pada siangnya dilaksanakan shalat Zuhur berjamaah, dan sorenya sebelum pulang mereka Shalat Ashar berjamaah di sekolah.