Antara suka dan tidak suka ya sama saja. Dua-duanya berisi resiko. Antara ada dan tiada sama saja. Dua-duanya berada dalam ruang dan waktu. Di dalam ruang dan waktu, waktu-fana, yang dimengertikan dengan tiada itu tetap ada. Sebab ‘tiada' itu tidak hilang dan tidak bisa melewati ruang dan waktu.
Seperti rahasia. Suatu rahasia itu sebenarnya jelas faktanya, jelas keterangannya, ada. Rahasia dan nyata itu bagaikan ada dan tiada yaitu berada di dalam bingkai ruang dan waktu. Rahasia, bukan berarti tidak terpegang, tidak dapat dilihat, tidak dapat dipikirkan. Dapat, bisa. Dapat dan bisa diketahui.
Filasafat intelejen dibangun berdasarkan keyakinan kepada ketidakmustahilan untuk mengetahui ada dan tiada serta rahasia dan nyata. Filsafat politik dan politik itu sendiri juga terbangun dari unsur ada dan tiada, rahasia dan nyata.
Tiada di dalam ada, itu merupakan rahasia
Ada di dalam tiada, itu nyata
Rahasia di dalam nyata itu ghaib
Nyata di dalam rahasia itu ghaib
Nyata tetapi ghaib, itu benda. Ghaib tapi nyata, itu hasil pemikiran, konsepsi, taktik, rencana, strategi, grand design, kejahatan, permusuhan, kapitalisme, organisasi intelijen dan banyak lagi.
Di dalam ghaib ada nyata, di dalam nyata ada ghaib
Ghaib dan nyata tidak bertumpang tindih. Ia jalan sendiri-sendiri sesuai kodratnya masing-masing. Ghaib berarti hilang dari pandangan mata, tersamar tetapi ada. Jadi, ada itu berarti di dalam ghaib dan di alam kasat mata.
Pada dasarnya segala sesuatu itu ada, termasuk yang tiada. Jadi sebenarnya yang tiada itu ada. Tetap ada.