Setelah sempat diumumkan, di kongres tahunan PSSI, bahwa, kick-off Liga 1 akan dimulai 26 Maret 2017, pada 21 Februari lalu, Ketua Umum PSSI, Letjen Eddy Rahmayadi meralatnya. Kick-off kompetisi Liga 1, ditunda menjadi pekan kedua April 2017. Tapi, belum ditetapkan kapan tanggal pastinya.
Meski dinilai sebagian klub peserta, sebagai keputusan yang menyalahi kesepakatan dalam kongres, langkah ini sebetulnya cukup rasional, karena didukung beberapa faktor. Pertama, pada tanggal 20-28 Maret 2017, adalah jadwal ujicoba internasional versi FIFA. Tentunya, PSSI, sebagai anggota FIFA, harus kooperatif dengan kalender FIFA. Bagi timnas Indonesia, laga ujicoba internasional, adalah satu-satunya kesempatan untuk memperbaiki posisi di peringkat FIFA. Mengingat, Indonesia absen, di kualifikasi Piala Asia 2019, dan Piala Dunia 2018, karena terdampak sanksi FIFA, beberapa waktu lalu.
Kedua, masih belum tuntasnya negosiasi kontrak hak siar, dan sponsor, antara operator kompetisi, dengan pihak-pihak terkait. Masalah ini, jelas krusial, bagi jalannya kompetisi. Karena, jika tak ada sponsor dan siaran, tidak ada pemasukan, dan kompetisi tak dapat berputar. Apalagi, pemasukan klub, dari penjualan tiket, tak selalu bisa diandalkan. Kebanyakan klub di Indonesia, hanya memakai stadion, dengan status sewa, yang biayanya jelas tidak sedikit.
Ketiga, belum terpilihnya CEO PT Liga Indonesia Baru, selaku operator kompetisi. Keberadaan sosok CEO jelas krusial, karena akan mempengaruhi alur kebijakan kompetisi, dan hubungan dengan pihak eksternal, termasuk sponsor. Jika tidak ada CEO, kompetisi hanya akan bergerak tanpa arah. Seperti motor balap tanpa pengemudi.
Dari sisi positifnya, penundaan kick-off ini adalah kesempatan bagus bagi klub, dan timnas Indonesia. Bagi klub, ini adalah kesempatan, untuk mempersiapkan diri secara optimal, menyeleksi pemain, dan menggaet sponsor lebih banyak. Bagi timnas, ini adalah peluang, untuk dapat menyeleksi pemain terbaik, baik level U-19, U-22, dan senior. Karena, dengan belum dimulainya kompetisi, klub tidak akan keberatan, melepas pemainnya ke timnas, sekaligus menghemat biaya tambahan tak terduga, karena tertundanya kick-off kompetisi Liga 1.
Di sisi lain, penundaan kick-off kompetisi Liga 1, akan membuat pengeluaran klub bertambah. Di sini, manajemen klub harus putar otak, agar neraca keuangan klub tidak minus. Inilah momen, yang seharusnya dapat dimanfaatkan manajemen klub, untuk dapat berpikir, dan bertindak selayaknya klub profesional. Mereka bisa merenegosiasi kontrak dengan sponsor yang sudah ada, menggaet sponsor baru, atau menjual tiket musiman kepada suporter. Sehingga, budaya klub profesional bisa tumbuh, di klub-klub peserta Liga 1.
Penundaan kick-off Liga 1 musim 2017, menjadi ruang, bagi klub, timnas, dan PSSI, untuk berbenah, dan mempersiapkan diri secara menyeluruh. Karena, sebuah kompetisi yang baik, ditentukan dari persiapan yang baik dan menyeluruh, di segala aspek, oleh klub dan federasi (dalam hal ini PSSI). Tentunya tanpa mengabaikan kepentingan tim nasional.