Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Anomali Klub EPL di Kompetisi Antarklub Eropa

23 Februari 2017   14:20 Diperbarui: 23 Februari 2017   14:25 481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Setelah turunnya pamor Serie A Italia, Liga Primer Inggris (EPL), adalah liga paling populer saat ini. Sebelumnya, liga ini adalah liga 'kelas dua' di Eropa, yang lebih diingat publik, karena hooliganisme-nya. Popularitas EPL, baru menanjak, setelah dilakukan pembenahan menyeluruh, mulai dari aspek regulasi, sampai pendistribusian hak siar secara merata. Hasilnya, setiap klub mendapat pemasukan besar tiap tahunnya. Jika nilai jual hak siar meningkat, pemasukan, dan bujet transfer klub juga meningkat. Hasilnya, perbedaan kekuatan tiap tim peserta EPL tak terlalu jauh. Sesuatu yang belum ada, di liga-liga Eropa lainnya, yang belum merata. Seperti yang terjadi di La Liga Spanyol, yang sebagian nilai jual hak siarnya menjadi milik Barcelona dan Real Madrid, dua klub dominan di La Liga.

Dari segi sponsorship, EPL juga tak pernah sepi. Perusahaan-perusahaan, dari berbagai bidang, dan negara, tak segan berinvestasi dengan biaya besar tiap tahunnya. Bahkan, orang asing pun boleh menjadi pemilik/investor klub, dengan proses yang relatif simpel. Seperti yang terjadi pada Chelsea (milik Roman Abramovich, asal Rusia), dan Liverpool (milik Fenway Sports Group, Amerika Serikat) Karena tata kelola kompetisi mereka yang baik, kepercayaan sponsor, dan investor pun tinggi. Sehingga, uang pun mengalir deras.

Dari segi permainan, gaya main cepat khas EPL, menjadi daya tarik tersendiri. Perpaduan aspek fisik, dan taktis yang seimbang, membuat laga di EPL selalu seru. Kelebihan ini, dilengkapi dengan kemampuan pihak broadcaster, dalam mengambil sudut pandang yang tepat di lapangan. Bahkan, mereka mulai berinovasi, dengan mulai memakai kamera laba-laba (spidercam), di beberapa pertandingan. Di luar lapangan, pemberitaan terkait pemain, pelatih, atau klub, juga sangat gencar, dan menyentuh berbagai aspek, termasuk kehidupan pribadi. Kombinasi gaya main, broadcast, dan pemberitaan ini, sukses menjadikan EPL selalu menarik untuk disimak.

Tapi, pada musim 2016/2017 ini, klub-klub EPL menampilkan sebuah anomali performa, di kompetisi antarklub Eropa (Liga Champions dan Liga Europa). Mereka tangguh di liga domestik, tapi cenderung loyo di Eropa. Di Liga Champions (UCL), EPL memang meloloskan 4 klub ke fase grup (Leicester, Arsenal, Spurs, dan Manchester City). Tapi Tottenham gagal lolos ke babak 16 besar, dan harus turun kelas, ke fase 32 besar Liga Europa, setelah kalah bersaing dengan Bayer Leverkusen, dan AS Monaco. 

Di fase 16 besar, hanya Manchester City, yang mampu meraih kemenangan, setelah mengalahkan AS Monaco 5-3, meski belum sepenuhnya aman. Leicester kalah 2-1 dari Sevilla, yang bisa jadi lebih telak, seandainya Kasper Schmeichel, kiper mereka, tidak tampil bagus di laga ini. Praktis, Leicester akan habis-habisan di leg kedua. Sedangkan, Arsenal akan menjalani misi sulit di kandang mereka, setelah kalah 5-1, dari Bayern Munich di Munich.

Di ajang Liga Europa, EPL mewakilkan 4 klub (West Ham, Southampton, Manchester United, dan Tottenham Hotspur). Tapi, catatan prestasinya cukup mengkhawatirkan. West Ham tersingkir di babak play-off kualifikasi menuju fase grup, setelah kalah agregat 1-2 dari Astra (Rumania). Southampton tersingkir di fase grup, setelah kalah bersaing dengan Sparta Praha (Ceko), dan Hapoel Be'er Sheva (Israel). 

Tottenham masih harus mengalahkan Gent (Belgia), dengan skor minimal 2-0, di leg 2 babak 32 besar, Jumat (24/2, dinihari WIB), setelah sebelumnya kalah 0-1 di leg 1. Praktis, baru Manchester United, yang memastikan diri lolos ke 16 besar, setelah mengalahkan AS Saint Ettiene (Prancis) 1-0 (agregat 4-0), berkat gol Henrikh Mkhitarian, Kamis (23/2, dinihari WIB). Jadwal leg kedua ini, diajukan sehari dari jadwal awalnya, karena United akan berlaga di final Piala Liga (EFL Cup), melawan Southampton, Minggu (26/2) mendatang.

Performa klub-klub EPL, di kompetisi antarklub Eropa musim, secara umum memang cukup mengkhawatirkan. Dari sinilah, kualitas EPL mulai dianggap sedang menurun. Masalah ini, membuat klub EPL, yang masih tersisa di Eropa, harus segera membuktikan diri. Mampukah mereka membuktikan diri?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun