Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Seni Melawan Ketimpangan Kualitas ala UEFA

12 September 2018   00:14 Diperbarui: 12 September 2018   01:09 927
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak lama setelah UEFA Nations League digulirkan, UEFA menggulirkan wacana menghidupkan kembali kompetisi kasta ketiga antarklub Eropa (khusus untuk tim dari liga 'kelas bawah' di Eropa) per musim 2021/2022 mendatang. Meski sama-sama inovatif dan berorientasi bisnis, dua kebijakan ini sifatnya bertolak belakang dalam hal kebaruan. 

UEFA Nations League adalah kebijakan yang sama sekali baru, sementara wacana menghidupkan kembali kompetisi antarklub kasta ketiga adalah satu langkah retrospektif (pengulangan kembali), dari yang sebelumnya pernah ada.

Seperti diketahui, di masa lalu, UEFA pernah punya kompetisi antarklub kasta ketiga dalam wujud Piala Intertoto. Turnamen yang dibubarkan tahun 2008 ini, menjadi arena bagi klub papan tengah liga top Eropa, dan klub liga medioker Eropa, untuk memperebutkan tiket lolos ke kualifikasi Piala UEFA (kini Liga Europa). Turnamen ini biasanya digulirkan di fase pramusim liga-liga top Eropa. Jika wacana kompetisi kasta ketiga ini benar-benar diterapkan, maka ini akan menjadi momen "kelahiran kembali" bagi Piala Intertoto.

Jika hanya dilihat sekilas, dua gebrakan UEFA ini menunjukkan, betapa jelinya mereka, dalam melihat potensi bisnis yang ada. Dengan diterapkannya kebijakan UEFA Nations League, dan mewacanakan untuk "menghidupkan kembali" turnamen antarklub setara dengan Piala Intertoto, bisa dipastikan pundi-pundi pendapatan UEFA akan meningkat. Untuk saat ini saja, pendapatan UEFA sudah pasti meningkat, karena UEFA Nations League sudah mulai digulirkan.

Tak bisa dipungkiri, aspek bisnis memang menjadi satu hal krusial di era sepak bola modern. Majunya aspek  bisnis juga menjadi bukti profesionalitas klub maupun federasi sepak bola. Memang, ini menjadi penting,, karena menyangkut hajat hidup banyak orang.

Tapi, di balik orientasi bisnis ini, ada satu maksud baik, yang justru menjadi tujuan utama UEFA, yakni meningkatkan kualitas kompetisi dan timnas yang menjadi anggota UEFA, sambil mengurangi gap ketimpangan kualitas yang ada. Tujuannya, supaya timnas atau kompetisi liga yang selama ini hanya jadi anak bawang, semakin terpacu untuk berkembang. Sementara itu, bagi timnas dan kompetisi papan atas Eropa, gebrakan UEFA ini menjadi alarm peringatan, untuk mereka tak berleha-leha.

Tujuan UEFA ini setidaknya terlihat, dari pembagian grup peserta di UEFA Nations League, dimana pembagian peserta didasari oleh peringkat timnas menurut koefisien UEFA. Grup A antara lain diisi tim-tim kuat Eropa macam Belgia, Prancis, Jerman, dan Kroasia. Grup B diisi tim-tim macam Rusia, Swedia dan Wales. Grup C dihuni tim-tim macam Finlandia, Skotlandia, dan Siprus. Sementara itu,  Grup D berisi tim macam Andorra, San Marino, dan Gibraltar. Selengkapnya disini

Dari sini saja, kita bisa melihat bersama, betapa ketatnya persaingan yang akan muncul. Kompetisi semakin menarik, karena selain dibagi lagi menjadi grup-grup kecil berisi 3-4 tim, ada sistem promosi-degradasi. Promosi didapat tim juara grup, sementara tim peringkat terbawah grup akan terdegradasi. Berikut bagannya:

UEFA.com
UEFA.com
Daya tarik lainnya, para juara grup ini akan saling beradu di babak "final four", dengan pemenangnya mendapat satu tiket lolos langsung ke Piala Eropa 2020. Jadi, takkan mengagetkan jika tim macam Armenia (Grup D) nantinya bisa lolos ke Piala Eropa 2020. Karena, tiap grup terdiri dari tim-tim dengan kualitas kemampuan setara. Secara khusus, Grup D memang diisi tim medioker Eropa, yang selama ini kerap jadi lumbung gol buat tim-tim kuat. Berikut skema "final four" UEFA Nations League:

Goal.com
Goal.com
Dengan adanya gebrakan dari UEFA ini, kita bisa melihat bersama, UEFA ingin mulai mengurangi gap ketimpangan kualitas yang ada secara adil. Di level antarnegara, pola pembagian grup peserta UEFA Nations League membuka peluang bagi tim-tim lemah, untuk bisa tampil di turnamen mayor, sambil menaikkan peringkatnya, begitu juga dengan wacana "kelahiran kembali" Piala Intertoto.

Dari sinilah, kesenjangan level kualitas tim yang selama ini ada bisa dikurangi, bahkan hilang dalam jangka panjang. Jika kesenjangan level ini hilang, kualitas kompetisi yang ada akan meningkat. Bagi tim-tim kuat Eropa, ini menjadi kesempatan yang baik, untuk menjaga dan meningkatkan level mereka secara kompetitif. Supaya mereka tidak cepat puas diri, dan terpuruk karenanya.

Menariknya, dua gebrakan yang dibuat UEFA ini membuktikan, kompetisi sepak bola profesional yang sehat dan berkualitas, tak hanya mencakup soal besaran profitabilitas dan nilai jual kompetisi, tapi juga soal seberapa besar kesempatan tiap pesertanya untuk terus berkembang secara kualitas. Karena, kompetisi yang tak mampu mengakomodir tiap pesertanya untuk berkembang secara kualitas, adalah kompetisi yang tak sehat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun