Mohon tunggu...
Yosafati Gulo
Yosafati Gulo Mohon Tunggu... profesional -

Terobsesi untuk terus memaknai hidup dengan belajar dan berbagi kepada sesama melalui tulisan. Arsip tulisan lain dapat dibaca di http://www.yosafatigulo.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Politik

Nyali Prabowo dan Amien Rais Ternyata tidak Sebesar Kata-katanya

18 September 2017   20:11 Diperbarui: 21 September 2017   14:25 3650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Amien Rais dan Prabowo Subianto (http://publik-news.com/)

Kemesraan hubungan Prabowo dan Amien Rais dengan FPI tak perlu dipertanyakan lagi. Sejak demo berjidil-dilid untuk menjatuhkan Ahok tahun lalu sekaligus membidik Jokowi, kemesraan mereka makin kental. Mirip ABG yang lagi kasmaran. Di mana ada FPI, Prabowo dan Amien nyaris selalu hadir, demikian sebaliknya.

Ada satu kata yang kerap mereka teriakkan ketika bertemu dan berorasi : jihad! Entah jihad apa dan untuk apa, kurang jelas. Tampaknya, kata ini merupakan simbol perjuangan yang menyatukan hati dan jiwa mereka.

Dalam demo bela Rohingya tanggal 16/9/2017 mereka kembali menunjukkan kepada publik betapa dalamnya "cinta" mereka satu sama lain. Rasa cinta mereka makin dikokohkan oleh kasus Rohingya. Penilaian dan kesimpulan mereka terhadap apa yang dilakukan pemerintahan RI terhadap Rohingya berpijak dan bertemu pada titik yang sama. Bagi mereka, apa yang dilakukan pemerintahan RI tidak berguna bagi Rohingya.

Ngawur

Dalam pidatonya yang berapi-api (cuma tak berasap seperti kebakaran hutan), Prabowo menyampaikan tiga kesimpulannya atas bantuan pemerintah RI terhadap etnis Rohingya. Pertama, bantuan itu hanya pencitraan. Kedua, bantuan itu tidak sampai. Ketiga, Indonesia lemah.


Hal terakhir itu tergambarkan dalam logika pernyataannya, bahwa Indonesia itu harus menjadi bangsa yang kuat untuk membantu etnis Rohingya di Myanmar. Jika Indonesia kuat, maka Indonesia akan disegani oleh bangsa lain (Liputan6.com).

Bagi yang tak malas berpikir, pasti kaget membaca atau mendengarkan pernyataan tersebut. Orang akan bertanya mengapa dikait-kaitkan kekuatan negara --yang dalam terminologi militer berarti kekuatan bersenjata-- dengan kesediaan menolong?

Siapa pun tahu bahwa kebijakan pemerintah RI membantu etnis Rohingya tidak ada kaitannya dengan kekuatan militer. Semata-mata dimotivasi oleh rasa kemanusiaan. Tapi Prabowo tidak bisa melihat itu. Cara berpikir militer yang telah mendarah daging dalam tubuhnya masih melihat setiap masalah secara dikotomis: kalau bukan kawan berarti musuh.

Mungkin juga ada yang bilang, Prabowo masih jengkel kepada Jokowi. Kekalahannya pada Pilpres tahun 2014 belum dapat dia terima sebagai fakta bahwa dirinya tidak (belum?) dianggap layak menjadi presiden oleh rakyat. Oleh sebab itu, setiap kebijakan Jokowi, selalu dianggapnya pencitraan untuk melampiaskan rasa kesalnya sebagaimana selalu dilakukan anak didiknya Fadli Zon dan Fahri Hamzah.

Bagi yang waras, sehat walafiat, pasti berpandangan bahwa menolong orang susah adalah normal, wajar, manusiawi. Hanyalah orang-orang yang hati nuraninya sudah rusak yang menggunakan kesempatan bencana, penderitaan orang lain untuk membangun citra diri sebagai bagian dari kampanye. Atas dasar itu, bukan tidak mungkin ada yang bilang Prabowo mengigau, bicara asal-asalan, tak berdasar, dan ngawur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun