Mohon tunggu...
Sofie Marhamah
Sofie Marhamah Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

"Partai Banteng" Mulai Kalap, Kader Daerah Dipaksa Turut Gruduk Jakarta

30 Maret 2017   11:15 Diperbarui: 30 Maret 2017   11:35 909
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Selama masa kampanye Pilkada DKI Jakarta, warga dapat sering melihat wajah para pemimpin dan pejabat daerah lain di Jakarta. Sosok-sosok yang sepenuhnya asing bagi warga Jakarta bahkan tidak memiliki keterkaitan apa pun dengan kehidupan mereka, tiba-tiba hadir dalam setiap kampanye Ahok-Djarot. Mereka, yang merupakan kader PDI-P, turut menggruduk Jakarta hanya untuk mengkampanyekan Ahok-Djarot.

Kehadiran para pejabat kader PDI-P dari berbagai daerah sebenarnya pemandangan aneh. Pasalnya, mereka sebenarnya tidak memiliki kaitan dan kepentingan apa pun di Jakarta, selain hanya untuk mentaati perintah partai. Kehadiran para pejabat daerah kader PDI-P tersebut memang hasil dari perintah DPP PDI-P supaya semua kadernya di daerah, terutama para gubernur, bupati/walikota, dan ketua/anggota fraksi di DPRD untuk turut menggruduk Jakarta memenangkan pasangan calon yang diusung PDI-P.

Meski Ahok-Djarot dan para pendukungnya memperhalus istilah kedatangan para pejabat daerah tersebut dengan sebutan “gotong-royong”, tidak perlu naif untuk mengatakan bahwa langkah tersebut adalah upaya maksimalisasi kekuatan untuk memenangkan PIlkada DKI Jakarta. Langkah PDI-P yang memerintahkan para pejabat daerah ke Jakarta pada dasarnya mensabotase pelayanan publik di daerah-daerah. Sebab, para gubernur, bupati/walikota, dan anggota DPRD dipaksa ke Jakarta hanya untuk mengkampanyekan Ahok-Djarot, sementara urusan mereka di daerah masing-masing ditinggalkan.

Karena itu, sejak awal saya sangat tidak setuju dengan cara semacam ini karena para pejabat daerah memiliki tugas konstitusional yang bersifat kewajiban jabatan di daerah masing-masing. Apakah tugas mereka untuk mengkampanyekan Ahok-Djarot? Tentu jawabannya “tidak”. Tapi apakah tugas mereka untuk melayani masyarakat dan konstituen mereka di daerah-daerah, tentu jawabannya “wajib.

Kita hanya bisa memahami langkah para pendukung dan pengusung Ahok-Djarot ini melalui sudut pandang politik. Yakni, mereka sudah mulai ketar-ketir dengan kemungkinan pasangan calon yang diusungnya akan terhempas dari kontestasi Pilkada. Karena DKI Jakarta adalah sumber segala hal bagi kekuatan partai-partai politik, maka mereka kemudian menjadi kalap, dan karena itu mengerahkan semua kekuatan untuk menggruduk Jakarta.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun