Mohon tunggu...
Aksi Cepat Tanggap
Aksi Cepat Tanggap Mohon Tunggu... Jurnalis - Organisasi Kemanusiaan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menjadi organisasi kemanusiaan global profesional berbasis kedermawanan dan kerelawanan masyarakat global untuk mewujudkan peradaban dunia yang lebih baik http://act.id Aksi Cepat Tanggap (ACT) Foundation is a professional global humanitarian organization based on philanthropy and volunteerism to achieve better world civilization

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dua Bulan Pascalongsor, Akses Cileuksa Masih Sulit Ditempuh

27 Februari 2020   16:51 Diperbarui: 27 Februari 2020   16:48 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kondisi pengungsian Kampung Cileuksa secara keseluruhan. Sebanyak 383 kepala keluarga hingga kini masih mengungsi. (ACTNews/Reza Mardhani)

Dua bulan berlalu pascabencana longsor pada Januari 2020 silam, akses menuju Kampung Cileuksa di Kabupaten Bogor masih sulit untuk ditempuh. Kondisi yang sulit juga dialami warganya yang masih mengungsi di tenda-tenda seadanya dengan fasilitas yang minim. 

ACTNews, BOGOR -- Menuju ke Kampung Cileuksa saat setelah hujan bukanlah hal mudah. Hampir sepanjang jalan lumpur menumpuk setinggi hingga mata kaki. Kaki seolah melekat dan terasa berat ketika diangkat dari lumpur. Belum lagi jika menggunakan kendaraan. Berkali-kali terlihat mobil yang slip ban atau motor yang jatuh.

Jalan itu lebih baik setidaknya dibandingkan pada Januari lalu, saat hujan semalaman turun pada malam tahun baru 2020 hingga esok harinya. Longsor pada akhirnya menerjang sebagian rumah di Kampung Cileuksa dan menutup beberapa akses jalan di Desa Sukajaya, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, hingga sempat terisolir selama beberapa hari.

Hampir 2 bulan berlalu, namun jalan itu belum pulih seutuhnya. Akses masih sangat sulit untuk dilewati. Begitu pula masyarakat yang masih mengungsi. Sampai kini mereka dalam keadaan yang serba minim dari segi fasilitas di pengungsian yang terbuat dari terpal dan bambu.

"Bagaimanapun caranya saya bekerja sama dengan relawan dan para kiai, yang penting masyarakat ini tenang. Kalau untuk berteduh sementara, bukan huntara ini namanya karena tidak layak. Air bersih pun tidak ada. Karena air bersih harus dialirkan dari genset, gensetnya memerlukan bensin. Bensinnya dari mana?" keluh Amun, salah satu Ketua RW di Kampung Cileuksa pada Kamis (20/2) lalu.

Salah satu gang pengungsian di Kampung Cileuksa. (ACTNews/Reza Mardhani)
Salah satu gang pengungsian di Kampung Cileuksa. (ACTNews/Reza Mardhani)

Kini sebanyak 383 kepala keluarga masih tinggal di pengungsian yang terbatas itu. Rumah mereka masuk dalam zona merah alias berbahaya untuk ditinggali karena longsor menghantam sebagian kampung mereka.

"Kalau sekarang sudah tidak ambruk, cuma takutnya ada longsor susulan. Jadi kalau tidak ada teman, saya tidak berani balik ke sana (rumah). Tapi sempat saya balik ke rumah. Saya ambil apa yang bisa saya ambil," kata Nurhasan, salah satu warga yang tidak sempat mengambil sat upun barangnya saat longsor.

Mengingat keadaan warga Kampung Cileuksa yang belum pulih seutuhnya, Tim Aksi Cepat Tanggap (ACT) kembali menengok keadaan mereka. Seperti pada Januari lalu, saat itu tim juga membawa lagi beberapa bantuan logistik untuk warga.

"Ada informasi bahwa kondisi warga di sini masih cukup sulit. Mereka sulit akses dan fasilitas di pengungsian juga minim. Oleh karena itu, kami kembali membawakan mereka logistik seperti kunjungan kita pertama kali ke sini," ujar Yadi Frans Risyadi dari Tim Posko ACT Cigudeg.

Tim juga berkonsolidasi dengan berbagai pihak yang bertanggung jawab di lapangan. Salah satunya adalah Kepala Desa setempat dan RT RW. "Harapannya dari konsolidasi ini, kami bisa membantu Desa Cileuksa sampai kondisinya normal kembali," ungkap Yadi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun