Akhir-akhir ini, JK Jusuf Kalla selaku Ketua Dewan Masjid Indonesia membuat statement seputar larangan pengajian di masjid-masjid yang menggunakan kaset (CD). Jusuf Kalla berharap agar supaya penggunakan kaset pemutaran pengajian yang sudah jalan bisa ditertibkan.
Tujuan utamanya ialah, untuk mengetahui tingkat kebisingan suara pengajian yang menggunakan kaset (CD) agar tidak tumpang tindih antara masjid satu dengan masjid lainya. Lagian, dilapangan banyak sekali pengajian kaset, tetapi orangnya roko’an, jagongan, ngobrol ngalor ngidul.
Sehingga esensi pengajian tidak bisa didapatkan, malah menambah ke-bisingan. Yang perlu digaris bawahi, ternyata himbauan ini hanya pengajian yang menggunakan kaset (CD), bukan pengajian langsung. Intinya, Jusuf Kalla itu tidak melarang, tetapi ditertibkan. Orang cerdas pasti faham dan mengerti bedanya dilarang dan ditertibkan.
Saat mencermati statement Jusuf Kalla seputar penertiban penggunaan kaset teringat pada perjalan-ku ke Makam Nabi Musa as di Palestina, dimana adzan yang dikumandangkan di Masjid Nabi Musa itu justru memakai kaset rekaman alarm made in China.
Sementara orangnya tidak mengumandakan adzan, justru duduk-duduk di dalam Masjid dan sebagian lagi yang diluar masjid enak-enak’an ngobrol dan nunggui jualan.
Tidak lama kemudian, saya memasuki Masjid. Ternyata tidak menemukan jamaah, kecuali juru kunci Makam dan Masjid. Kami bersama rombongan menunaikan sholat asar berjamaah, sementara masyarakat sekitar cuek dengan panggilan adzan tersebut.
Karena merasa aneh dengan kondisi masyarakat adzan di masid itu, saya-pun menanyakan kepada pembimbing (Guide) kenapa adzan kok pake kaset. Sang Guide menjelaskan “otoritas pemerintah setempat tidak memperkenankan adzan berbeda-beda, baik waktu dan suaranya”. Jadi, suara adzan yang terdengar itu adalah kaset (CD).
Dan yang lebih mengelikan, ternyata suara adzan itu adalah suara alrm kaset dari China. Kemudian dalam hatiku ngedumel sendiri “nanti yang masuk surga justru kasetnya”.
Sungguh sangat menyedihkan kondisi seperti ini. Barangkali kali ada benarnya jika Jusuf Kalla melarang kaset Ngaji di Masjid-masjid, agar supaya orang islam tetap semangat ngaji dan adzan, bukan mengantikannya dengan kaset.
Barangkali, se-andainya Nabi Musa as, bisa berbicara mungkin akan berkata kepada Jusuf Kalla “engkau sudah benar, kalau sampai dibiarkan pengajian dan adzan pake’ kaset/CD, bisa-bisa orang Indonesia malas-malasan ngaji dan adzan”
Para wisatawan Muslim dan Non-muslim, yang datang dari berbagai wilayah Nusantara selalu berziarah ke makam Nabi Musa as. Ziarah kubur itu sunnah Rosulullah SAW yang harus dilestarikan, agar tetap mengingatkan akan kematian.