Mohon tunggu...
Abdul Adzim Irsad
Abdul Adzim Irsad Mohon Tunggu... Dosen - Mengajar di Universitas Negeri Malang

Menulis itu menyenangkan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Matematika Ibadah di Bulan Puasa

21 Juni 2017   16:34 Diperbarui: 21 Juni 2017   16:41 651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tidak ada bulan yang lebih produktif, melebih bulan suci Ramadhan. Lihat saja, setiap orang islam yang beriman selalu menjalankan kewajiban puasa, qiyam Ramadhan, dan juga membaca Al-Quran selama bulan puasa. Tidak lupa, sedekah kepada orang-orang yang sedang berbuka puasa, yang di sinyalir pahalanya sama persis dengan yang puasa. Pada saat berpuasa, umat islam tetap bekerja seperti biasa.

Ciri khas bulan puasa adalah sholat tarawih. Ibarat sebuah kendaraan, tarawih di Indonesia itu macam-macam, ada mobil Mersi, motor Honda, ada sepeda butut. Jika hewan ternak, maka bisa dikatakan onta itu yang 20 rakaat, kambing yang 8 rakaat. Jika ada Onta, kenapa milih Kambing? Namun, seetiap orang akan mentukan pilihannya masing-masing, sesuai dengan selera dan keyakinan masing-masing. Yang penting tetap menjalankan sholat.

Ada yang suka mobil mersi atau hewan Onta, maka dia akan melaksankan tarawih yang 20 rakaat plus 3 witir. Perinciaanya, 600 rakaat jika setiap malam melaksankan 20 rakaat. Jika ditambah witir 3 rakaat, maka sebulan penuh berarti melaksanakan 690 rakaat setiap malam. Belum lagi ditambah tahajud, 8 rakaat, sehingga totalnya 930 dengan perincian 600+90+240=930 rakaat. Sebuah pencapain yang fantastis, yang tidak pernah dilakukan, kecuali pada bulan suci Ramadhan.

Sedangkan yang memilih mobil KIA, atau Kambing, dia akan memilih tarawih yang 8 rakaat plus 3 witir. Maka, jumlah rakaatnya menjadi 240+90=330 rakaat. Jika di tambah dengan 8 tahajud 240 maka totalnya menjadi 570 rakaat. Sekali lagi, tidak ada sholat yang dilakukan dengan jumlah rakaat melebih jumlah rakaat pada bulan suci Ramadhan.

Jika masing-masing menanbahi dengan dhuha setiap pagi dengan 4 rakaat selama sebulan maka hasilnya menjadi lebih fantastis. Wajarlah jika kemudian Rosulullah SAW mengatakan “barangsiapa yang melaksankan qiyam Ramadhan atas dasar iman dan semata-mata karena-Nya, maka Allah SWT mengampuni dosa-dosa yang lampau (HR Muslim).

Belum lagi membaca Al-Quran yang hatam setiap seminggu sekali. Padahal jumlah huruf di dalam Al-Quran itu mencapai  sebanyak 1.027.000 (satu juta dua puluh tujuh ribu). Setiap satu huruf, Allah SWT melipatgandakan menjadi 10 pahala. Maka, 1.027.000x10=10.270.000 juta pahala yang diperoleh. Rosulullah SAW pernah mengatakan “siapa yang membaca satu huruf dari Kitab Allah (Al-Quran ), ia akan mendapatkan satu kebaikan yang nilainya sama dengan 10 kali ganjaran (pahala). Aku tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf." (HR Tirmidzi).

Ketika semua itu dilakukan pada malam Lailatul Qodar, maka nilai yang tertulis di atas dilipatgandakan menjadi lebih baik dari seribu bulan. Jadi, bulan Ramadhan itu ini merupakan ke khususan terhadap umat Rosulullah SAW, yang tidak diberikan kepada umat-umat terhadaulu. Sama ibadahnya, tetapi nilainya sangat fantastis. Dengan catatan, semua amal ibadah itu dilaksanakan semata-mata karena iman dan mengharap rahmat-Nya.

Jangan sekali-kali puasa karena ingin dikatakan orang rajin puasa, atau membaca Al-Quran karena suaranya inggin di dengar banyak orang, atau tarawih dengan jumlah yang banyak agar dikatakan kuat ibadah, atau tarawih 8 rakaat durasinya lama dan bacaan tartil, agar dikatakan inilah tarawih yang paling sesuai dengan sunnah Nabi Muhammad SAW. Jika terbesit dalam hati “ibadahku lebih baik, maka itu nyayian setan”.

Karena yang merasa lebih dari yang lain hanyalah setan. Jika manusia memiliki sifat itu, maka ibadahnya akan menjadi sia-sia. Sesungguhnya, yang memberikan kekuatan, manusia bisa melaksanakan puasa, tarawih, dan membaca Al-Quran itu adalah Allah SWT. Banyak sekali orang yang puasa sia-sia, tarawihnya juga sia-sia, semua serba sia-sia karena hatinya dipenuhi dengan riya, hasud, sombong, dan merasa semua itu karena kemampuanya masing. Dia, lupa bahwa semua atas pertolongan Allah SWT.

Allah SWT memerintahkan hamba-Nya melaksanakan puasa, dengan tujuan agar menjadi orang yang bertaqwa. Sedangkan menuju taqwa itu sangat berat, harus menjaga lisan, tangan, hati, fikiran, dari hal-hal yang merusak. Menahan makan dan minum itu sebenarnya puasa fisik, dan yang paling mendasar itu, ketika dalam kondisi lapar dan dahaga, manusia bisa menjaga semua hal-hal yang dilarang dan merugikan diri sendiri dan orang lain. Orang yang bertaqa, pasti dia meraskan bahwa setiap saat dan waktu, dimonitor Allah SWT, sehingga tidak akan melakukan hal-hal yang dilarang Allah SWT.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun