Mohon tunggu...
Abu Hisyam
Abu Hisyam Mohon Tunggu... Administrasi - Pecinta Liverpool FC dan Dewa19

BALADEWA, LIVERPUDLIAN, GUSDURIAN,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pluralisme: Pemikiran Gus Dur yang Cenderung Disalahartikan

8 Maret 2013   02:20 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:09 3729
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pluralisme merupakan paham hidup bersama dalam sebuah kemajemukan, meliputi suku bangsa, keyakinan beragama, dan lain-lain. Bapak Bangsa kita yaitu KH Abdurrahman Wahid, memiliki sebuah pemikiran yang sangat bagus dalam hal tasamuh (toleransi) antar umat manusia. Toleransi antar umat manusia ini yang akan mampu menciptakan kedamaian dunia, memangkas sekat-sekat pemisah untuk saling berinteraksi dengan damai.

Ada satu hal yang sampai saat ini saya masih bingung untuk mengungkapkannya, yaitu tasamuh intern antar umat Islam. Banyak orang yang mempelajari dan mengamalkan pemikiran-pemikiran Gus Dur terutama dalam hal pluralisme ternyata masih sangat dangkal. Toleransi antar umat Islam cenderung masih sangat sulit diterapkan karena masalah ideologi, sikap, dan otak. Ideologinya Hizbut Tahrir Indonesia tidak sama dengan ideologinya NU, ideologinya Ikhwanul Muslimin berbeda dengan ideologinya Muhammadiyah, begitu juga ideologinya FPI tidak sama dengan ideologinya Masyumi (PBB). Prinsip-prinsip atau ideologi ini seakan menjadi sebuah jurang pemisah yang sangat dalam diantara sesama umat Islam.

Toleransi antar umat beragama, antara Islam dan Kristen, antara Hindu dan Buddha, dan lain-lain dalam beberapa tahun belakangan nampaknya sudah berjalan dengan baik, meski ada riak-riak kecil dalam pelaksanannya. Saat ini yang berkembang adalah adalah stigma negatif didalam intern Islam yang tampak saling perang opini sehingga berdampak pada sulitnya wujud pluralisme itu sendiri. Pluralisme yang dimaknai sebagai toleransi secara umum cenderung diabaikan oleh antar ormas yang ada pada orang Islam.

Saling mengkafirkan, saling menganggap yang paling benar, saling berusaha menjatuhkan, merupakan cermin dari belum terserapnya pemikiran-pemikiran Gus Dur. Ironisnya, paham pluralisme ternyata tidak mampu diamalkan oleh para GusDurian sendiri, termasuk saya. Para penerus pemikir Gus Dur masih juga suka dan sangat gemar menyalahkan dan menjatuhkan saudara-saudara  Muhammadiyah, Ikhwanul Muslimin, PBB, HTI, dan juga FPI. Dengan dalih mereka tidak melakukan toleransi dengan saudara-saudara yang lain. Padahal jika kita cermati dengan seksama, sebenarnya mereka juga sangat toleransi dengan saudara-saudara para GusDurian.

Satu hal yang sebenarnya menjadi perbedaan persepsi, yaitu masalah persentase benar salah, dan baik buruk.

Kebenaran, dan kebaikan itulah yang mendasari mengapa kita masih terkotak-kotak dalam friksi antar golongan. Dan memang akan tampak sangat sulit apabila kita menyatukan perbedaan dalam hal benar salah dan baik buruk ini.

FPI akan semangat untuk memerangi kejahatan dan keburukan terutama dalam razia dan sweeping miras, narkoba, dan tindakan asusila. Namun bagi sebagian besar kita menganggap itu adalah hal diluar hak mereka sebagai ormas dan yang berwenang adalah kepolisian. Menurut saya pribadi, tindakan FPI tersebut sudah sesuai dengan ajaran agama Islam yang juga saya anut, yaitu sebagai tindakan amar ma'ruf nahi mungkar, karena memang kepolisian kita kurang kontrol dalam hal ini.

Juga saudara kita yang HTI selalu dan rutin menyebarkan ideologi anti demokrasi. Menurut saya itu sah-sah saja, mengapa tidak kita hormati mereka. Begitu juga dengan saudara-saudara kita yang Ikhwanul Muslimin dan Masyumi (PBB), mengapa kita masih saja menganggap mereka eksklusif dan cenderung membenci mereka. Apakah karena kuatnya penggiringan opini mereka ingin mengubah haluan negara atau karena sebab lain sehingga dengan gampangnya menganggap saudara-saudara kita tersebut tidak Pancasilais. Maka, sebenarnya pemahaman kita terhadap pemikiran Gus Dur, terutama terkait pluralisme memang perlu kita dalami lagi.

Pemikiran Gus Dur masih jauh lebih luas dari sekedar pemikirannya Guus Hiddink. Gus Dur mengajarkan kita dalam berbagai hal, sedangkan Guus Hiddink hanya memiliki kemampuan sebatas persepakbolaan.

Maka sudah selayaknya kita menyadari bahwa bukankah kita sendiri yang seolah-olah inklusif namun tanpa disadari bahwa kita sendiri yang eksklusif. Mulai saat ini jangan pernah menganggap FPI itu musuh kita, HTI itu musuh kita, Ikhwanul Muslimin itu musuh dan lain sebagainya. Mereka adalah saudara-saudara kita semua. Semua telah dikaruniai Tuhan berupa akal yang saling digunakan untuk berfikir dan bebas digunakan untuk berkeyakinan dan berideologi.

Karena apa yang kamu yakini sebagai sebuah kebenaran mungkin bukanlah sebuah kebenaran buat yang lainnya (Ahmad Dhani).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun