* " OBROG " (sebuah potret dinamika di Kab. Indramayu).
Oleh: M. Syahruddin Dawud* (Penggiat NGAJI di Ponpes ASHYAGHO Kroya-Indramayu).
===
Dihampir banyak daerah di Kabupaten Indramayu pada _Nishfu Romadlon_ atau separuh ke-dua bulan suci Romadlon akan bermunculan kesenian dengan nama *Obrog*. Sebuah tampilan kesenian yang khas, berkelompok, dengan komposisi personil dari mulai kelompok anak-anak usia SD /MI, SMP /MTS, SMA /ALIYAH, bahkan kalangan manula, dilengkapi peralatan yang khas, ritme musik yang khas, diramaikan dengan adanya semacam *Maskot* yang dipoles begitu khas pula.
Itulah Obrog, saya tidak tahu apakah ada definisi kongkrit untuk seni obrog ini, saya hanya menulis sebelum konfir pada yang punya dunia Zaman Now yaitu Mbah Google. Sejak saya lahir dan menjadi warga negara ini, yang saya tahu obrog memang demikian adanya.
Banyak asumsi dan opini yang berkembang bahwa obrog itu warisan budaya local, harus dirawat, dilestarikan, dan di urip-urip.
Tulisan saya ini dalam rangka melihat dari sudut pandang yang berbeda.
Dalam kesempatan mimbar Jumat, dan pernah pula saya post dalam sebuah tulisan, bahwa berbicara adat, ada 3 kategori yang perlu kita amati;
1. Adat yang perlu kita pertahankan,
2. Adat yang penting kita evaluasi dan perbaiki,
3. Adat yang harus di _delete_.