Mohon tunggu...
Rangga Presastyo
Rangga Presastyo Mohon Tunggu... -

Bagi saya buku karangan Nurcholish Madjid adalah bacaan wajib

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Sekelumit tentang Film Tanda Tanya

21 April 2011   03:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:34 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Beberapa hari ke belakang kita dihebohkan oleh sebuah film karya Hanung Bramantyo yang berjudul "?" (baca: tanda tanya). Film yang mengisahkan kehidupan beragama di sebuah kota di propinsi jawa tengah itu dinilai sebagian orang mencederai citra agama tertentu. Berbagai reaksi pun bermunculan, mulai dari kecaman hingga pujian. Semuanya mengalir begitu deras di media massa maupun jejaring sosial.

Saya baru saja berkesempatan menonton film tersebut setelah sebelumnya keinginan itu sempat tertunda beberapa kali. Semua adegan saya perhatikan dengan seksama mulai dari latar, dialog tokoh, hingga pesan yang ingin disampaikan. Banyak hal yang patut diapresiasi dari film tersebut, diantaranya adalah sikap saling menghargai antar pemeluk agama dan keberanian menyatakan sikap sesuai dengan hati nurani. Di film tersebut dijelaskan dengan begitu detail bagaimana umat beragama berinteraksi satu sama lain baik interaksi positif berupa penghargaan pada ritual ibadah masing-masing maupun interaksi negatif berupa prasangka yang berujung pada tindak kekerasan. Semua disajikan dengan begitu natural.

Ada beberapa adegan yang konon menimbulkan letupan-letupan di kalangan agamawan. Pertama adalah soal kemurtadan tokoh bernama Rika dari Islam, kedua keberanian tokoh bernama Suryo yang notabene beragama Islam untuk memerankan sosok Yesus Kristus dan Sinterklas, ketiga keikhlasan tokoh muslimah bernama Menuk untuk bekerja di restoran Cina yang menyajikan daging babi pada menu makanannya.

Khususnya masalah kemurtadan tokoh bernama Rika inilah yang paling mendapat sorotan para agamawan, bagi mereka murtad itu bukanlah hal sepele melainkan persoalan serius yang bisa menyebabkan pelakunya dihukum mati. Memang betul ada sebagian ahli fikih yang berpendapat bahwa orang murtad harus dihukum mati berdasarkan sebuah hadits Rasulullah SAW, tetapi hal tersebut perlu ditinjau kembali mengingat Al-Qur'an dalam berbagai ayatnya memberikan kebebasan penuh kepada manusia untuk masalah agama. Ayat-ayat tersebut diantaranya adalah:

"Tidak ada paksaan untuk agama sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat." [QS. Al-Baqarah (2): 256].

Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir." [QS. Al-Kahfi (18): 29].

Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya? [QS. Yunus (10): 99].

Pun dengan keberanian tokoh bernama Suryo untuk memerankan sosok Yesus Kristus dan Sinterklas tak luput dari kecaman para agamawan. Mereka menilai tindakan tersebut sebagai sebentuk dukungan pada keyakinan umat Kristiani meskipun di film itu ditegaskan bahwa tindakan tersebut semata-mata dilakukan karena profesionalitas belaka tanpa meyakini apa yang diperankannya. Al-Qur'an sendiri tidak melarang umat Islam untuk berbuat baik kepada orang non-muslim sepanjang mereka tidak memusuhi dan memerangi.

Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. [QS. Al-Mumtahanah (60): 8].

Mengapa harus meributkan tindakan yang hanya ada pada sebuah film? Bukankah di sinetron dan film lain pun sering dijumpai pemain yang beragama Kristen memerankan adegan shalat dan puasa? Bahkan jika bulan Ramadhan tiba kita sering menjumpai artis-artis non-muslim berpakaian ala muslim di setiap acara sahur. Mengapa hal tersebut tidak dikecam dan dibiarkan begitu saja, padahal jika memakai kerangka berpikir agamawan tindakan tersebut dapat dianggap melecehkan ajaran agama tertentu dan merusak keimanan seseorang.

Terakhir persoalan tokoh Menuk sebagai seorang muslimah yang bekerja di restoran yang menyajikan daging babi pun turut dipersoalkan. Sebagai muslim saya seratus persen yakin bahwa babi memang haram untuk dimakan karena jelas tertulis di dalam Al-Qur'an. Tetapi di film tersebut tidak ada satu pun adegan bahwa orang Islam makan babi, ada pun penyebab meruginya restoran di bulan Ramadhan adalah karena mayoritas penduduk disana adalah muslim sehingga praktis mereka tidak makan hingga waktu berbuka puasa tiba. Pun ditegaskan bahwa peralatan memasaknya sudah dipisahkan sedemikian rupa antara yang dipakai untuk memasak babi dengan yang bukan babi. Jadi jelas tokoh Menuk yang digambarkan sebagai seorang muslimah taat tidak perlu menanggalkan keyakinannya tentang keharaman babi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun