Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

UN Tidak Dihapus, Siswa Merdeka Belajar, Kompetensi Guru Dibutuhkan

13 Desember 2019   15:54 Diperbarui: 14 Desember 2019   15:06 688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gegar gempita saat Nadiem Makarim sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengumumkan ada 4 gebrakan yang akan diberlakukan di tahun 2021.   Yang pertama,  USBN tahun 2020 diselenggarakan hanya oleh sekolah. Yang kedua , mulai 2021 Ujian Nasional diubah menjadi Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter . Yang ketiga  penyusunanan rencana pelaksanaan pembelajaran akan disederhanakan dengan memangkas beberapa komponen.  Yang keempat , daerah berwenang menentukan proporsi final dan memetakan zonasi.  Pasti ada yang pro dan kontra karena hal ini memang hal ini membongkar semua sistem pendidikan mendasar yang sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman dan globalisasi.

Sebagai orangtua yang anaknya pernah melakukan Ujian Sekolah plus Ujian Nasional,  saya merasa lega sekali ada seseorang yang berani melakukan gebrakan ini.  Meskipun belum teruji hasilnya, namun, paling sedikit ada keberanian untuk melakukan perombakan yang sangat besar.

Jika ditanya apa kesan saya sebagai orangtua , anaknya harus melakukakan Ujian Sekolah ditambah Ujian Nasional.   Saya ikut stres, pening, panik.  Stres karena banyaknya pelajaran yang diujikan (hampir semua pelajaran di sekolah dari mulai kelas I hingga kelas III baik untuk SMP maupun SMA),  waktunya dipakai terus untuk belajar , tiap hari harus berlatih latihan ujian di sekolah.   Ketika di SMA pilihan anak adalah matematika dan fisika, namun justru ada pelajaran sejarah, geografi yang tidak ada relevansinya dengan bidang yang diambilnya.

 Sekolah memberikan patokan agar siswa harus lulus semua Ujian Sekolah dan harus lulus dengan angka yang tinggi untuk Ujian Nasional.   Manfaatnya angka yang tinggi ujian Nasional bagi sekolah adalah agar nama sekolah menjadi harum dan menjadi sekolah favorit .

Enam bulan sebelum ujian, anak dan saya sebagai orang tua stres tiap hari.  Setiap kali hasil latihan tidak memuaskan, akan diulangi lagi.  Waktunya hampir habis untuk belajar, bahkan sampai malam harus belajar. Ketika Ujian Nasional sudah selesai, apa yang didapatkan?    Hasil UN itu tidak berpengaruh sama sekali ketika mendaftarkan sekolah di perguruan tinggi internasional.  Materi pelajaran yang diujikan itu tidak bermanfaat dan bernalar untuk bekal masuk ke perguruan tinggi.

Bagi yang kontra Ujian Nasional dihapuskan , lalu bagaimana mengetahui parameter dari tingkat  kompetensi anak di suatu sekolah?

Ternyata Pak Nadiem sudah mengkaji lebih hampir satu setengah bulan untuk mengubah kebijakan ini berangkat dari inspirasi dari Program Asesmen Siswa International (PISA)  yang menitik beratkan kepada metode literasi, numerasi dan karakter bukan sekedar hafalan dari pelajaran.

Ujian nasional yang materinya kebanyakan berasal dari hafalan , bahkan sampai matermatika pun dihafal karena rumus-rumus yang harus dipelajari,  teori yang dipelajari tidak relevan ketika anak menghadapi kehidupan sehari-hari.

Perlu diganti kemampuan bahasa (literasi), kemampuan matematika (numerasi) dan penguatan pendidikan karakter.

Oleh karena itu, soal atau pelajaran membutuhkan penalaran tingkat tinggi, perubahan pola pembelajaran yang tak banyak dihafal atau dikerjakan dengan tidak dimengerti konsepnya.

Lalu ketika digantikan dengan asesmen,  tujuannya apa?  Menurut Pak Jokowi yang diasess itu adalah guru dan sekolahnya.  Murid atau siswa itu mengerjakan pelajaran tidak berdasarkan penguasaan  Materi Kurikulum atau Mata Pelajaran, tetapi berdasarkan literasi, numeris dan pemetaan kompetensi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun