Mohon tunggu...
Fitri.y Yeye
Fitri.y Yeye Mohon Tunggu... Administrasi - otw penulis profesional

Wanita biasa.\r\nPenulis Novel Satu Cinta Dua Agama & Rahasia Hati

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Saat Istri Tidak Lagi Menghargai Suami

27 Juni 2011   07:06 Diperbarui: 4 April 2017   17:33 2297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Kehidupan rumah tangga yang tidak lagi dilandasi saling percaya. Membebani seorang teman, hingga tak sanggup memikulnya sendiri maka akhirnya iapun bercerita.

"Kurang apa aku sebagai suami ma?. Aku memenuhi kewajibanku. Aku bekerja menafkahimu. Walaupun aku sadar aku belum mampu memberimu lebih. Seperti orang lain memberi pada istri mereka. Tapi aku berjuang sekuat tenagaku ma. Di rumah aku juga membantumu, meringankanmu mengerjakan pekerjaan rumah. Aku mencuci pakaian, nyapu, ngepel lantai. Aku bahkan memasak dan cuci piring. Mana ada suami yang mau melakukan tugas rumah seperti ini ma? Lalu kenapa aku masih salah di matamu? Masih saja dikekang dengan aturan-aturan yang tidak masuk akal. Tidak boleh telpon, tidak boleh internet. Maumu aku seperti apa ma?" begitulah cerita sahabatku pagi tadi.

Sebagai suami sepertinya ia telah berusahan berbuat yang terbaik. Lalu dimanakah salahnya?

Sebuah problem rumah tangga yang cukup rumit. Sebagai seorang perempuan saya mencoba mengerti posisi istrinya. Jika saya berada di posisi itu apakah saya akan melakukan hal yang sama? Rasanya tidak karena memang seharusnya tidak.

Persoalan ekonomi memang menjadi faktor utama terjadinya pertengkaran dalam rumah tangga. Tapi kalau kita mau bijak dan menerima semuanya dengan ikhlas mungkin akan berbeda keadaannya. Bukankah banyak orang di dunia ini juga berada dalam kondisi yang sulit? Bukan hanya kita. Bagaiamana mereka bisa bertahan?

Tidak gampang memang mengelola keharmonisan dalam keluarga. Apalagi dalam keadaan kita yang sedang sulit secara finansial.

Rasa saling percaya, saling mendukung satu sama lain sangat dibutuhkan. Sebagai istri harusnya kita bisa menghargai setiap usaha kerja keras suami. Bukan malah menuntutnya dan menghukumnya dengan terus menyudutkannya.

Harusnya istri menjadi penyejuk bagi suami dalam suasana pikirannya yang panas setelah berfikir beratnya tanggung jawab. Mestinya kita menjadi surga yang menenangkan hatinya saat seharian ia kelelahan menjalankan aktivitasnya.

Memberinya kepercayaan penuh. Bukan memata-matai geraknya. Memberikan ia kebebasan bukan malah mengekangnya dalam penjara cinta yang mengungkungnya bahkan juga diri kita.

Bukankah cinta itu adalah kebebasan. Cinta adalah pengorbanan. Mungkin kita perlu bertanya lagi, sudahkah kita mau memberikan kebebasan pada apa yang kita cintai? Sudahkah kita berkorban untuk sesuatu yang kita cinta?

Sebaiknya kita revisi lagi alasan mengapa kita mencintainya? Bukankah kita mencintai pasangan kita karena Tuhan menciptakannya sebagai jodoh, teman dan pendamping dalam hidup kita. Lalu mengapa kita mesti mencinta dengan alasan. Mengapa cinta hilang saat dia tidak memiliki kekayaan? Mengapa cinta kita terkikis oleh materi dan kelimpahan harta? Bukan itu yang membahagiakan Tapi cinta karena keikhlasan yang memberi kebahagiaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun