Mohon tunggu...
Febrialdi  Ali
Febrialdi Ali Mohon Tunggu... Wiraswasta - Manjada wajjada

Era et labora

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Memutus Mata Rantai Aksi Tawuran yang Sudah Turun Temurun

27 September 2012   02:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:37 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Alawy Yusianto Putra (15) bersama Keluarga korban penyerangan pelajar SMAN 6 oleh siswa SMUN 70 di rumah kediamannya di Ciledug Indah II, Tangerang, Selasa (25/9/2012).kompas.com

[caption id="" align="aligncenter" width="400" caption="Foto Alawy Yusianto Putra (15) bersama Keluarga korban penyerangan pelajar SMAN 6 oleh siswa SMUN 70 di rumah kediamannya di Ciledug Indah II, Tangerang, Selasa (25/9/2012).kompas.com"][/caption] Belum lagi kering air mata keluarga Alawy Yusianto Putra yang tewas akibat diclurit dalam tawuran antara SMAN 6 yang diserang oleh SMUN 70 Bulungan hari Senin 24 -9-2012 lalu,hari Rabu ini 26-9-2012 kembali terjadi korban meninggal dalam tawuran pelajar SMK Kartika Zeni dengan SMA Yayasan Karya 66 atau biasa disebut SMA Yake.Deny Januar siswa dari kelas 3 SMA Yake tewas dibacok clurit oleh pelajar SMK Kartika Zeni,di jalan Minang Kabau Manggarai Jakarta Selatan.AD alias Jarot Pelaku pembunuhan siswa SMA Yake sudah ditangkap dua jam setelah kejadian di dekat rumahnya Kuningan Jakarta.Sedangkan pelaku pembunuhan terhadap korban Alawy belum tertangkap sampai saat ini. Peristiwa tawuran yang telah memakan korban ini,terjadi bukan kali ini,dari data yang dikumpulkan oleh kompas.com dalam kurun waktu satu tahun ini telah terdapat 13 pelajar di Jabodetabek tewas mengenaskan gara-gara tawuran. Tawuran antara SMA 70 dengan SMA 6 Jakarta ini sudah sangat sering terjadi. Hal ini sudah menjadi turun temurun antar generasi yang sepertinya " Tetap terpelihara" menjadi warisan dendam diantara kedua sekolahan yang berdekatan itu.Sekolahpun sepertinya juga lepas tangan dengan semua peristiwa mengatakan peristiwa tawuran terjadi diluar sekolah,dan sepertinya bukan menjadi tanggung jawab sekolah lagi. Semua kita tentu merasa sangat prihatin sekali dengan peristiwa tawuran massal yang terjadi di negeri ini.Kejadian ini tidak hanya terjadi di Jakarta saja tapi juga sudah terjadi didaerah-daerah lain.Bahkan juga menjalar ke perguruan tinggi yang merupakan calon intelektual bangsa.Kejadiannya juga sudah berlangsung lama dan tidak ada usaha-usaha konkrit yang telah dilakukan oleh Pemerintah dalam hal ini DEPDIKBUD untuk menumpas sampai keakar-akarnya.Ibarat luka yang dibiarkan terus menerus,akibatnya semakin lama semakin parah. Direktur Negarawan Center Johan O Silalahi menilai tawuran antar pelajar di Jakarta yang menimbulkan korban jiwa jika tidak segera ditanggulangi oleh Pemerintah dapat berdampak pada krisis negarawan bangsa dalam rentang waktu beberapa dekade mendatang.Johan mengatakan gaya hidup hedonisme,materialis dan kosumtif semakin berjaya di tengah arus globalisasi telah meracuni generasi muda.Mereka tidak berpikiran lagi dalam upaya membangun bangsa ini.Mereka sangat puas dengan melakukan hura-hura.ini adalah ciri gaya hidup Hedonisme. Psikolog Forensik Reza Indragiri menyorot " Doktrin senior kepada  junior" menjadi biang kerok terjadinya tawuran antar pelajar selama ini.Doktrin ini selalu menjadi topik yang dibicarakan oleh senior kepada juniornya dalam  memberi pengaruh saat masa orintasi sekolah.Tawuran yang terjadi di Jakarta sejak awal senior telah memberikan topik pada junior " SMA tertentu adalah musuh kita".Reza berpendapat perlunya ditelaah isi dari masa orintasi sekolah dan Depdikbud perlu mengambil alih isu tentang pelaksanan MOS yang tidak efektif dan disalah gunakan. Reza juga menyorot Undang-Undang Perlindungan Anak, siswa SMA masih bisa masuk pada kelompok usia kanak-kanak. Tetapi faktanya nalar mereka sudah bekerja dengan baik, bahkan sampai melakukan tindakan anarkis.Patokan usia pada UUPA bisa menghambat langkah hukum yang seharusnya bisa dilakukan terhadap pelajar yang jadi pembunuh. Kita semua sepakat seharusnya UUPA tidak dijadikan sebagai alat berlindung bagi pelaku biadab pembunuhan  yang disebut anak-anak.Hal ini jelas tidak adil sekali bagi pihak keluarga korban yang telah kehilangan anaknya.Tidak ada alasan perlindungan lagi buat pelaku pembunuhan. Aksi tawuran yang sudah menjurus kriminal dengan sengaja menghilangkan nyawa orang lain,perlu penanganan yang serius dari semua pihak terkait,orang tua murid,guru,Pemerintah(Depdikbud),seluruh siswa mengatasinya secara bersama dengan memutus mata rantai penyebab terjadinya aksi tawuran yang turun temurun ini.Pendidikan budi pekerti serta budaya nilai moral perlu ditanamkan kembali terhadap semua siswa sekolah,sehingga ada saling hormat dan kasih sayang terhadap sesama pelajar walaupun berbeda sekolah.Dengan menebarkan budi pekerti dan moral ini diharapkan akan lahir pelajar yang punya mental dan budi pekerti yang santun dan saling menghormati dan menghargai satu sama lain. Sudah saatnya  sekarang ini peristiwa tawuran pelajar ini tidak dibiarkan lagi terjadi dan hanya dianggap sebagai kewajaran dan sudah jadi tradisi tahunan,tanpa ada usaha untuk menghentikannya dari semua pihak,pada hal sudah sering dan  berulang kali terjadi.Nilai-nilai positif juga perlu disalurkan bagi pelajar untuk mengembangkan kreatifitasnya dalam mengekspresikan jatidiri. Semoga saja kedepan mata rantai penyebab aksi tawuran ini bisa di putus dan diatasi segala permasalahannya,sehingga tidak akan ada lagi aksi tawuran di antara para  pelajar ini.Salam Kompasiana. Sumber Tawuran SMA 6 Vs SMA 70 Menahun, Ada Apa? Tawuran Pelajar dan Krisis Negarawan di Masa Depan Psikolog: Doktrin Senior Jadi Pemicu Tawuran

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun