Waktu SMK saat ditanya guru kimia, apa cita-cita saya, saya menjawab saya ingin menjadi pesulap.
Sang guru kimia saya pun kemudian bertanya, "Kenapa kamu ingin jadi pesulap?"
Jawab saya, "Karena jika saya tidak ada uang saya bisa membuat uang sendiri dengan sulap saya."
Atas jawaban saya, saya ditertawakan guru kimia saya termasuk teman-teman sekelas saya.
Di balik semua jawaban saya tersebut sebenarnya dari kecil hingga saat ini cita-cita dan harapan saya cuma satu, saya ingin menjadi penulis. Namun dalam perjalanan untuk mewujudkan menjadi seorang penulis banyak sekali harapan-harapan kecil yang terbersit di benak yang juga ingin saya wujudkan, sebagai salah satu contoh saya ingin mengajar di PAUD atau tama kanak-kanak setiap akhir pekan atau hari Sabtu misal (tanpa dibayar / sukarela) dan ini bukan saya yang mewujudkan melainkan seorang teman saya yang mewujudkan, lalu lagi ketika saya ingin jadi sukarelawan di panti jompo, nah kalau ini sedikit terwujud sih karena ada akses sendiri untuk melakukan itu, tapi yang pasti seorang teman saya justru yang bekerja di panti jompo.
Lalu kira-kira apa lagi ya?
Ohya, saya pernah punya keinginan punya butik tapi justru itu diwujudkan salah seorang teman yang berkecimpung di dunia perbutikan dan menuai kesuksesan sementara saya pribadi dengan tujuan utama saya belum menjadi seorang penulis yang baik. Tulisan-tulisan saya masih amatiran, pola kalimat saya masih rancu. Saya belum layak disebut seorang penulis tapi dengan demikian tak henti saya mengasah kemampuan saya meski banyak sekali kendala-kendala di depan mata.
Dan inti dari semua, jangan menyerah, jangan menyerah, jangan menyerah. Selalu belajar, belajar dan belajar. Bertindak, bertindak dan bertindak. Jangan lupa juga untuk handalkan Tuhan agar apa yang menjadi harapan diri esok jadi nyata.
Â