Mohon tunggu...
wiwik kurniaty
wiwik kurniaty Mohon Tunggu... Administrasi - mahasiswa

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hidup Rukun, Lebur Kebencian dan Konflik

7 Juli 2017   17:52 Diperbarui: 7 Juli 2017   17:58 679
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saling Bergandengan - www.sobatcantik.com

Dalam kehidupan bermasyarakat, yang namanya  berinteraksi menjadi hal mutlak dilakukan. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa hidup sendiri. Manusia membutuhkan interaksi dengan manusia lain. Tidak ada manusia yang mampu hidup sendiri. Karena kodrat manusia sebagai makhluk sosial, memang ditakdirkan untuk hidup secara komunal. Dan tentu saja dalam interaksi tersebut pasti akan terjadi perselisihan ataupun perbedaan pendapat. Pada titik itulah kadang bisa melahirkan kebencian bahkan konflik terhadap pihak tertentu.

Ancaman konflik memang tidak bisa dilepaskan dari Indonesia. Sebagai negara besar dengan berbagai macam suku dan budaya, dipastikan akan selalu dihadapkan pada perbedaan. Bahkan, tidak mungkin rasanya Indonesia menjadi negara yang seragam. Misalnya, Indonesia hanya dipenuhi masyarakat Jawa, atau Batak, atau Sunda saja. Yang namanya Indonesia harus terdiri dari Aceh hingga Papua. Yang namanya Indonesia harus terdiri dari Islam, Katolik, Protesten, Hindu, Budha, Konghucu dan aliran kepercayaan. Semua keberagaman itu sudah melekat dan tidak bisa dihilangkan.

Baru saja, umat Islam merayakan Idul Fitri. Di hari kemenangan itu, seluruh muslim saling memaafkan satu dengan yang lainnya. Semua pihak saling memaafkan segala bentuk persoalan, kebencian, dan kekerasan yang selama pernah terucap dan pernah dilakukan. Saling memaafkan ini pada dasarnya juga merupakan jati diri bangsa Indonesia. Setiap suku yang ada mempunyai tradisi saling memaafkan.  Bahkan, di Papua yang dianggap masih primitive, mengenal tradisi bakar batu dimana pihak yang selama ini bertikai saling memaafkan.

Budaya saling memaafkan ini, semestinya terus dijaga dan ditularkan kepada generasi berikutnya. Jangan sampai generasi selanjutnya menjadi generasi intoleran, yang mudah marah, mudah mencaci maki dan menebar kebencian kepada siapa saja. Hal semacam ini sungguh jauh dari tradisi Indonesia dan semua agama yang ada di negeri ini. Tidak ada satupun suku, budaya dan agama yang ada mengajarkan kebencian dan kekerasan. Dengan tetap menjaga tradisi saling memaafkan, makan kerukunan antar umat akan tetap terjaga. Dengan saling rukun, maka keberagaman yang ada di negeri ini tetap terjaga tanpa harus saling membenci dan menyakiti.

Dengan tetap menjaga semangat rukun antar sesama, Tuhan akan terus memberikan berkahnya kepada seluruh umat manusia. Sebaliknya, jika umat manusia saling membenci dan bermusuhan, maka justru akan melahirkan murka Allah SWT. Dan jika hidup rukun ini kita tarik dalam konsep kebangsaan, maka persatuan dan kesatuan negeri akan tetap terjaga. Tidak ada lagi kekerasan atas nama agama, kekerasan atas nama politik atau atas nama apapun.

Sayangnya, jika kita melihat yang terjadi saat ini tentu sangat menyedihkan. Masih saja ada sebagian masyarakat yang masih bisa diprovokasi sentimen agama. Masih saja ada masyarakat yang saling membenci, hanya karena berbeda keyakinan atau latar belakang lainnya. Dan jika kita tetap membiarkan diri terprovokasi oleh informasi yang menyesatkan, tentu akan sangat disayangkan. Indonesia membutuhkan generasi tangguh, yang tidak mudah terprovokasi paham radikal, ataupun paham menyesatkan lainnya. Indonesia juga butuh generasi yang mampu hidup rukun ditengah keberagaman yang ada. Sehingga kerukunan antar umat, tetap lestari hingga generasi berikutnya. Ingat, saling memaafkan dan menjaga kerukunan, merupakan hal yang mutlak dilakukan oleh siapapun.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun