Mohon tunggu...
Wisnu Mustafa
Wisnu Mustafa Mohon Tunggu... wiraswasta -

pencari cinta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Papa Pulang, Mama Keramas

6 Januari 2011   01:49 Diperbarui: 4 April 2017   17:34 188060
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam yang cerah, bintang dan bulan berlomba-lomba memancarkan cahayanya. Suara deru mesin Band Saw, dan cross cut silih berganti diselingi suara roda-roda forklift yang berdecit menelusup masuk ke kantor ku malam itu. Tampak di bawah sana para pekerja shift 2 sedang membelah, memotong dan menyusun potongan-potongan kayu jati. Pekerjaanku di bidang logistic pada sebuah perusahaan Furniture mengharuskan aku bertanggung jawab terhadap pengadaan bahan-bahan baku yang sebagian besar berasal dari luar daerah. Seperti malam ini, waktu sudah menunjukan jam 21.30 malam, tampak 4 truk besar masuk ke kawasan pabrik. Deruman disertai debu yang beterbangan segera memenuhi lapangan parkir di belakang kantor. Kenek truk segera datang menghampiriku membawa surat dan dokumen-dokumen kayu. Akupun segera menghampiri truk, melihat kayu-kayu jati gelondongan pesanan perusahaanku. Ada satu hal yang selalu menggelitik ku tiap kali aku melihat truk-truk ini datang, yaitu tulisan-tulisan yang ada di belakang bak truk. Seperti malam ini, kulihat tulisan." " Pergi Karena Tugas...Pulang Karena Beras, PUTUS CINTA... sudah biasa...PUTUS ROKOK... merana...PUTUS REM... matilah kita..., "Lupa namanya, ingat rasanya", BIAR PEYOT YANG PENTING NYEDOT . Grafiti-garafiti ini diselingi gambar-gambar cewek bahenol yang selalu bisa bikin kita tersenyum melihatnya.

12942786801371970972
12942786801371970972
sumber gambar : Google Inilah ekspresi para supir-supir pengelana, mereka membawa muatan jarak jauh, dari jawa timur, Kalimantan bahkan dari sumatera. Pulangnya truk mereka dipakai lagi mengangkut bahan-bahan pokok dari Jakarta ke seluruh pelosok Indonesia. Kadang berbulan-bulan mereka baru bisa berjumpa dengan anak dan isteri. Seringkali kulihat mereka juga membawa PSK di mobilnya, paket hemat begitu istilah mereka. Satu orang PSK melayani kenek dan supir, memijit kalau supir cape, dan kadang membantu menyuci truk. Rata-rata para PSK yang dibawa ini adalah wanita-wanita STW (setengah tua) berumur 40 an sebab kalau yang muda jarang ada yang mau kalau di tawari paket hemat seperti ini,begitu kata mereka. Dari obrolan-obrolan ku dengan mereka aku tahu persis betapa berat perjuangan hidup yang mereka lakoni. Perjalanan yang jauh, pungutan-pungutan liar di jalan raya, sampai kondisi jalan yang buruk, banar-benar telah memeras tenaga mereka. Pangkalan-pangkalan truk di sepanjang jalur pantura, selalu menyediakan PSK yang siap di ajaka kencan. Perilaku sex berisiko ini tak jarang membuat mereka terkena penyakit-penyakit kelamin, tapi mereka tampaknya tak pernah kapok. Seperti penuturan Pak teguh,malam itu. Kami mengobrol sambil ngopi di belakang kantor. Lelaki berkulit hitam legam ini bercerita bagaimana dia hidup dijalanan sedari masih remaja sampai sekarang, di usianya yang ke 52 tahun. Wanita-wanita nakal di jalanan adalah langganan nya, pernah suatu ketika dia terkena penyakit kelamin, tapi akhirnya sembuh berkat minyak rem, Ya minyak rem adalah obat yang biasa digunakan oleh para supir truk untuk mengobati penyakit kelamin.  Pak Teguh bercerita bagimana dia merendam alat kelaminnya dalam minyak rem, aku terbahak melihat dia memperagakannya.Meski banyak juga yang tidak sembuh dan terpaksa harus ke dokter. Pernah disuatu malam aku melihat seorang supir truk sedang bercinta di atas truk nya yang sedang menunggu bongkar muat di dalam pabrik. Posisi truk dengan muatan yang tinggi mungkin mereka anggap aman dan tidak akan ada yang melihat apalagi malam hari seperti ini. Dari atas kantor yang bertingkat dua, aku dan temanku tertawa-tawa melihat kelakuan supir ini. Pagi harinya kulihat si wanita sedang mencuci truk bersama kenek, sedangkan si supir tampak masih tidur di jok depan. Selain tulisan dan gambar-gambar seronok adalagi tulisan yang selalu ada pada truk ini, kadang didepan, disamping atau dibelakang truk. Tulisan "Gajah Oling", dari informasi supir, ternyata ini adalah nama sebuah organisasi jasa pengamanan khusus truk-truk angkutan. Konon organisasi ini di bentuk dan dibekingi oleh tentara. Para pengusaha angkutan rata-rata mengunakan jasa pengamanan ini jika ingin muatannya selamat sampai di tujuan. Jarak tempuh yang jauh membuat para juragan truk dan supir meresa terbantu dengan jasa penganan swasta ini. Pak supir bercerita, pernah suatu waktu, seorang temannya di rampok di tengah jalan, barang habis di jarah termasuk Handphone. Dia segera melapor ke perwakilan Gajah Oling dan dalam waktu 3 hari saja, muatan sudah bisa ditemukan plus handphone si supir, Luar biasa sekali kiprah organisasi ini. Membawa muatan dari jawa timur ke Jakarta saja biaya di jalan raya bisa mencapai lebih dari satu juta rupiah hanya untuk ngemel atau bayar pungutan tidak resmi di sepanjang jalan yang di lalui. Besarnya bervariasi , mulai dari 10 ribu sampai 100 ribu rupiah. Belum lagi biaya- biaya resmi yang memang harus di bayar. Ditengah ekonomi biaya tinggi tersebut masih ditambah lagi dengan keamanan di jalan raya yang tidak terjamin. Ancaman perampokan atau bajing loncat selalu menghantui para supir. Maka tak heran jasa pengamanan swasta pun bermunculan. Juragan truk harus membayar sejumlah uang per bulan atau per tahun, lalu mereka akan diberi stiker besar atau tulisan Organisasi Mereka. Organisasi seperti Gajak Oling ini ternyata banyak, sebagian didirikan oleh para mantan rampok dan bajing luncat juga. Nama-nama seperti Semut merah, SIGADA, SKPD, dan lain-lain, beroperasi menurut daerah masing-masing. Kepercayaan mereka terhadap kemampuan polisi tampaknya sangat kurang, mereka lebih mempercayai kelompok-kelompok jasa pengamanan swasta yang memang terbukti handal . Ditengah begitu banyaknya masalah-masalah di jalan raya yang harus mereka hadapi, mereka juga kerap terganggu dengan konflik-konflik rumah tangga yang mereka alami.Cerita-cerita mengenai istri yang berselingkuh karena lama di tinggal pergi, anak yang tidak kenal bapaknya, istri yang dibawa lari kawan, kerap menghiasi kisah-kisah hidup mereka. Grafiti pada bak truk mereka hanya sedikit curahan hati mereka yang coba di ekpresikannya. Seperti juga tulisan "PAPA PULANG MAMA BASAH", Atau "PAPA PULANG MAMA KERAMAS", hanyalah bentuk kerinduan mereka pada keluarga dirumah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun