Mohon tunggu...
Weti Artika
Weti Artika Mohon Tunggu... Penulis - Seorang yang sedang belajar menulis, baru punya 1 bukti karya berupa novel berjudul "Separuh Genap" sampai sekarang masih menjadikan dunia literasi sebagai favorit nomor satu.

Pembelajar, Introvert yang belajar berkecimpung di dunia sosial, masih belajar mitigasi bencana dan (calon) penulis.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Keuntungan Mata Minus

28 Mei 2017   22:37 Diperbarui: 28 Mei 2017   22:50 1585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Saya memiliki mata yang sudah tidak normal lagi atau dengan kata lain, saya memiliki kondisi mata yang menyebabkan objek yang dekat terlihat jelas sementara jika ingin melihat objek yang jauh akan terlihat kabur dan tidak jelas, maksud lainnya adalah saya memilki penyakit rabun jauh yang terjadi ketika bola mata yang terlalu panjang atau karena kelengkungan kornea yang terlalu besar sehingga cahaya yang masuk tidak bisa difokuskan dengan baik, contohnya ketika melihat tulisan dari jarak jauh saya tidak bisa membacanya dengan benar, terkadang saya perlu menyipitkan mata yang memang sudah kecil supaya sedikit bisa melihat dengan jelas, pun sama ketika saya akan melihat jodoh yang belum tahu siapa, mata ini akan semakin minus, bayangan dan pandangan mengenai jodoh itu sendiri semakin kabur dan abu-abu disertai kepala yang langsung pusing dengan jantung yang berdebar resah (oke bercanda).

Sebab rabun jauh itu terbagi-bagi dalam beberapa kategori seperti rabun jauh ringan, rabun jauh menengah dan rabun jauh berat, saya harus melakukan pemeriksaan terhadap golongan mana penyakit rabun jauh yang di miliki ini dengan dioptri. Dioptri adalah unit pengukuran yang digunakan oleh ahli medis untuk mengukur seberapa parah kondisi rabun yang dimiliki oleh penderitanya. Syukurlah, setelah melakukan pemeriksaan saya termasuk dalam kategori rabun jauh ringan karena memiliki ukuran minus kurang dari (minus) -4.  Saya bersyukur karena masih tergolong dalam rabun jauh ringan, karena penangannya yang sederhana dan relative terjangkau; kemudian diberi pilihan harus menggunakan lensa kontak atau kacamata kuda (bercanda lagi,  saya memilih menggunakan kacamata khusus manusia).  Mengapa di sebut penanganan sederhana? Karena ada banyak penanganan untuk rabun, seperti implantasi lensa buatan, operasi dengan laser epithelial keratomileusis (LASEK), laser in situ keratectomy (LASIK) dan photorefractive keractomy (PRK) yang saya yakin tidak perlu dijelaskan di sini karena membacanya pun saya asumsikan kita sudah cukup kerepotan, hehe.

Sejak Sekolah Menengah Pertama menginjak di kelas VII (tujuh) semester awal saya sudah menyadari bahwa ada yang salah dengan mata ini, tapi kemudian saya baru memakai kacamata (dan itupun tidak selalu dipakai) saat menjadi siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Memiliki mata minus, membuat saya bersyukur dan memaknainya dengan banyak hal. bersyukur karena diberikan indera penglihat yang membuat saya bisa melihat lukisan Semesta yang lebih dari indah, orang tua dan keluarga yang wajahnya selalu menyenangkan untuk dilihat dan lingkungan yang dengannya saya dapat bersosialisasi dengan baik. Saya pernah membayangkan bagaimana jika tidak bisa melihat, alangkah sulitnya.

Mata minus membuat saya memahami sebuah tekad bahwa hanya mata saja yang boleh minus, tetapi kelakuan jangan. Biarkan mata saja yang memiliki kekurangan untuk melihat dengan jelas, tapi mata minus tidak bisa mengaburkan saya dari apa yang baik dan apa yang harus ditinggalkan. Intinya, jangan sampai jatuh terperosok dan sulit untuk bangkit dari keminusan.

Memiliki penglihatan yang tidak cukup baik membuat saya harus menggunakan kacamata agar terlihat jelas, analogi yang sama digunakan dan  diupayakan untuk diterapkan ke kehidupan sehari-hari. Apapun yang terjadi, apapun yang dilihat dan dialami, saya harus mengupayakan segala kondisi yang dialami dengan pandangan yang jelas dan jernih, demi menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Jadi seperti itulah, memang menjadi sedikit menyesal karena tidak bisa menjaga apa yang sudah diberikan oleh Semesta tapi akan lebih buruk lagi jika tidak bisa bersyukur atas segala sesuatu yang ditakdirkan. Dulu sekali, saya malu menggunakan kacamata karena terlihat seperti orang aneh yang “sok pintar” tapi mau bagaimana lagi? Nasi sudah menjadi bubur, tinggal ditambah garam, penyedap rasa, irisan daging ayam dan bawang goreng serta telur rebus agar bisa dinikmati, pun saya dengan mata  yang sudah terlanjur minus, saya (dan kamu yang sudah menggunakan kacamata) harus bersyukur masih bisa melihat dan memanfaatkannya dengan sebaik mungkin. Itu saja.**

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun