Mohon tunggu...
Wenny Ira R
Wenny Ira R Mohon Tunggu... Penulis - Kybernan

Peneliti, Akademisi, Militansi Desa, Humanis, Berbudaya, Book Lover

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Membangun Ekonomi Desa Melalui Tangan Ibu

22 Februari 2017   23:00 Diperbarui: 23 Februari 2017   20:00 528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perempuan Desa Penyengat Olak, Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muara Jambi, Provinsi Jambi Yang tergabung di Sekolah Bank Sampah Perempuan Desa Penyengat Olak, berpose dengan hasil karya daur ulang celana jeans bekas || koleksi pribadi

Sekolah Bank Sampah Perempuan Desa Penyengat Olak, begitulah wadah yang akhirnya terbentuk sebagai sarana perempuan Desa Penyengat Olak Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muara Jambi, Provinsi Jambi, untuk terlibat kedalam pembangunan desanya pada sekitar awal 2016 lalu. Sekolah ini merupakan hasil inisiasi tim community development Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (STISIP) Nurdin Hamzah Jambi dalam project Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (PPM) rural Community Development (RCD) Tahun Kerja 2015, setelah sepanjang tahun itu tim tersebut melakukan observasi dan penelitian terhadap keterlibatan perempuan pedesaan dalam pembangunan di desanya.

Perjalanan selama  tahun 2015 melakukan observasi dan penelitian terhadap perempuan pedesaan di desa Penyengat Olak yang mana sasaran penelitian pada kelompok perempuan kader Posyandu Desa, tim Community Development STISIP Nurdin Hamzah Jambi menemukan fakta bahwa integrasi perempuan desa Penyengat Olak kedalam partisipasi, proses pengambilan keputusan, penganggaran, dan pengawasan pembangunan sangatlah rendah. 

Meskipun para perempuan tersebut mengetahui bahwa keterlibatan mereka dalam proses politik pembangunan pedesaan dapat bermanfaat dan meningkatkan hajat hidup mereka, namun ada kondisi pasif yang memaksa mereka untuk terus memilih pasif terhadap pemerintahan desa setempat. Akibatnya mereka hanya tinggal menjalankan perintah dan petunjuk pembangunan dari atas atau dari elit desa.

Berdasarkan hal tersebut, tim Community Development STISIP Nurdin Hamzah Jambi berinisiatif untuk mendorong perempuan Desa Penyengat Olak untuk lebih terarah terlibat kedalam gerak pembangunan dan juga komunikasi pembangunan dengan pemerintah desa setempat. Kebetulan motivasi mereka untuk mengubah lingkungan yang lebih baik sangat tinggi karena melihat pencemaran sampah di sungai Batanghari, dimana pinggirnya merupakan tempat mereka kebanyakan bermukim. Maka pada akhir  Januari 2016  bekerjasama dengan Sekolah Bank Sampah Al Kausar Kota Jambi, dibentuklah Skeolah Bank Sampah Perempuan Desa Penyengat Olak.

Pada tahun kerja 2016 tim Community Development STISIP Nurdin Hamzah Jambi, berhasil mengusulkan SK Pembentukan Pengurus Skeolah Bank Sampah Perempuan Desa Penyengat Olak ke pemerintah Desa setempat, kemudian secara bertahap pada bulan Oktober hingga November 2016, melalui serangkaian proses pertemuan dengan pengurus Sekolah Bank Sampah Perempuan Desa Penyengat Olak yang telah resmi terbentuk, dilakukan pengisian visi-misi organisasi, tujuan, operasional, output yg ingin dicapai, hingga sistem Sekolah, kurikulum.

Pertemuan pengurus Sekolah Bank Sampah Perempuan Desa Penyengat Olak dengan Skeolah Bank Sampah Al Kausar Kota Jambi, juga dengan tim community development STISIP Nurdin Hamzah Jambi untuk membahas kerangka organisasi hingga kurikulum. || koleksi pribadi
Pertemuan pengurus Sekolah Bank Sampah Perempuan Desa Penyengat Olak dengan Skeolah Bank Sampah Al Kausar Kota Jambi, juga dengan tim community development STISIP Nurdin Hamzah Jambi untuk membahas kerangka organisasi hingga kurikulum. || koleksi pribadi
Pada bulan November hingga saat ini, tim community development STISIP Nurdin  Hamzah Jambi mendampingi Skeolah Bank Sampah Perempuan Desa Penyengat Olak untuk belajar mengolah sampah menjadi karya yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Jadwal belajar Sekolah ini setiap hari senin jam dua siang, setiap seminggu sesuai dengan keinginan peserta belajar mengolah sampah menjadi karya. beberapa pembelajaran daur ulang yang telah mereka pelajari antara lain yaitu mendaur ulang koran bekas, plastik bungkus kopi, kain perca, celana jeans bekas, bungkus mie instan.

Perempuan Desa Penyengat Olak ketika belajar mendaur ulang kain perca. || koleksi pribadi
Perempuan Desa Penyengat Olak ketika belajar mendaur ulang kain perca. || koleksi pribadi
Beberapa karya daur ulang dari koran, bungkus kopi, kain perca, celana jeans bekas Sekolah Bank Sampah Perempuan Desa Penyengat Olak yang dipamerkan di Festival Batanghari 2016. || koleksi pribadi
Beberapa karya daur ulang dari koran, bungkus kopi, kain perca, celana jeans bekas Sekolah Bank Sampah Perempuan Desa Penyengat Olak yang dipamerkan di Festival Batanghari 2016. || koleksi pribadi
Saat ini pun dengan intensifnya Sekolah Bank Sampah Perempuan Desa Penyengat Olak berjalan, pemerintah desa turut perhatian dengan menganggarkan keperluan Sekolah Bank Sampah perempuan dalam APBDes-nya. 

Sekolah Bank Sampah Perempuan Desa Penyengat Olak, mengikuti sistem induknya yaitu Sekolah Bank Sampah Al Kausar, menjalankan sistem donasi sampah untuk menunjang operasional sekolah. Namun saat ini bagi siapapun yang ingin belajar ke Sekolah tersebut tidak dipungut biaya, hanya membawa sampah daur ulang yang akan dipelajari. Sistem donasi penuh untuk menunjang operasional belum dijalankan karena untuk menuju kearah tersebut tim community development STISIP Nurdin Hamzah Jambi melihat perlunya pendampingan lebih lanjut. 

Yang baru berjalan, donasi sampah untuk keperluan menunjang kreasi karya dalam pembelajaran sekolah. Pesertapun saat ini masih terdiri dari kelompok perempuan kader Posyandu dan tetangga sekitar basecamp sekolah diadakan. Untuk kedepan masih diperlukan beberapa pendampingan seperti kampanye masif tujuan dan visi misi sekolah terhadap warga sekitar yang lebih meluas, dan menarik partisipasi anak-anak putus sekolah, serta menjalankan gerakan masif pendidikan daur ulang sampah ketimbang membuangnya ke sungai Batanghari.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun