Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Ketika Juara Indonesian Idol Memuji The Voice Indonesia

6 Mei 2013   17:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:01 2057
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Panggung Live Show The Voice Indonesia semalam menyisakan cerita menarik di belakang layar. Cerita-cerita itu hadir dan menghiasi lini masa jejaring yang memperbincangkan The Voice Indonesia. Salah satunya adalah beredarnya foto seorang Mikha Angelo yang sedang duduk menghadap layar TV menonton Live Show The Voice Indonesia di sini.

Bukan sebuah hal yang luar biasa sebenarnya mengingat siapapun bisa dan boleh menyaksikan semua acara TV yang mereka kehendaki. Namun foto Mikha ini tentu menjadi lebih berarti untuk dimaknai mengingat dia adalah salah satu komoditas dari panggung X-Factor yang saat ini menjadi kompetitor The Voice Indonesia.

Tapi yang menjadi top tweet di lini masa sosial media dari semalam bukanlah perihal foto Mikha tersebut. Adalah dua kicauan Regina, sang juara Indonesian Idol 2012 yang ternyata ikut menyimak babak Live Show semalam. Lewat akun @reginaivanova4, semalam ia ikut berkicau dengan hashtag #TheVoiceID dan mengarahkan mention langsung ke @TheVoice_ID. Ada dua tweet Regina tentang The Voice Indonesia yang cukup menarik yakni :

Wuiiiiissshhh ini @TheVoice_ID greaat show..greaat singers...great judges..KECE #TheVoiceID

Ini Pritta #TeamSherina @TheVoice_ID nyanyi "I Surrender" sih GOKIEEEELLL!! *prokprokprok* #TheVoiceID

Sama dengan foto Mikha, membaca tweet tersebut saya pun menganggapnya wajar kecuali langsung teringat dengan beberapa perang komentar di sosial media yang saling memperbandingkan dan tak jarang saling menjatuhkan antar satu ajang kompetisi dengan ajang lainnya sebagai. Tak terkecuali di youtube di mana beberapa komentar dengan terang menunjukkan bahwa ajang pencarian bakat seperti The Voice Indonesia dan sejenisnya memang selalu bisa mengundang euforia sekaligus emosi yang tidak sederhana. Emosi yang memancarkan fanatisme tinggi menjadi agak lucu karena di saat para kontestan dari ajang-ajang itu saling berteman dan menghargai, penggemarnya justru saling "menyoraki" dan menjatuhkan satu sama lain.

Tak heran jika saat Regina melempar pujian untuk The Voice Indonesia, termasuk kepada para juri dan pesertanya, sebagian orang memandangnya sebagai hal aneh seolah seorang lulusan dari Indonesian Idol tabu untuk memuji ajang serupa lainnya. Bahkan ketika Mikha Angelo menonton The Voice, beberapa penggemar justru membacanya sebagai bentuk kemenangan The Voice terhadap X-Factor.

Lepas dari apapun pertanda yang ditunjukkan oleh Regina dan Mikha dengan menonton dan memuji ajang yang menjadi kompetitor almamater mereka, hal ini sebenarnya boleh dibaca sebagai pesan bahwa cara terbaik untuk menyikapi banyaknya ajang pencarian bakat di Indonesia adalah dengan menontonnya sebagai acara yang kita suka. Musik hanya perlu dinikmati secara sederhana yakni sebagai musik saja tanpa harus disertai banyak pengakuan apalagi sensasi. Nikmatilah yang memenuhi selera kita. Memperbandingkan dengan jalan menuntut satu ajang harus mendekati kemewahan ajang lain hanya menghabiskan energi. Memang ajang-ajang tersebut sengaja dimunculkan di waktu yang hampir bersamaan dalam kerangka persaingan bisnis. Tapi emosi kita sebagai penonton sebaiknya tak perlu mengikuti skenario persaingan tersebut. Mengkritik lampu panggung dan memperbandingkan teriakan penonton termasuk menuntut bintang tamu yang sama-sama sensasional justru tampak menggelikan.

Pada akhirnya ajang kompetisi bernyanyi akan sama dengan program tayangan TV lainnya yang akan menemukan penonton dan pecintanya sendiri meski segmentasinya sebenarnya tak berbeda. Jadi nikmati saja panggung yang lebih bisa membuat kita tulus mengapresiasi musik sebagai musik, lagu sebagai lagu tanpa perlu membandingkan  luas panggung apalagi warna lampu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun