Putra bungsu mantan Menhankam/Pangab Wiranto, Zainal Nurrizki telah meninggal diAfrika selatan. Saya tak ingin membahas almarhum karena juga tak kenal, tapi saya ingin membahas keputusan keluarga beliau yang memilih sang anak dimakamkan diAfsel sebagai sebuah keteladanan yang patut ditiru, terutama bagi umat Islam.
Status sebagai anak dari mantan pejabat tinggi sebenarnya tentu menjadi jaminan kemudahan bagi keluarga jika ingin jenazah dipulangkan untuk dimakamkan ditanah air.
Tapi hal ini tak dilakukan dengan berbagai pertimbangan yang saya kira patut dijadikan teladan.
Menyegerakan Pemakaman
Dalam ajaran Islam memang dianjurkan untuk menyegerakan penguburan jenasah yang telah meninggal. Hanya saja umumnya tradisi bangsa ini seringkali lebih memilih menunggu keluarga atau memulangkan jenasah ketanah air daripada menyegerakan penguburan.
Menurut saya keikhlasan keluarga belia untuk lebih memilih segera memakamkan jenazah daripada memulangkan ketanah air patut dijadikan teladan nyata bagi setiap muslim ketika keluarganya meninggal.
Menghindari Merepotkan Pihak Lain
Saya kira cukup mudah sebenarnya bagi keluarga pak Wiranto untuk meminta bantuan pemerintah Afsel dan KBRI di Afsel untuk membantu pemulangan anaknya.
Hanya saja ini tak dilakukan beliau terkait 2 hal menghindari merepotkan pihak lain yg bisa jadi akan menambah berat hisab almarhum diakhirat juga memenuhi hak jenazah untuk segera dimakamkan.
Menurut saya ini juga patut dijadikan teladan bagi keluarga pejabat dan mantan pejabat untuk membuang ego keluarga merepotkan pihak lain demi memulangkan jenasah keluarga ketanah air dan justru melupakan hak jenazah agar segera dimakamkan.
Semoga keiklasan keluarga pak Wiranto ini bisa dijadikan teladan bagi keluarga muslim lainnya jika anggota keluarganya meninggal ditempat jauh.