Mohon tunggu...
Syaripudin Zuhri
Syaripudin Zuhri Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar sampai akhir

Saya senang bersahabat dan suka perdamaian. Moto hidup :" Jika kau mati tak meninggalkan apa-apa, maka buat apa kau dilahirkan?"

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jokowi dan 3 "Penyakitnya"

5 September 2014   15:42 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:33 2292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14098804021605435909

[caption id="attachment_322430" align="aligncenter" width="624" caption="Jokowi sebagai Presiden terpilih pada sebuah kartun. Jokowi siap dikritisi demi Indonesia baru yang jaya, adil, makmur, sejahtera dan merata. Sumber: kartun.inilah.com"][/caption]

Pilpres 2014 telah usai, yang kalah dan yang menang sudah nyata di depan mata, hanya tinggal pelantikan tanggal 20 Oktober 2014 nanti. Yang kalah, walau masih belum mengakui kekalahannnya,  dan akan terus mencari" keadilan" atas kekalahannya, konon karena merasa dicurangi, walau tak terbukti di MK( Mahakamah Konstitusi).

Dengan putusan MK yang final, karena tak bisa banding lagi, kekalahan terasa semakin berlipat ganda. Sudah kalah menurut hitungan cepat, kalah menurut lembaga resmi negara, KPU( Komisi Pemilihan Umum), ditambah kalah lagi oleh putusan MK. Dan masih tetap "mgotot" untuk mengajukan ke PTUN( Pengadilan Tata Usaha negara), yang inipun ditolak, jadi tambah lagi rasa kekalahan itu.

Itupun belum cukup, sampai saat ini, saat tulisan ini dibuat, belum ada tanda-tanda yang kalah, mengakui kekalahannya. Berita terakhir, Hatta telah mnta maaf kepada JK, sedang yang satu lagi belum. Terlepas dari dari pangkatnya, terlepas dari kepribadiannya yang meledak-ledak, terlepas dari dukungan partai yang banyak, ternyata memang susah menerima kekalahan. Ditambah rasa optimis yang begitu tinggi dan "napsu" kekuasaan yang mengebu-gebu, maka terjadialah apa yang terjadi, susahnya menerima kekalahan, konon mengaku patriot sejati, namun sukar mengakui kekalahan, maka dimana nilai patriot sejatinya? Jiwa patriot adalah jiwa yang siap untuk menang, dan siap juga untuk kalah!

Jangan hanya pada kemenangan mengaku jiwa patriot, tapi saat kalah, memble! Itu tak baik buat contoh seorang patriot sejati, tak layak untuk dijadikan contoh oleh siapapun. Seorang patriot sejati adalah berjiwa besar, menerima kekalahan dan mengucapkan selamat kepada yang menang adalah contoh patriot sejati, contoh seorang negarawan, yang tak hanya bisa menerima kemenangan, tapi juga kekalahan. Sakit memang, itu ibarat nasi sudah menjadi bubur. Bagi patriot sejadi tidak lagi menyesali nasi yang sudah menjadi bubur, tapi berpikir kreatif untuk menjadikan bubur tersebut enak dan nyaman dimakan, bisa dijadikan bubur ayam yang lezat, misalnya.

Itu bagi yang kalah, nah sekarang kita lanjutkan bagi yang menang. Sang pemenang adalah Jokowi. Terlepas dari gaya Jokowi yang"ngedeso" dan wajah" kapungan" dan wajah "yang apa adanya", kini Jokowi mau tak mau harus diakui sebagai Presiden pilihan rakyat, walau tidak semua rakyat memilihnya, hanya sekitar 52 % dari peserta Pilpres yang memilihnya, tidak menang mutlak! Hanya menang "tipis", silisih dengan yang kalah, "hanya" sekitar 7% persen saja, ini yang membuat yang kalah dibuat penasaran.

Jokowi sebagai pemenang tetap harus diawasi, karena ternyata Jokowi sebagai seorang pemimpin banyak "penyakitnya" dan ternyata "penyakitnya" ini susah untuk disembuhkan, karena sudah menjadi kebiasaan yang terpilhara dengan baik. Loh penyakit kok dipelihara? Mari kita lihat apa saja "penyakit" Jokowi?

Pertama, blusukan, ini penyakit, tanda kutip, yang membuat Jokowi terkenal, karena begitu jarangnya pejabat yang melakukan blusukan, hingga apa yang dilakukan Jokowi, memang seharusnya, menjadi begitu fenomenal. Padahal ada juga pejabat lain yang melakukan hal yang sama, hanya kurang atau tidak di ekspos oleh media. Jadilah yang terkenal dalam blusukan tersebut adalah Jokowi. Kalau dulu mungkin istilahnya sidak, kunjungan dadakan oleh pejabat tanpa protokoler atau tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, tiba-tiba sudah berada dilokasi yang ingin diketahui oleh pejabat tersebut.

Nah penyakit tanda kutip ini, bagi Jokowi tak bisa lagi dipisahkan, contoh nyata, ketika mendapat pengawalan Panpanpres, karena statusnya sebagai Presiden terpilih, Jokowi tetap blusukan. Blusukan ke kampung-kampung, yang membuat Panpanpres kewalahan dibuatnya. Jokowi tak mau berjarak dengan rakyat, dan hal tersebut sudah ditegaskan olehnya. "Jangan Saya mengikuti protokol, tapi protokol yang mengikuti Saya"  Bagitu kira-kira kata Jokowi.

Kedua, Jokowi sudah dekat dengan rakyat. "Penyakit" yang satu inipun susah untuk disembuhkan, karena pengalaman Jokowi diwaktu kecil, yang puny nasib sama dengan rakyat kebanyakan, koban gusuran dan korban saspol PP( dulu Kamtib). Jokowi merasakan betul "susahnya" menjadi rakyat kecil. Digusur ke sana kemari tanpa bisa membela diri. Dengan pengalaman yang membekas ini, Jokowi berusaha merubah nasib rakyat kecil, rakyat kebanyakan. Hal tersebut sudah terlihat sejak menjadi Wali Kota Solo, selama dua periode, dan saat menjadi Gubernur DKI, yang sedang dijalani.

Pada tanggal  15 Oktober 2014 mendatang, Jokowi tepat dua tahun secara resmi menjadi Gubernur DKI, dan lima hari kemudian Jokowi akan dilantik menjadi Presiden Republik Indonesia yang ke 7, luar biasa! Inilah Presiden RI yang dimaui rakyat pada Pilpres 2014 ini, inilah Presiden RI yang tak mau jauh-jauh dari rakyat dan sukar dipisahkan dengan rakyat. Lihat aja "fenomen Bajai". Belum pernah dalam sejarah capres nunggang Bajai ketika ke KPU! Bayangkan betapa gembiranya tukang Bajai, Bajainya disewa calon capres RI, ini nyata, bukan di sinetron!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun