Mohon tunggu...
Andi Surya Mustari
Andi Surya Mustari Mohon Tunggu... Administrasi - Statistisi

Merangkai hikmah yang berserak

Selanjutnya

Tutup

Money

Mengentaskan Kemiskinan

11 September 2017   21:42 Diperbarui: 11 September 2017   21:45 917
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah banyak program yang digulirkan buat mengentaskan kemiskinan, gak sedikit pula anggaran yang sudah dikucurkan. Berbagai kementerian/lembaga, baik di pusat atau daerah, berlomba memberikan manfaat maksimal bagi penduduk miskin. Tapi sejak 2010, angka kemiskinan cenderung stabil dengan penurunan yang melambat.

Tiap calon kepala daerah maupun anggota legislatif pasti menyisipkan misi pengentasan kemiskinan dalam jualan politiknya. Setelah menjabat, husnuzon aja, ada juga upaya mereka buat membantu. Tapi nyatanya, kemiskinan tetap jadi masalah yang belum mau hilang.

Menurunkan angka kemiskinan akan jauh lebih mudah dilakukan jika dipahami filosofi penghitungannya. Kemiskinan merupakan kondisi ketika besarnya pengeluaran perkapita seseorang lebih rendah daripada garis kemiskinan (GK). Kemiskinan tidak dilihat dari pendapatan atau penghasilan seseorang, melainkan dari pengeluarannya yang dihitung dari total barang dan jasa yang dikonsumsi.

Angka kemiskinan akan kecil jika nilai konsumsi tinggi sementara GK rendah. Dengan sendirinya, kemiskinan dapat ditekan jika konsumsi masyarakat meningkat dan nilai GK bisa stabil. As simple as math..!

GK merupakan nilai minimum rupiah yang dibutuhkan untuk mengkonsumsi 2100 kkal makanan per hari, ditambah komoditas terpilih non makanan untuk tempat tinggal, pendidikan dan kesehatan. Nilai GK akan stabil jika harga2 bisa stabil, bahkan turun. Maka langkah pertamadalam menekan angka kemiskinan adalah mengendalikan harga, terutama bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat miskin.

Langkah keduatentu saja, meningkatkan konsumsi makanan. Jargon empat sehat lima sempurna perlu digulirkan kembali untuk menambah semangat melengkapi menu harian. Begitu pun slogan 'hasil kebun sendiri', atau 'menanam di pekarangan rumah', atau 'satu rumah satu ekor ayam', perlu digalakkan kembali buat meningkatkan konsumsi masyarakat.

Ketiga, perluasan program jaminan sosial. Keren ya sebutannya? Hehee.. padahal sudah dan sedang dilakukan pemerintah. Tengok aja program keluarga harapan (PKH), penyaluran beras miskin (raskin), kartu Indonesia pintar (KIP), bantuan operasional sekolah (BOS), bantuan siswa miskin (BSM), program bidik misi, kartu Indonesia sehat (KIS), kredit usaha rakyat (KUR), dan masih banyak lagi, semua itu ditujukan supaya masyarakat miskin bisa menikmati aneka fasilitas dasar tanpa perlu membayar. Artinya, nilai konsumsi non makanannya bisa meningkat.

Screenshot
Screenshot
Lantas, siapa yang menerima program pengentasan kemiskinan tersebut? Ya orang miskin lah. Tapi di mana? Padahal kemiskinan ditentukan melalui data sampel, diestimasi dari informasi nilai pengeluaran perkapita, dan hanya berupa angka absolut pada level kabupaten/kota. Maka di sinilah pentingnya basis data terpadu (BDT) hasil pendataan 2015. Isinya, daftar penduduk pada kelompok ekonomi 40% terendah. Jadi siapapun orang miskin yang 28juta penduduk itu, seharusnya sudah tercatat dalam BDT.

Masalahnya sekarang, apakah BDT sudah up to date? Apakah penyaluran program2 tersebut sudah tepat sasaran? Ah pusing, mending kita makan yang banyak aja..

...

[10/05/2017]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun