Disaat Parpol berlabel agama yaitu PPP alami keterpurukan akibat konflik internal dan sikap politiknya yang "nyleneh" dengan mendukung Ahok dalam Pilkada Jakarta 2017 lalu.
Yusri Ihza Mahendra sebagai petinggi PBB mampu tampil memukau umat dengan sikapnya yang konsisten menolak Perpu no 2 tahun 2017 tentang Ormas dan berani pasang badan membela HTI yang dibubarkan Pemerintah lewat Perpu Ormas baru tersebut.
HTI sebagai Ormas politik tapi tidak terjun dalam Partai Politik punya basis massa pendukung yang kuat dikalangan perguruan tinggi dan kaum terpelajar,sebaliknya PBB sebagai parpol saat ini bisa dikatakan sebagai parpol "gurem" diambang kepunahan,tiba tiba bangkit kembali akibat sikap politik YIM yang gigih membela HTI.
Simpati publik pada PBB pun jadi meningkat,bila kecenderungan ini sampai musim Pemilu 2019 nanti bisa jadi PBB bisa meraih kursi di DPR banyak sehingga bisa punya fraksi di DPR.
Bisa jadi aktifis eks HTI akan menyalurkan aspirasi politiknya lewat PBB sebagai bentuk kesamaan visi misi antara HTI dan PBB dalam beberapa hal,tapi tidak disemua hal.
Saat ini eks HTI baik yang duduk dalam kepengurusan HTI maupun sebatas simpatisannya atau sebatas ikut ber empati atas pembubaran HTI disatu sisi merasa kecewa kepada pihak yang membenarkannya,disisi lain juga merasa berterimakasih kepada YIM dan jajaran pengurus PBB yang begitu gigih membela HTI.
Sikap terimakasih tersebut bisa mewujud dalam bentuk dukungan politik pada PBB,bila itu terjadi berarti PBB dapat pendukung yang " luar biasa " dan berujung kebangkitan PBB dikancah politik nasional dengan format bisa jadi ikutan niru PKS,yaitu menjadikan masjid dan dakwah sebagai media kaderisasi.