Mohon tunggu...
Ruslan Yunus
Ruslan Yunus Mohon Tunggu... Peneliti dan Penulis -

Belajar Menyenangi Humaniora Multidisipliner

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tuhan, Izinkan Saya Berkurban !

30 Agustus 2017   10:23 Diperbarui: 20 April 2018   08:57 920
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tuhan, ini adalah tahun keempat saya berkurban. Empat tahun silam, saya dan istri saya memutuskan untuk mulai berkurban pada setiap datangnya tanggal 10 Zulhijjah, mengikuti kebiasaan orang- orang yang telah lebih dahulu berkurban.

Saya mendengar dari pak ustaz di musallah tidak jauh dari rumah tempat kami mengontrak, bahwa Engkau berfirman, "Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah salat dan berkurban lah". Saya juga mendengar dari pak ustaz itu, kalau Engkau juga berfirman, bahwa daging dan darah hewan kurban itu, sekali- kali, tidak dapat mencapai (keridhaan)-Mu. Ketakwaan dari hamba- hamba-Mu yang berkurban lah yang dapat mencapai nya. Karena itu, niat berkurban haruslah karena dan untuk Engkau semata.

Saya juga mendengar dari pak ustaz itu bahwa, kata kurban, salah satunya, berasal dari kata "qaraba", yang artinya dekat. Dekat, karena sesuai dengan tujuan dari berkurban itu, adalah untuk mendekatkan diri kepada-Mu. Hewan kurban yang disembelih, kemudian daging --dan tulang- tulangnya-- dibagi kan kepada kerabat, fakir- miskin, dan orang yang berkurban. Ritual ini dilakukan pada hari- hari Idul Adha, yaitu tanggal 10 Zulhijjah sesudah salat Id, dan tiga hari sesudahnya berturut-turut, yang disebut juga hari- hari tasyrik. Maka tak urung,  berkurban juga menjadi simbol berbagi dengan orang lain.

Saya juga mendengar dari pak ustaz bahwa, Al Hakim, Ibnu Majah, dan Tirmidzi telah meriwayatkan sebuah hadis dari Aisyah radiallahu anhu. Hadis itu menyebutkan kalau kurban yang dilakukan oleh anak cucu Adam, adalah diantara ibadah yang sangat Engkau sukai.

Saya juga mendengar dari pak ustaz bahwa, hukum berkurban itu adalah sangat dianjurkan atau sunnah muakkadah, bagi mereka yang "mampu" melakukan-nya. Demikian pendapat jumhur ulama.

Saya juga pernah mendengar dari seorang bapak, hasil penelitian dari Dunn, Aknin, dan Norton -- dari Jurusan Psikologi, Universitas British Columbia, Van Couver, Kanada dan dari Sekolah Bisnis Harvard, Boston, Amerika Serikat. Ketiganya meneliti hubungan antara pengeluaran dengan kebahagiaan, dengan menggunakan model regresi. Penelitian ini melibatkan 632 orang dewasa penduduk Amerika sebagai partisipan.  Meski dapat dianggap sebagai temuan awal, hasil penelitian menunjukkan bahwa pengeluaran untuk keperluan pribadi (semisal untuk membeli pakaian, parfum dan  kuliner, dan biaya komunikasi), tidak memiliki efek signifikan terhadap level kebahagiaan yang dirasakan seseorang. Sebaliknya, pengeluaran yang sifatnya pro-sosial (semisal ber donasi untuk panti anak-yatim dan orang yang sangat membutuhkan), berefek  sangat signifikan untuk menaikkan level kebahagiaan. Penambahan variabel pendapatan partisipan ke dalam model regresi, tetap menunjukkan tidak adanya efek signifikan antara pengeluaran untuk keperluan pribadi dengan level kebahagiaan. Ini berbeda dengan efek pengeluaran yang sifatnya pro-sosial, yang tetap signifikan. Hasil penelitian ini dipublikasikan pada tahun 2008.

Pada penelitian lain, yang hasil nya dipublikasikan pada tahun 2012, kata bapak itu lagi, ketiga peneliti Aknin, Dunn, dan Norton kembali menemukan adanya lingkaran umpan balik positif, antara pengeluaran yang sifatnya pro-sosial dengan kebahagiaan yang dirasakan. Kali ini, penelitian ini melibatkan 51 orang mahasiswa, sebagai partisipan. 

Melalui uji Anova, diperoleh bahwa, partisipan akan merasa lebih bahagia, jika mengingat kembali pengalaman, saat-saat memberi atau berbagi dengan orang lain, dibandingkan jika mengingat kembali pengalaman, saat-saat berbelanja untuk keperluan diri sendiri. Pada model regresi logistik berikutnya menunjukkan hasil bahwa, memori atas pengalaman berbagi itu, akan mendorong partisipan yang bersangkutan, untuk kembali mengulang pengalaman berbagi itu, yang akan menaikkan lagi level kebahagiaan nya. Terlebih lagi, ketika hal itu telah selesai diwujudkannya. 

Saya perlu bertanya beberapa kali pada bapak itu, saat ia menceritakan kepada saya kedua hasil penelitian tersebut diatas, demi untuk dapat memahami isinya.  Padahal, bapak itu telah menguraikan nya dengan bahasa populer. Ini tentu karena keawaman saya tentang penelitian. 

Tuhan, tahun ini 1437 H,  adalah tahun keempat saya menyisihkan sebagian dari pendapatan saya sehari-hari, agar bisa ikut berkurban. Dan untuk tahun ini,  saya menyisihkan empat ribu rupiah per hari. Jika dikalikan dalam satu tahun, maka pada tahun ini, dengan izin-Mu, saya dapat menyisihkan 360 hari x  Rp. 4.000 per hari = Rp. 1.440.000. Ditambah dengan tabungan istri saya Rp. 60.000 menjadi Rp. 1.500.000. Jumlah ini, yang untuk tahun ini, alhamdulillah, cukup untuk mengambil satu bagian dari tujuh bagian untuk seekor sapi kurban.

Demikianlah Tuhan, yang saya dan istri saya lakukan sejak empat tahun terakhir ini --Engkau pasti lebih mengetahuinya-- agar kami bisa berkurban pada setiap datangnya 10 Zulhijjah.  Saya dan istri saya, tak ingin kesempatan yang Engkau berikan ini, yang datang hanya sekali dalam setahun, berlalu dari diri kami. Saya dan istri saya, ingin merasakan lezatnya berkurban, amalan yang sangat Engkau sukai, simbol berbagi dengan orang lain.

Tuhan, saya dan istri saya ingin untuk dapat mendekat kepada-Mu, mendekat kepada keridhaan-Mu, dan mereguk air kebahagiaan dari sisi-Mu, untuk selamanya. Karena itu, izinkanlah saya dan istri saya, hamba-Mu ini, dapat berkurban lagi pada tahun depan, dan pada tahun-tahun berikutnya. Izinkanlah Tuhan, karena saya memahami, kalau pekerjaan sehari- hari hamba-Mu yang "daif" ini, hanyalah menarik becak. Tak ada yang bisa "memampukan" seseorang, termasuk memampukan nya berkurban selain Engkau.


Catatan:  Kisah nyata penarik becak yang berkurban, sejak empat tahun terakhir ini, dengan cara menyisihkan setiap hari sebagian dari penghasilannya menarik becak, saya dengar dari khutbah Salat Jumat, tiga pekan lalu di Masjid Sultan Alauddin, tidak jauh dari tempat kerja saya.

Bukit Baruga- Makassar, 01 September 2017.

.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun