Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mencari Intuisi atau Menjadi Intelektual?

6 Agustus 2017   23:13 Diperbarui: 8 Agustus 2017   10:23 2022
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Rasa ketertarikan serta kepenasaran saya terhadap 'intuisi' membuat disamping mencari pengetahuan intuitif juga berupaya mencari literatur resmi yang berbicara tentang masalah itu untuk memperoleh pengetahuan umum perihal intuisi.dan uniknya pengetahuan intuitif (pengetahuan yang diperoleh melalui intuisi-bukan dari pengetahuan umum) yang saya peroleh perihal intuisi pada dasarnya sama dengan yang ditemukan orang lain dan yang telah menjadi pengetahuan umum

Dan itu menunjukkan bahwa penangkapan serta pemahaman manusia dimanapun terhadap intuisi pada dasarnya sama,sama dengan pemahaman umum terhadap makna 'nurani',akal,'hawa nafsu' walau memakai bahasa lisan serta bahasa ilmiah yang berbeda beda.sekaligus menunjukan bahwa intuisi adalah wujud ADA-bukan dogma-ilusi atau sekedar teori filsafati semata tetapi merupakan realitas yang bersifat abstrak dan merupakan bagian dari alam fikiran manusia yang alami-bawaan.dan menurut saya itu merupakan ladang keilmuan yang memiliki potensi besar bila terus digali dan dikembangkan mengingat asas kemanfaatan intuisi dalam perikehidupan 

Karena sebagai contoh saya pribadi sebagai seorang penulis di Kompasiana adalah seorang yang memiliki ketergantungan serta kepercayaan yang sangat besar terhadap intuisi,artinya saya lebih percaya kepada intuisi ketimbang kemampuan intelektualitas saya yang memang seadanya,karena saya yakin intuisi dapat menghadirkan sesuatu yang terkadang diluar perkiraan serta terkadang melampaui pengetahuan umum yang telah dikenal publik

Termasuk dalam menulis saya selalu mengandalkan intuisi ketimbang intelektualitas serta pengetahuan formal karena saya telah merasakan efek faedah yang luar biasa,walau tentu kita tidak boleh mengabaikan faktor intelektualitas (kemampuan menangkap serta mengelola ilmu pengetahuan secara terstruktur) serta pengetahuan formal karena semua itu adalah bahan serta umpan untuk memperoleh intuisi secara lebih banyak serta lebih baik. intelektualitas serta pengetahuan umum disatu sisi serta intuisi disisi lain menurut saya adalah bekal yang memadai untuk mencoba terjun sebagai penulis

Saya mengedepankan serta mengistimewakan intuisi oleh karena faktor pengalaman,karena dari intuisilah saya paling sering menemukan tema serta bahan untuk menulis walau sebagai penunjang dan pelengkap tentu saya harus membaca literatur yang berkaitan dengan tema tulisan tentunya. kelebihan intuisi adalah pada kemampuanya melampaui kemampuan literalist atau kemampuan membaca serta memahami secara literal,bayangkan kalau untuk menulis suatu tema saya harus mengandalkan dari bacaan demi bacaan tertentu.pada akhirnya mengandalkan serta menyandarkan pada bacaan hanya akan melahirkan tulisan yang hanya lebih berisi informasi dari apa yang telah kita baca,bukan temuan atau pandangan baru.ini yang saya suka dan saya cari dari intuisi yaitu sesuatu yang baru serta melampaui pengetahuan umum yang sudah ada

INTUISI DALAM KITAB SUCI

Kitab suci pun berbicara tentang masalah ini walau menggunakan bahasa yang berbeda tetapi pengertiannya sama.kitab suci memberi tahu adanya 'ilham' sebagai cara Tuhan berkomunikasi dengan manusia.intinya tuhan berkomunikasi dengan dunia manusia utamanya melalui tiga cara; melalui wahyu,mimpi,serta intuisi,(yang lain melalui penampakan sesuatu atau kejadian langsung di dunia nyata) intinya fikiran tuhan dapat tersampaikan dimana fikiran manusia dapat menangkapnya

Disisi lain kitab sucipun berbicara tentang adanya 'bisikan setan' disamping intuisi ilahi walau bagi kita mungkin sulit untuk menggambarkan secara matrix mana bisikan saitan mana bisikan intuisi ilahi karena keterbatasan pengetahuan kita sehingga munkin kita akan memasukan hal itu ke wilayah noumena untuk di segel sebagai obyek yang 'Tuhan lebih mengetahuinya', paling kita hanya bisa meraba melalui akibat yang ditimbulkannya apakah berakibat baik atau buruk.adanya bisikan setan dalam wilayah llahi membuat kita harus lebih seksama dalam memahami  makna intuisi  serta tak bisa sembarang mengklaimnya.contoh, seorang yang mempunyai ide untuk melakukan kejahatan atau orang yang mengalami depresi lalu memperoleh ide untuk mengahiri hidupnya tentu tak bisa mengklaim 'telah mendapat intuisi ilahi'

Dualisme 'dari Tuhan-dari saitan' itu juga ada pada dunia mimpi dimana dinyatakan mimpi baik dari Tuhan dan mimpi buruk dari saitan.dan dualisme seperti itu membuat perilaku manusia terpolarisasi kepada dua kutub yang berbeda yang ujungnya berhubungan dengan dualisme nilai benar-salah, baik-buruk,keselamatan-kebinasaan dlsb.

Itulah pengantar singkat tentang intuisi di dunia Ilahi yang bahasannya akan lebih spesifik tidak sebagaimana dalam ilmu psikologi yang dikenal manusia yang tidak mengenal dualisme 'dari Tuhan dari setan' sehingga lebih bebas nilai.sehingga makna intuisi dalam dunia Ilahiah sebenarnya memiliki makna yang lebih agung

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun