Mohon tunggu...
Uays Hasyim
Uays Hasyim Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Berbuat untuk lebih bermanfaat, beraksi agar lebih berarti.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Nilai Akademis Vs Pengalaman & Kemampuan (Skill)

12 Februari 2014   11:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:54 803
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pendidikan merupakan bekal utama bagi masa depan setiap orang. Peranannya begitu penting bagi kemajuan dan peningkatan kualitas kehidupan setiap orang dimasa yang akan datang. Bahkan tingkat kemajuan peradaban sebuah bangsa juga dapat dinilai dari tinggi rendahnya tingkat pendidikan warganya. Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakatnya menandakan tingginya kesadaran akan pentingnya peningkatan pemahaman akan kebutuhan kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya.

Pemahamam masyarakat kita dewasa ini cenderung memaknai pendidikan sebagai sebuah hasil akhir bukan merupakan proses yang berkelanjutan. Kecenderungan mengambil kesimpulan instan terhadap adanya hasil dengan melupakan proses yang terjadi sebelum dan sesudahnya. Contoh yang paling nyata adalah tatkala nilai rapot, transkrip, hasil ujian akhir maupun nasional yang jauh dari memuaskan. Jika dulu standart nilai 6 ke atas para pendidik kita memiliki kencenderungan menggunakan tinta hitam dalam penulisannya. Sedangkan nilai 6 ke bawah menggunakan tinta berwarna merah. Sehingga apabila nilai yang dihasilkan oleh peserta didik cenderung kebanyakan angka 6 ke bawah, maka seringkali disebutkan rapot atau nilainya kebakaran oleh sebab terlalu banyaknya angka merah. Jika hal di atas terjadi, dapat dipastikan bahwa orang tua kita akan meninggikan amarahnya dengan berupaya menyalahkan ketidak mampuan kita mendapatkan nilai lebih baik dari peserta didik lainnya.

Pendidikan bukanlah merupakah proses singkat yang akan didapatkan oleh setiap orang yang kemudian akhirnya akan mampu digunakan untuk menaikkan derajat dengan pekerjaan yang membuat diri kita nyaman dan aman dalam mengupayakan penghasilan, Bukan itu ! Pendidikan merupakan sebuah proses yang panjang dan berkesinambungan alias terus menerus. Sebab, sesungguhnya pendidikan itu akan berlangsung sepanjang kehidupan.

Sebagai orang tua, kita cenderung melupakan proses yang terjadi sebelum dan sesudah munculnya hasil atau nilai bagi putra-putri kita. Tindakan menghakimi sepihak dengan menyalahkan anak-anak kita yang menurut kita tidak belajar secara optimal, terlalu banyak bermain, kurang fokus atau terlalu banyak waktunya dihabiskan untuk kegiatan ekstra kurikuler rasanya tidaklah tepat.

Yang seringkali terjadi, ekstrakurikuler disalahkan secara sepihak. “Ini gara-gara terlalu sering ikut kegiatan kepramukaan, Paskibraka, PMR sehingga akhirnya nilai rapot anjlok, …… Sudah, mulai sekarang tidak usah ikut-ikutan ekstrakurikuler,…. Blablabla, …” kata-kata ini seringkali menjadi senjata terampuh orang tua untuk menyalahkan putra-putrinya ketika nilai rapot yang diharapkan jauh dari kenyataan.

Bahkan kita cenderung melupakan proses yang terjadi sebelumnya, bagaimana proses pembelajaran putra-putri kita dirumah, sudahkah kita memperhatikan metode belajarnya, apakah kita juga mentradisikan hal yang sama bagi diri kita dan keluarga tatkala kita memerintahkan anak-anak kita belajar, kita juga ikut belajar hal lain ataukah malah kita sendiri keasikan dengan sinetron, hiburan di televisi, facebook atau kegiatan lainnya yang justru tidak mencerminkan kencenderungan keteladanan. Yang lebih parah lagi, kita cenderung menyalahkan proses diluar yang sesungguhnya memberikan bekal kemampuan dan pengalaman bagi putra-putri kita dimana bekal itu tidak didapatkan pada pembelajaran akademis/pelajaran disekolah sehari-hari.

“Apa sih yang kamu dapatkan dengan ikut Pramuka, Paskibraka, PMR dan ekstrakurikuler yang lain?? … Pertanyaan itu seringkali saya dapatkan dari banyak orang yang hanya memahami bahwa bekal kehidupan itu hanyalah nilai akademis semata. Mereka melupakan jika bekal yang sesungguhnya adalah nilai pengalaman dan kemampuan alias skill. Saya menyebutnya sebagai pertanyaan dangkal dari para akademis alias orang pintar. Sesungguhnya jika nilai rapot anak-anak kita ada kencederungan jauh dari harapan, mestinya kita harus melakukan evaluasi adakah yang salah dengan mereka secara menyeluruh, bukan malah menyalahkan ekstrakurikuler yang juga berperan aktif memberikan bekal pengalaman dan kemampuan untuk peningkatan kehidupan mereka dimasa yang akan datang.

Pertanyaan diatas seringkali saya jawab dengan pertanyaan balik kepada mereka, yakni :

“Anda pernah minum Jamu ?? … Sampai habis tak tersisa ?? … “, kebanyakan mereka akan menjawab “Iya, sering malahan, .. “, …. “Nah, sama seperti itu, .. “ jawab saya kemudian. Bingung ??, .. sebagian besar begitu. Biasanya saya akan memberikan ulasan setelahnya, bahwa aktifitas kita dikegiatan Pramuka, Paskibraka, PMR atau yang lainnya itu ibarat minum jamu sampai tandas tak tersisa sedikit pun. Pahit memang, tidak enak dilidah rasanya namun setelah itu anda akan mendapatkan kesehatan dan kebugaran yang dapat anda jadikan bekal utama untuk berkarya terbaik dalam kehidupan anda. Minum jamu itu harus tuntas tidak bisa setengah-setengah jika ingin mendapatkan manfaatnya secara totalitas. Begitupun juga dengan manfaat yang didapat mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut, keikut sertaan kita haruslah totalitas bukan setengah-setengah jika kita mengharapkan kemanfaatan secara menyeluruh.

Sesungguhnya, mereka yang selain mengupayakan nilai akademis yang terbaik juga masih aktif dikegiatan ekstrakurikuler seperti halnya Pramuka, Paskibraka, PMR dan lain-lain, sedang melakukan penempaan diri secara terus menerus untuk mendapatkan percepatan kemandirian, pola pikir kedewasaan, pembelajaran kepemimpinan, kepatuhan dan kepatutan, kejujuran, proses pembelajaran penyadaran perbedaan, saling menyayangi dan masih banyak nilai utama kehidupan yang sedang mereka pelajari lebih cepat dari teman sebayanya yang tidak mengikuti kegiatan tersebut.

Bayangkan, jika disaat diluaran sana teman-teman putra dan putri kita yang sebaya sedang berhura-hura, santai, bersenang-senang tak karuan, bermalas-malasan. Putra-putri kita sedang melakukan aktifitas penempaan diri dan mental melalui pembelajaran dalam proses yang dibangun dikegiatan ekstrakurikuler Pramuka, Paskibraka, PMR dan lain-lain. Maka bisa dipastikan, siapakah diantara keduanya yang akan mampu mandiri dan memilik pola pikir kedewasaan yang lebih cepat. Sebagai orang tua tentunya kita akan mampu mempertimbangkan hal ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun