Mohon tunggu...
Setiadi Ranutinoyo
Setiadi Ranutinoyo Mohon Tunggu... -

Ikut membangun perpustakaan IKJ-LPKJ (1975 - 1982); menjadi redaktur majalah pertanian Trubus (1982-1990); sebagai redaktur pelaksana majalah pertanian Tumbuh (1990 - 1994)dan merangkap sebagai redaktur pelaksana Tabloid Warta Usaha Kadin Indonesia (1990 - 1995); ikut membangun Perpustakaan dan Dokumentasi Taman Buah Mekarsari (1995 - 2000); sebagai penulis bebas; menulis buku buku pertanian sejak 1982 - sekarang yang diterbitkan oleh penerbit buku Penebar Swadaya dan Majalah Flona. Selain itu, bersama Tim Agrimina Kultura, menulis buku perikanan yang diterbitkan Gramedia Pustaka Utama

Selanjutnya

Tutup

Money

Usaha Tani: Menumpangsarikan Bawang Merah - Cabai

20 Juni 2011   11:48 Diperbarui: 4 April 2017   17:24 8820
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Ada yang perlu disimak pernyataan petani dari Losari (Brebes) yang memiliki “lapak” (kios) di Pasar Induk Cibitung (Bekasi), Jawa Barat. Katanya, modal untuk menanam cabai diakui oleh petani sangat tinggi. Sehingga, petani yang bermodal kecil, juga “bernyali” kecil, jarang “berani” menanam cabai. “Sebagai gambaran, biaya menanam bawang merah 2 ha kalau untuk menanam cabai, setengah hektar saja tidak cukup,” nara sumber ini, yang saat ditemui sedang menampung bawang merah,menyambung ceritanya. Karena itu, petani di Patrol (Indramayu, Jawa Barat) misalnya, membuat pola tanam padi-bawang merah–cabai. Maksudnya, setelah padi dipanen, bawang merah ditanam. Setelah bawang merah umur 30 hari,tanaman cabai (disemai dulu sampai umur 20 hari) ditanam. Ketika bawang merah dipanen, cabai memasuki awal pemanenan pertama.

Dengan cara itu, modal penanaman cabai bisa ditekan. Nara sumber di Pacet (Cianjur, Jawa Barat), yang menumpangsarikan cabai dan kol misalnya, bisa mengurangi separuh ongkos produksi untuk menanam cabai. Sementara nara sumber di Patrol (Indramayu) mengatakan, menanam bawang merah seluas 200 bata (1,0 bata = 14 m2) biayanya Rp.10 juta. Hasil penjualan panenannya Rp.16 juta. Jadi selisih Rp.6. juta digunakan untuk mengongkosi penanaman cabai.

Ongkos produksi

Menurut nara sumber di Cibitung dan Patrol, petani harus memantau harga bawang merah dan cabai di pasaran. Sebab, harga bagus untuk bawang merah-cabai hanya berlangsung pada bulan-bulan tertentu. Petani Patrol misalnya bisa menikmati harga tinggi antara Mei, Juni, Juli. Pada bulan-bulan ini harga yang diterima petani dalam kisaran Rp.6.000. – Rp.7.000.

Harga yang diterima petani di Pacet, untuk cabai keriting relatif tidak berbeda. Pada saat yang sama nara sumber penulis juga menerima Rp.6.000. – Rp.7.000. perkilogram atau rata-rata Rp.6.500 perkilogram. Namun petani ini pernah menerima harga antara Rp.1.700. – Rp.3.000. perkilogram atau rata-rata Rp.2.350. Bila harga ini yang diterima petani, apakah petani tidak rugi kalau hasil panen rata-rata 6 – 7 ton untuk lahan seluas kurang lebih 0,4 ha ?.

1. Biaya tanam bawang merah

a.1. Pemupukan cara petani

·Pupuk dasar

oPupuk organik menggunakan abu pembakaran jerami sisa panen padi pada musim sebelumnya

oPupuk anorganik menggunakan:

ØTS 50 kg Rp.200.000.

ØUrea 50 kg150.000.

ØZA 50 kg150.000.

·Pupuk lanjutan 1 (umur tanaman 10 – 15 hari setelah tanam (HST)

ØNPK 50 kgRp.1.000.000.

ØZA 50 kg150.000.

ØKapur 40 kg16.000.

·Pupuk lanjutan 2 (umur tanaman 25-30 HST)

ØNPK 50 kgRp.1.000.000.

ØZA 50 kg150.000.

ØKapur 40 kg16.000.

·SubtotalRp.2.832.000.

Setelah itu, sampai umur panen 60, 75, 90 hari (tergantung varietas yang ditanam), bawang merah tidak dipupuk lagi.

a.2. Pemupukan menurut anjuran

·Pupuk dasar

oPupuk organik menggunakan pupuk kandang atau kompos atau sejenisnya

sebanyak 4 tonRp.1.000.000.

oPupuk anorganik menggunakan:

ØTS 100 kg Rp.400.000.

ØUrea 30 kg90.000.

ØKCl 60 kg240.000.

ØZA 60 kg180.000.

·Pupuk lanjutan 1 (umur tanaman 10 – 15 hari setelah tanam (HST)

ØUrea 30 kgRp.90.000.

·Pupuk lanjutan 2 (umur tanaman 25-30 HST)

ØZA 50 kg120.000.

·SubtotalRp.2.120.000.

Setelah itu, sampai umur panen 60, 75, 90 hari (tergantung varietas yang ditanam), bawang merah tidak dipupuk lagi

b. Pestisida

b.1. Cara petani

·Penyemprotan pestisida tergantung keadaan alam.

okondisi normal dilakukan 3 – 5 kali semprot selama satu periode tanam.

oBanyak hujan 3-5 hari sekali disemprot atau 10 – 15 kali semprot selama satu periode tanam. Atau rata rata penyemprotan untuk satu periode tanam 8 kali semprot.

oBiaya pembelian pestisida untuk satu kali semprot Rp.500.000.

·SubtotalRp.4.000.000.

b.2. Cara menurut anjuran

·Berdasarkan berbagai pertimbangan di antaranya dampak negatifracun pestisida yang akan timbul di kemudian hari, anjuran dari instansi terkait, penyemprotan pestisida yang aman dari dampak negatif antara 3 – 5 kali semprot perperiode tanam atau rata rata 4 kali semprot

·Biaya pembelian pestisida untuk satu kali semprot Rp.500.000.

·SubtotalRp.2.000.000.

c. Tenaga kerja

c.1. Cara petani

·Pengolahan tanah

oEmpat kali pengolahan:

ØPengolahan I: pembalikan tanah sambil membuat bedengan

ØPengolahan II : penghancuran tanah tanah bongkahan

ØPengolahan III: peremahan tanah

ØPengolahan IV: penggemburan tanah sambil memberi pupuk organic kemudian dilakukan

penyiraman

Biaya pengolahan tanah:Rp.3.200.000.

·Tenaga kerja tetap:

oUntuk perawatan tanaman

selama 60 hari kerjaRp.1.000.000.

·Tenaga kerja panen:

oBiasanya menggunakan tenaga kerja

WanitaRp.400.000.

·Subtotal biaya tenaga kerjaRp.4.600.000.

·c.2. Cara menurut anjuran

`Seperti cara petani

d. Pembelian bibit bawang merah

·Kebutuhan bibit

untuk luas tanam 0,4 hektar

kurang lebih: 400 (kg) x Rp.16.000.Rp.6.400.000.

e. Total biaya

e.1. Cara petani

oSubtotal poin 1.a. sampai 1.d.Rp.18.532.000.

oAsumsi biaya tak terduga 20%Rp.3.706.400.

oTotal biaya

penanaman bawang merah

seluas 0,4 hektarRp.22.238.400.

e.2. Cara menurut anjuran

oSubtotal poin 1.a. sampai 1.d.Rp.15.120.000.

oAsumsi biaya tak terduga 20%Rp.3.024.000.

oTotal biaya

penanaman bawang merah

seluas 0,4 hektarRp.18.144.000.

2. Biaya tanam cabai merah

Cabai merah dibenihkan dulu. Ada yang menggunakan kantong kantong (polibag) kecil tetapi lebih banyak pembenihan dilakukan di petakan petakan dekat areal tanam. Pengolahan tanah dan pemupukan dasar “menumpang” pada pengolahan tanah dan pemupukan dasar penanaman bawang merah. Setelah cabai merah ditanam di antara bawang merah, umur cabai merah kurang lebih 30 hari sejak benih ditanam, dilakukan hal berikut.

a.1. Pemupukan cara petani

·Umur tanaman kurang lebih 30 hari sejak benih ditanam

ØNPK 25 kgRp.500.000.

ØTS 25 kg100.000.

ØKapur 20 kg8.000.

·Pupuk lanjutan, umur tanaman kurang lebih 45 hari atau 15 HST sampai tanaman umur 90 hariatau 60 HST atau 4 kali pemupukan:

ØNPK 100 kgRp.2.000.000.

ØTS 100 kg400.000.

ØKapur 80 kg32.000.

·SubtotalRp.3.040.000.

a.2. Pemupukan menurut anjuran

·Pupuk dasar saat pembenihan dianjurkan

oPupuk organik menggunakan pupuk kandang atau kompos atau sejenisnya

sebanyak 900 kg - 1 tonRp.247.500.

oPupuk anorganik menggunakan:

ØTS dan KCl (1 : 1) 25 kg Rp.100.000.

ØUrea 25 kg75.000.

·Setelah ditanam di lapangan, umur tanaman kurang lebih 30 hari sejak dibenihkan

ØUrea 5 kgRp.15.000.

ØTS 20 kg80.000.

ØKCl 12 kg48.000.

ØZA 8 kg24.000.

·Pupuk lanjutan 2, umur tanaman kurang lebih 45 hari atau 15 HST sampai tanaman umur 90 hariatau 60 HST atau 4 kali pemupukan:

ØUrea 25 kgRp.75.000.

ØTS 80 kg320.000.

ØKCl 48 kg192.000.

ØZA 32 kg96.000.

·SubtotalRp.1.197.500.

b. Pestisida

b.1. Cara petani

·Penyemprotan pestisida tergantung keadaan alam.

okondisi normal dilakukan 3 kali semprot selama satu periode tanam (sampai 120 HST).

obanyak hujan bisa 10 kali semprot selama satu periode tanam atau rata rata penyemprotan untuk satu periode tanam 6 kali semprot.

oBiaya pembelian pestisida untuk satu kali semprot Rp.500.000.

·SubtotalRp.3.000.000.

b.2. Cara menurut anjuran

·Berdasarkan berbagai pertimbangan di antaranya dampak negatifracun pestisida yang akan timbul di kemudian hari, anjuran dari instansi terkait, penyemprotan pestisida yang aman dari dampak negatif antara 3 – 5 kali semprot perperiode tanam atau rata rata 4 kali semprot

·Biaya pembelian pestisida untuk satu kali semprot Rp.500.000.

·SubtotalRp.2.000.000.

c. Tenaga kerja

c.1. Cara petani

·Pengolahan tanah

oBiaya pengolahan tanah:Rp.0..

·Tenaga kerja tetap:

oUntuk perawatan tanaman

selama 120 hari kerjaRp.2.000.000.

·Tenaga kerja panen:

oBiasanya menggunakan tenaga kerja

WanitaRp.400.000.

·Subtotal biaya tenaga kerjaRp.2.400.000.

·c.2. Cara menurut anjuran

`Seperti cara petani

d. Pembelian bibit cabai merah

·Kebutuhan bibit

untuk luas tanam 0,4 hektar

kurang lebih:

2 liter (2 botol) x Rp.100.000.Rp.200.000.

e. Total biaya

e.1. Cara petani

oSubtotal poin 1.a. sampai 1.d.Rp.8.640.000.

oAsumsi biaya tak terduga 20%Rp.1.728.000.

oTotal biaya

penanaman cabai merah

seluas 0,4 hektarRp.10.368.000.

e.2. Cara menurut anjuran

oSubtotal poin 1.a. sampai 1.d.Rp.5.797.500.

oAsumsi biaya tak terduga 20%Rp.1.159.500.

oTotal biaya

penanaman cabai merah

seluas 0,4 hektarRp.6.957.000.

f. Total biaya produksi

·Cara petani

oBiaya penanaman bawang merah dan cabai merah

untuk areal tanam 0,4 hektar:

Rp.22.238.400. + Rp. 10.368.000.=Rp. 32.606.400.

·Cara menurut anjuran

oBiaya penanaman bawang merah dan cabai merah

untuk areal tanam 0,4 hektar:

Rp.18.144.000. + Rp.6.957.000.=Rp.25.101.000.

Pemanenan

1. Bawan merah

Pemanen bawang merah dilakukan setelah umbinya sudah cukup tua. Umur tanaman biasanya sudah menginjak 60 hari. Tanda-tanda umbi sudah tua adalah:

*. leher batang di atas umbi sudah lemas dan mudah direbahkan;

*. daun mulai menguning;

Bila sudah kelihatan tanda-tanda ini bawang merah sudah bisa dipanen. Setelah dipanen, bawang didiamkan selama 2 hari, kemudian diikat dan dijemur. Setelah itu bawang merah disimpan di tempat yang teduh dan tidak lembab.

Sedangkan hasil panennya berdasarkan pengalaman nara sumber untuk setiap deret tanaman (12 tanaman) antara 0,25 kg – 1,0 kg. Jumlah tanaman bawang merah (yang hidup) untuk areal 0,4 hektar kurang lebih 80% nya kira-kira 71.280.tanaman. Dengan demikian jumlah umbi yang bisa dipanen antara:

*. (71.280. tanaman : 12) x 0,25 kg = 1.485. kg.

*. (71.280. tanaman : 12) x 1,0 kg = 5.940. kg.

Hasil panen rendah biasanya karena penanamannya dilakukan saat hujan masih banyak turun sehingga mengganggu pertumbuhan umbi.

2. Cabai merah

Panen pertama dengan luas pertanaman 0,4 hektar, dengan jumlah tanaman yang hidup7.920. tanaman, bisa dipanen rata-rata pertanaman 1,0 kg – 2,0 kg. Masa panen kira-kira 2-3 bulan (60 – 90 hari) dengan waktu pemanenan 3 – 5 hari sekali. Atau jumlah pemanenan atau pemetikannya sekitar 20 kali panen. Dengan jumlah panenan ini total hasil panen antara 7.920. kg – 15.840. kg.

Berbeda dengan penanganan bawang merah yang perlu penjemuran setelah panen, maka cabai merah begitu selesai dipanen bisa langsung dibawa ke pasar atau kerap kali juga sudah ditunggu pedagang. Jadi hasil panenan cabai tidak perlu penanganan seperti bawang merah.

Perkiraan hasil penjualan panenan

Kebetulan harga cabai merah besar dan harga bawang merah yang diterima petani relatif sama yaitu dalam kisaran Rp.6.000. – Rp.7.000. perkilogram (sekitar bulan Mei 2009 dan Juli 2010) atau rata-rata Rp.6.500 perkilogram. Harga terendah selama periode 2007 – 2009 antara Rp.1.700. – Rp.3.000. perkilogram atau rata-rata Rp.2.350. Bila harga ini yang diterima petani maka pendapatan petani dari hasil penjualan panenannya seperti berikut (Sumber: Petani dan pedagang bawang merah – cabai merah di Patrol, Indramayu dan Losari, Brebes, serta petani dan pedagang di Pasar Induk Cibitung, Bekasi, Jawa Barat).

1. Penjualan hasil panen bawang merah (luas panen 0,4 hektar)

a. Hasil panen rendah

a.1. Harga rata rata Rp.6.500. perkilogram

·Bawang merah:

1.485. (kg) x Rp.6.500. =Rp.8.910.000.

·Cabai merah:

7.920. (kg) x Rp.6.500. =Rp.47.520.000.

a.2. Harga rata rata Rp.2.350. perkilogram

·Bawang merah:

1.485. (kg) x Rp.2.350. =Rp.3.489.750.

·Cabai merah:

7.920. (kg) x Rp.2.350. =Rp.18.612.000.

b. Hasil panen tinggi

b.1. Harga rata rata Rp.6.500. perkilogram

·Bawang merah:

5.940. (kg) x Rp.6.500. =Rp.38.610.000.

·Cabai merah:

15.840. (kg) x Rp.6.500. =Rp.141.520.000.

b.2. Harga rata rata Rp.2.350. perkilogram

·Bawang merah:

5.940 (kg) x Rp.2.350. =Rp.13.959.000.

·Cabai merah:

15.840. (kg) x Rp.2.350. =Rp.37.224.000.

Analisa Usaha

1. Panen rendah dan harga rendah

a. Biaya produksi versi petani untuk menanam bawang merah dan cabai merah Rp.32.606.400.

b. Biaya produksi versi anjuran untuk menanam bawang merah dan cabai merah Rp.25.101.000.

c. Total hasil penjualan bawang merah dan cabai Rp.22.101.750.

d. Kesimpulannya, petani rugi lebih dari 10 – 30-an% dari biaya produksi

2. Panen rendah namun harga tinggi

a. Biaya produksi sama seperti di atas

b. Total hasil penjualan bawang merah dan cabai Rp.56.430.000.

c. Kesimpulannya, petani untunglebih dari 70 – 120-an% dari biaya produksi

3. Panen tinggi namun harga rendah

a. Biaya produksi sama seperti di atas

b. Total hasil penjualan bawang merah dan cabai Rp.51.183.000.

c. Kesimpulannya, petani untunglebih dari 50 – 100-an% dari biaya produksi

4. Panen tinggi dan harga tinggi

a. Biaya produksi sama seperti di atas

b. Total hasil penjualan bawang merah dan cabai Rp.141.570.000.

c. Kesimpulannya, petani untunglebih dari 300-400-an% dari biaya produksi

Mengintip daerah lain

Artinya, kalau petani ingin menikmati harga yang tinggi, ia harus sudah menanamnya 2-3 bulan sebelum harganya tinggi. Atau kira-kira Februari-Maret (cabai ditanam sebulan kemudian), di mana pada bulan-bulan ini jatuh pada musim peralihan yaitu musim hujan memasuki musim kemarau. Sedangkan memasuki Agustus, petani sudah meramal harga bawang merah-cabai mengalami kegoncangan karena bulan-bulan sekitar Agustus-September adalah bulan-bulan musim panen baik di Patrol maupun daerah lain terutama Brebes-Tegal.

Nara sumber di Cibitung itu menambahkan, harga menjadi murah karena pada bulan-bulan itu, bawang merah-cabai yang masuk Cibitung tidak hanya dari Jawa Tengah (antara lain dari Brebes, Tegal, Weleri, Demak) melainkan juga dari Jawa Timur (antara lain dariKediri dan Nganjuk).

Karena itu, perencanaan kapan menanam komoditas tersebut menjadi penting bila tidak ingin terkena “musibah” rugi besar. Sekedar gambaran kapan seharusnya mulai menanam, berdasarkan sumber berikut:

·Pola Produksi Hortikultura, Tanaman Sayuran(Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura, Departemen Pertanian RI, 2004).

·Vademekum Tanaman Sayuran (Direktorat Jenderal Produksi Hortikultura dan Aneka Tanaman, Direktorat Tanaman Sayuran dan Tanaman Hias, Departemen Pertanian RI, 2000.).

·Vademikum Agribisnis Sayuran (Direktorat Bina Produksi Hortikultura, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura, Departemen Pertanian RI, 1998).

·Catatan:

oumur mulai panen tanaman cabai 90 – 120 hari sejak dibenihkan dan lama panen bisa 3 bulan atau lebih (bisa dipanen sampai 20 kali dan frekuensi pemanenan rata rata 3 – 5 hari sekali;

oumur panen bawang merah 75 – 90 hari dan dipanen sekaligus (fakta lapang, umur 60 hari (bahkan ada yang kurang dari umur ini), petani banyak yang sudah memanennya.

adalah dengan memperhatikan perkiraan bulan bulan musim tanam cabai dan bawang merah di berbagai daerah yang dikenal sebagai produsen komoditi tersebut. Meskipun memancing timbulnya pertanyaan, apakah pada saat “banyak daerah yang menanam”, berarti cabai-bawang merah di pasaran sedang kosong, karena tidak ada panenan, sehingga harganya tinggi ? Begitu juga sebaliknya. Apakah pada saat “sedikit daerah yang menanam”, berarti banyak daerah yang memanennya sehingga pasar dibanjiri kedua komoditas itu sehingga harganya rendah ?

1. Musim tanam cabai

·Oktober: Tapanuli Utara, Rejang Lebong, Serang, Ciamis, Sukabumi, Garut, Bandung, Cianjur (9 kabupaten).

·November: Tapanulki Utara, Tanah Karo, Simalungun, Solok, Serang, Majalengka, Kuningan, Ciamis, Sukabumi, Indramayu, Garut, Bandung, Cianjur, Cirebon, Klaten, Wonogiri, Banjarnegara, Rembang, Boyolalai, Cilacap, Jember, Ponorogo, Mojokerto (26 kabupaten).

·Desember: Deli Serdang, Tanah Karo, Simalungun, Tanah Datar, Majalengka, Kuningan, Sukabumi, Indramayu, Cirebon, Klaten, Rembang, Boyolali, Kediri, Banyuwangi, Mojokerto, Malang, Probolinggo, Lamongan, Karangasem (19 kabupaten).

·Januari: Deli Serdang, Kerinci, Klaten, Kediri (4 kabupaten).

·Februari: Tapanuli Utara, Deli Serdang, Blora, Klaten (4 kabupaten).

·Maret: Pandeglang, Majalengka, Bantul, Blora, Grobogan, Semarang, Klungkung (7 kabupaten).

·April: Tapanuli Utara, Pandeglang, Kuningan, Ciamis, Sukabumi, Indramayu, Cianjur, Bantul, Blora, Grobogan, Tegal, Ponorogo, Lumajang (13 kabupaten).

·Mei: Deli Serdang,Tanah Karo, Pandeglang, Serang, Kuningan, Ciamis, Kulon Progo, Grobogan, Wonosobo, Tegal, Magelang, Ponorogo, Lumajang, Probolinggo, Klungkung (15 kabupaten).

·Juni: Tapanuli Utara, Deli Serdang, Simalungun, Tanah Datar, Solok, Serang, Majalengka, Kulon Progo, Grobogan, Temanggung, Brebes, Magelang, Nganjuk, Lumajang, Lombok Timur, Jeneponto (16 kabupaten).

·Juli: Tapanuli Utara, Deli Serdang, Bogor, Bekasi, Temanggung, Brebes, Kediri, Nganjuk, Jember, Ponorogo, Karangasem, Lombok Barat, Lombok Timur (13 kabupaten).

·Agustus: Tapanuli Utara, Deli Serdang, Tanah Karo, Rejang Lebong, Bogor, Bekasi, Kediri, Lombok Barat (8 kabupaten).

·September: Tapanuli Utara, Tanah Karo, Kampar, Agam, Bekasi, Enrekang, Bone (7 kabupaten).

2. Musim tanam bawang merah

·Oktober: Tapanuli Utara, Agam, Kuningan, Kediri, Lombok Barat (5 kabupaten).

·November: Tapanuli Utara, Solok, Indramayu, Blora, Wonogiri, Boyolali, Kediri, Malang, Bone (9 kabupaten).

·Desember: Simalungun, Solok, Bandung, Brebes, Kediri, Malang, Lombok Timur, Enrekang, Jeneponto, Bone (10 kabupaten).

·Januari: Tapanuli Utara, Lombok Timur, Enrekang, Jeneponto (4 kabupaten).

·Februari: Taput, Majalengka, Kuningan, Bandung, Bone (5 kabupaten).

·Maret: Tapanuli Utara, Majalengka, Blora, Wonogiri, Bantul, Magetan, Klungkung (7 kabupaten).

·April: Majalengka, Kuningan, Magetan, Enrekang (4 kabupaten).

·Mei: Kuningan, Brebes, Tegal, Mojokerto, Probolinggo, Magetan, Jeneponto (7 kabupaten).

·Juni: Majalengka, Indramayu, Brebes, Nganjuk, Mojokerto, Malang, Probolinggo, Jeneponto (8 kabupaten).

·Juli: Tanah Datar, Brebes, Tegal, Nganjuk, Probolinggo, Karangasem (6 kabupaten).

·Agustus: Tapanuli Utara, Tanah Karo, Tanah Datar, Kulon Progo, Probolinggo, Bima, Enrekang, Jeneponto (8 kabupaten).

·September: Tapanuli Utara, Tanah Karo, Kuningan (3 kabupaten)

Hindari penanaman secara massal

Kiranya informasi di atas bias dijadikan petunjuk bahwa pada bulan-bulan tertentu terjadi penanaman secara serempak, sehingga bisa dipastikan 2 – 3 bulan kemudian akan tejadi panen besar-besaran; atau pada bulan-bulan yang lain tidak terjadi penanaman secara besar-besaran sehingga tidak terjadi panenan massal. Hal itu sekaligus juga menunjukkan, ada bulan-bulan tertentu tersedia peluang usaha yang bisa digarap, meskipun ada tantangan yang akan dihadapinya, misalnya musim hujan (curah hujan tinggi) atau musim kemarau (keterbatasan penyediaan air).

Tentu saja hal di atas tidak bisa dijadikan “patokan mati”. Sebab kalau menyimak data yang dikeluarkan instansi terkait, ternyata bulan puncak panen dari waktu ke waktu mengalami pergeseran (perubahan). Dampaknya harga komoditas itu ikut bergeser alias selalu berubah dan perubahannya sulit ditebak: “kapan harga tinggi dan kapan harga rendah” !.

Senada dengan pernyataan nara sumber di Cibitung,nara sumber di Pacet setengah mengeluh mengatakan, “Sekarang ini susah menebak kapan harga tinggi dan kapan harga rendah. Dulu, petani bisa dengan mudah membuat target. Kalau waktu panen jatuh persis pada musim hujan, atau pada bulan-bulan Desember, Januari, Februari, bawang merah-cabai, tomat, harganya mahal. Tapi sekarangtarget itu tidak bisa dibuat lagi.”

Ia mengambil contoh pada musim hujan tahun lalu. Seharusnya harga panenan tomatnya tinggi. Namun yang ia nikmati, selain tanamannya hancur akibat serangan penyakit, harganya juga jatuh. Padahal, hampir semua petani tomat pada waktu itu (paling tidak di Pacet) panenannya banyak yang gagal. Tapi kenapa harganya tetap saja jatuh ?Karena kehancuran panenan tomat di Pacet, mendorong tomat dari daerah lain masuk ke situ, sehingga harga tomat tidak naik malahan sebaliknya. Jadi, pada saat petani Pacet memanen tomat, daerah lain juga memanen. Bisa pula diartikan, musim tanam petani di Pacet itu bersamaan dengan musim tanam di daerah lain. Pelajaran apa yang bisa dipetik dari pengalaman ini ? Menghindarlah dari penanaman secara massal !

Menekan kerugian

Lalu apa yang dilakukan nara sumber Pacet itu untuk menekan kerugian ? Ia tidak menanam secara “monokultur” melainkan “polikultur”. Maksudnya, dengan keterbatasan lahan, ia lebih suka menanam bermacam-macam tanaman pada setiap musimnya.

Dengan cara ini kerugian pada tanaman yang satu bisa ditutup dari tanaman yang lain. Makanya, nara sumber yang memiliki kurang lebih 1,5 hektar lahan, selain menanam cabai yang ditumpangsarikan dengan kol, bawang daun, sawi, dan brokoli, juga menanam tomat.

Kalau begitu, kapan harus memulai penanaman cabai agar hasil panenannya jatuh persis pada saat harga tinggi ? Tampaknya, berkaca dari pengalaman petani di Pacet itu, penanaman dimulai pada saat daerah lain tidak sedang menanam atau sedikit yang menanam. Bisa juga diartikan, janganlah menanam tanaman yang sama dengan daerah lain. Tanamlah tanaman yang sama saat daerah lain yang secara serempak melakukan panenan raya. Sehingga, pada saat pascapanen raya akan terjadi kekosongan pasokan dan kita justru baru memulai pemanenan.-***.Set.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun