Mohon tunggu...
Agung Budi Santoso
Agung Budi Santoso Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan teknik dan penulis lepas tinggal di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah

Engineering consultant, content creator, and traveler.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Pilih Sukses atau Bahagia?

19 September 2017   00:12 Diperbarui: 19 September 2017   00:16 1669
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: kataucapancinta.blogspot.co.id

Orang yang sukses seharusnya bahagia. Tetapi apakah orang yang tidak sukses tidak boleh bahagia ? Bahagia adalah pilihan dari individu masing-masing. Saya rasa di dunia ini tidak ada orang yang tidak ingin bahagia. Bahagia itu kita sendiri yang merasakan. Sebagai contoh, ada orang jomblo tetapi dia tetap merasa bahagia dan enjoy menjalani hidup. 

Ada juga orang yang tinggal di gubuk reyot tetapi dia tetap bahagia karena ia masih memiliki rasa bersyukur. Kemiskinan dan kekayaan bukan indikator kebahagiaan seseorang. Ada seorang gadis gara-gara dipaksa nikah dengan orang kaya pilihan orang tuanya justru merasa tidak bahagia, karena dia menikah tidak berdasarkan cinta. Akhirnya gadis itu diam-diam selingkuh tanpa sepengetahuan suaminya demi meraih kebahagiaan bukan kesuksesan.

Nah, masih ingin dibilang sukses ? Justru kalau sukses itu adalah target dan kalau kita gagal meraihnya terus kita jadi stress, apa ini baru namanya bahagia ? Sukses adalah hasil atau buah dari semua yang telah kita usahakan. Sedang bahagia adalah berkaitan dengan kondisi psikis kita. Ada seorang pendosa yang tidak mau bertobat dia malah merasa bahagia. Aneh kan ? Kita ajak untuk menempuh jalan yang baik malah jadinya berantem dengan kita. Ukuran kebahagiaan seseorang berbeda dengan ukuran kesuksesan.

Kesuksesan kebanyakan dinilai oleh orang lain, sedang bahagia kita sendiri yang merasakan. Seperti pada kasus penumpang pesawat kelas ekonomi dan kelas eksekutif, mereka tentu akan merasa bahagia semua. Karena ukurannya berbeda, sementara banyak orang menilai penumpang kelas eksekutif adalah kumpulan orang yang sukses. 

Tapi apakah kita tahu, demi meraih tiket pesawat kelas eksekutif dia harus berhutang ke sana ke mari ? Bagi sebagian orang kemiskinan bukan halangan untuk meraih kebahagiaan. Bahagia bukan milik orang kaya saja. Buktinya orang yang tidak mampu menikah karena alasan biaya, mereka bisa menikah lewat jalur nikah massal yang biasanya diselenggarakan oleh yayasan atau dinas sosial. Sementara ada juga yang sampai menginjak usia empat puluhan tahun enggan menikah karena mungkin ada alasan tertentu. Baginya hidup sendiri bukan suatu halangan untuk meraih kebahagian daripada dia menikah malah pertengkaran saja yang dia dapatkan.

Jadi di sini kesimpulannya, bahagia itu berbeda dengan kesuksesan. Ada orang gemuk tetap bahagia, ada juga orang kurus juga tetap bahagia. Bagaimana ? Masih ingin mengejar-ngejar kesuksesan atau malah ingin menciptakan kebahagiaan ? Bahagia itu kita sendiri yang tahu. Buat apa dinilai sukses oleh orang lain kalau kenyataan dia sendiri justru galau dan gelisah. 

Kesuksesan yang ditampakkan hanya tameng belaka untuk menutupi kegelisahan dan kegalauan dirinya. Lebih baik tampil apa adanya. Yang penting bahagia itu milik semua orang, tanpa memandang kasta, jenis kelamin, agama, suku dan golongan. Semua berhak untuk bahagia, walau mereka dinilai belum atau tidak sukses. Salam Kompasiana !!!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun