Mohon tunggu...
Triyono Abdul Gani
Triyono Abdul Gani Mohon Tunggu... Bankir - Direktur Eksekutif Otoritas Jasa Keuangan

Deadly combination dari Jawa dan Sunda

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Pendidikan Pro Kreativitas

9 November 2017   10:12 Diperbarui: 14 November 2017   09:16 914
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Menarik sekali ketika Pak Presiden Jokowi memunculkan gagasan pendidikan berkurikulum kekinian. Hal ini menunjukkan adanya pemikiran progresif terhadap kurikulum pendidikan yang ada di Indonesia saat ini. Kurikulum yang ada perlu dibuat agar lebih sesuai dengan kebutuhan saat ini bahkan untuk menjawab tantangan masa depan. 

Indonesia yang porsi pendapatan nasional bruto sektor jasa cukup besar dan cenderung naik, menunjukkan bahwa industri jasa akan memiliki prospek cerah di masa yang akan datang. Indonesia dikatakan melompat dari sektor tradisional ke jasa tanpa melewat fase industri terlalu lama. Sekali lagi ini perlu dijawab dengan kurikulum pendidikan yang tepat. 

Meskipun saya bukan ahli dalam hal pendidikan tapi sebagai orang tua, mengamati langsung apa yang terjadi saat ini. Dan tentu saja sebagai pelaku langsung ketika menjadi pelajar beberapa tahun yang lalu. Walaupun mungkin sudah bisa dikatakan jadul alias jaman dulu. Kekunoan. Bukan kekinian. 

Kebetulan sebagai orang tua yang memiliki anak menekuni bidang IT, jelas sekali bahwa untuk mendapatkan mata kuliah yang berbau kreativitas, misalnya creative gaming, terpaksa harus mengambil kuliah di negara lain. Hal ini menunjukkan bahwa memang supply pendidikan kreatif masih sangat jarang di Indonesia. Walaupun saya dengar di beberapa universitas sudah mulai dibuka jurusan kreatif seperti itu, tapi di sebagian besar universitas lain masih jarang. Bahkan mungkin di pendidikan dasar dan menengah pun hampir bisa dikatakan kurikulum hanya berbasis hafalan dan kepintaran menjawab soal. 

Sekali lagi, ini mungkin pengamatan secara umum. Tapi merupakan sebuah wake up call agar semua orang di Indonesia mulai membuka ruang kreativitas terutama bagi anak kita yang sedang tumbuh. 

Sebagai orang yang ikut mencoba memberikan sumbangsih di bidang pendidikan, saya sangat tidak suka apabila memberikan ujian menjawab soal pilihan berganda. Hanya menggiring orang berfikir benar dan salah. Padahal di ilmu sosial tidak ada yang absolut. Saya lebih suka memberikan kesempatan kepada para murid untuk melakukan eksplorasi terhadap keilmuan yang ada. Dituangkan dalam tulisan dan dengan akuntabilitas sumber yang bisa dipertanggungjawabkan. Koreksi paper jauh lebih sulit daripada pilihan berganda. Disitulah dituntut asesor yang juga paham banyak hal, sehingga bisa menilai dengan baik. 

Di pekerjaan pun demikian. Dengan menggunakan prinsip bahwa manusia bukan robot, sepertinya sudah tidak jaman lagi kita mendikte anak buah. Standar Operating Procedure memang menjadi buku putih untuk pekerjaan tertentu. Tapi banyak pekerjaan lain yang juga memberikan ruang tumbuhnya kreativitas. 

Bahkan di beberapa sistem manajemen, selalu dilakukan penyempurnaan terhadap metode kerja yang ada. Karyawan yang memiliki teknik baru untuk menyelesaikan masalah dalam waktu yang lebih singkat dan biaya lebih sedikit akan diberikan imbalan dari perusahaan. Karena jelas perusahaan itu akan memperoleh manfaat finansial di masa yang akan datang. 

Dunia bisnis juga memiliki kecenderungan yang sama. Inovasi mampu memotong model bisnis yang selama ini kita ketahui. Dan tidak heran juga kalau para pemain industri kreatif di Indonesia itu kebanyakan para lulusan luar negeri yang kembali berkarya di Indonesia serta mengembangkan pasar di Indonesia. Selain memang kematangan pasar berbeda, dengan membawa bisnis model yang pernah sukses di negara lain, hal lain nya adalah sekali lagi menunjukkan bahwa pendidikan kreativitas di luar negeri lebih maju daripada di Indonesia. 

Kreativitas itu tumbuh seperti pohon. Perlu adanya tanah dan zat hara yang menunjang pertumbuhan. Tentu saja perlu ditanam terlebih dahulu. Bibit kreativitas nya ditumbuhkan dan dirawat dalam sebuah ekosistem tertentu. Ekosistem yang menunjang dan bukan membunuh kreativitas. 

Saya sangat bangga ketika ada kawan yang cerita di sekolah dasar anaknya, pekerjaan rumah yang diberikan oleh gurunya adalah tentang inovasi dan kreativitas. Alhamdulillah kalau para pendidik kita sudah sadar arti penting kreativitas dan ditanamkan sejak dini. Mari menjadi bagian dari para inovator dan implementor dengan membentuk ekosistem yang ramah terhadap berkembangnya kreativitas. Benih itu disemai melalui pendidikan. (Try)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun