Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kasidi Nomor 401: RUBELA DAN VAKSIN

21 Juli 2017   12:31 Diperbarui: 7 Maret 2022   05:03 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://id.pinterest.com/pin/1337074883827594/

Kasidi 401    Rubela dan Vaksin

Dulu, sewaktu masih duduk di bangku SD, Kasidi pernah menderita cacar air, sebuah versi penyakit yang dianggap jauh lebih ringan dari penyakit cacar, karena jika cacar bekasnya akan permanen di kulit, sedangkan cacar air bekasnya akan hilang sama sekali. Mereka yang menderita cacar, setelah sembuh, kulitnya akan 'burik', tampak jelas dan akan selalu ada seumur hidup. Sebuah penyakit yang sama sekali tidak menyenangkan. 

Cacar air sendiri juga tidak menyenangkan ketika sedang diderita, tetapi lumayan melegakan setelah sembuh karena perlahan tetapi pasti bekas-bekasnya akan menghilang dan kulit akan halus dan mulus seperti semula, dan juga orang yang sudah pernah menderita penyakit ini tidak akan pernah menderita penyakit ini lagi. Hanya saja, karena penyakit ini masih bisa menyebar, lalu bagaimana mencegah penyakit ini supaya tidak menyebar? Dengan imunisasi, dengan vaksinasi, dan sejumlah langkah pencegahan lainnya sesuai dengan kaidah ilmu pengetahuan.

Saat ini, meskipun masih ada apa yang disebut cacar atau cacar air, tetapi rasanya semakin jarang saja dua nama ini disebut orang. Yang sekarang banyak disebut dan sangat populer adalah 'rubella', sebuah nama yang terdengar indah karena memberi kesan 'cantik, manis dan elegan'. Sayangnya - nama lain untuk nama yang cantik, manis dan elegan ini adalah campak Jerman - dampak jenis penyakit ini sama sekali tidak cantik, tidak manis dan tidak elegan.

 Gejala rubella, memang kelihatan sepele seperti demam, bercak merah, batuk, pilek, konjungtivitis, atau mata merah, tetapi, komplikasi campak ini memberatkan karena bisa menyebabkan radang paru, radang otak, diare berat, radang telinga, dehidrasi hingga menyebabkan kematian. Di balik nama yang indah ada tangan-tangan maut yang menakutkan.

Rubella bukan campak biasa. Penyebab berbeda, penanganan berbeda, dampak ikutannya juga berbeda. Jika campak biasa penyebabnya paramyxovirus, campak jerman penyebabnya virus Rubella RNA, dan dari nama virusnya inilah nama Rubella muncul. Yang lebih menakutkan jika virus ini menyerang ibu yang sedang hamil, khususnya hamil muda, karena dampak ikutan yang berhasil diidentifikasi sangat menakutkan. Sindrom rubella kongenital dapat menyebabkan cacat lahir pada bayi, seperti tuli, katarak, penyakit jantung kongenital, kerusakan otak, organ hati, serta paru-paru. Juga dapat memunculkan diabetes tipe 1, hipertiroidisme, hipotiroidisme, pembengkakan otak hingga aborsi spontan, atau keguguran mendadak.

Sindroma rubella kongenital ini, juga bisa menimbulkan kelainan bawaan seperti gangguan mental atau retardasi mental, kelainan jantung dan otak, tuli, hingga kebutaan. Jadi, sangat membahayakan bagi ibu hamil. Jadi dengan dampak ikutan yang seperti ini, sikap apatis dan tidak perduli jelas tidak pada tempatnya. Itulah sebabnya mengapa tindakan pemerintah melalui kementerian kesehatan yang tegas dan menyeluruh pantas diapresiasi.

Vaksin MR -- Measles Rubella -- telah disediakan secara gratis oleh pemerintah, dan karenanya pemerintah mengharuskan dan mewajibkan untuk semua anak berusia 9 bulan sampai 15 tahun diimunisasi menggunakan vaksin MR, bersama-sama dengan kurang lebih 9 vaksin wajib lainnya. Karenanya ayo para ibu, sempatkan dan luangkan waktu untuk membawa putra-putri anda yang belum usia sekolah ke posyandu, sebab mereka yang sudah usia sekolah akan divaksinasi melalui sekolah-sekolah  mereka. Ini wajib dan harus ya, jadi jangan ngotot menolak.

Lho, Kasidi kok sekarang bicara masalah vaksinasi segala, emangnya tahu apa tentang vaksinasi? He he he ... ya tidak paham ilmu penyakitnya atau ilmu vaksinnya, tetapi karena sudah mempunyai cucu dan akan segera mempunyai cucu yang lain, jadi mau tidak mau yang terpaksa membaca dan belajar. Kasidi no. 401 -- XZSS21072017 - 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun