Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sepeda Motor Butut Itu Pun Diambil

25 April 2017   06:53 Diperbarui: 25 April 2017   17:00 674
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi : dok,pribadi

Sepeda Motor Butut Juga Diambil

"Opa,malam tadi mantan suamiku datang bersama istri barunya,untuk mengambil satu satunya sepeda motor butut,yang sangat saya butuhkan untuk hidup .Sepeda motor ini saya gunakan untuk mengantar putri saya ke sekolah dan untuk mengantarkan pesanan katering.Saya sudah memohon mohon,tapi tetap saja sepeda motor itu dibawa suami saya...."

Cangkir kopi yang sudah saya pegang,saya taruh kembali ke meja,tidak jadi saya meneguknya,setelah membaca pesan di What's App saya. Kendati ,Santi,yang memanggil saya Opa,sama sekali tidak ada hubungan darah dengan kami sekeluarga,namun ia adalah putri sahabat kami .Saya sempat beberapa kali bertemu,sewaktu Santi masih duduk di SMA Namun sejak ayahandanya meninggal ,dalam usia yang relatif masih muda dan kami pindah ke Australia,sudah tidak pernah ketemu lagi.

"Apa salah saya Opa,sehingga harus menerima perlakuan seperti ini? Saya tidak pernah menghianati suami saya.Semua tugas saya sebagai seorang istri sudah saya lakukan sebaik baiknya. Bagi saya,suami saya adalah satu satunya pria dalam hidup ini.Saya sungguh tidak tahu lagi,apa yang harus saya lakukan"

Kata Orang.Saya Sudah Banyak Makan Asam Garam

Kata orang,saya sudah banyak makan asam garam dan sudah mencoba minum betapa pahitnya rasa empedu.bukan cuma sekali,tapi berkali kali. Karena itu ,isi WA dan pesan di facebook saya,rata rata isinya,minta saran dari saya. Dan hal ini saya lakukan dengan ikhlas ,selama belasan tahun,menjadi konsultan ilmu kehidupan,tanpa mengharapkan imbalan apapun. Akan tetapi,sesungguhnya,saya tidak sehebat,seperti yang mungkin dipikirkan  orang .Apalagi menjawab pertanyaan Santi,yakni :"Apa lagi yang harus dilakukannya?"

Seandainya,saya menjawab:" Maaf,saya juga tidak tahu ",maka pasti akan sangat melukai hati Santi dan saya akan merasa sangat berdosa,karena telah mengecewakan orang,walaupun bukan cucu kandung kami ,bahkan tidak ada hubungan darah sama sekali.

Kalau saya menjawab:" Sabarlah dan berserah dirilah kepada Tuhan" ,saya merasa ini jawaban "surgawi" yang sama sekali tidak memberikan jalan keluar bagi Santi.Atau saya bisa saya bersikap cuek bebek,dengan berpikir:" EGP atau emangnya gua pikirin",rasanya koq sadis amat.

Menikah untuk Saling Menyakiti?

Saya amat yakin,bahwa Santi bukanlah satu satunya wanita ,yang sekaligus merupakan seorang istri,yang mengalami penderitaan seperti ini.Ada ribuan "Santi " lainnya diluar sana,yang mengalami derita ,justru setelah berkeluarga. Sehingga terbersit dalam pikiran  saya,mengapa orang menikah dan kemudian saling menyakiti dan saling melukai? Kali ini Santi ,sebagai seorang istri yang terluka,tapi disisi lain,tak kurang seorang pria yang gagah dan kuat,ketika jatuh sakit,dicampakkan istrinya di dapur .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun