Kisah yang Sudah Tenggelam Ditelan Zaman
Ini kisah tempo dulu. Setiap tahun menjelang Natal,anak anak di sekolah sibuk membicarakan tentang kedatangan Sinterklas. Anak anak tidak tahu,mengenai apakah hari Santa ini produk barat atau timur. Yang pasti hampir semua anak anak menunggu kedatangan Santa yang hanya berkunjung sekali dalam setahun dan jatuh pada setiap tanggal 5 Desember.
Konon Santa datang dengan kuda terbang Membawa satu karung oleh oleh untuk dibagikan kepada anak anak se dunia. Supaya Sang Sinterklas mau datang berkunjung,maka setiap anak harus menyediakan rumput untuk makanan kuda nya. Meletakkan di atas kedua belah sepatu. Keesokan harinya ,rumputnya hilang dan diatas sepatu tergeletak bingkisan Natal dari Sang Sinterklas.
Beragam mainan dan permen,yang ketika itu masih sangat langka,dipertontonkan dengan berbangga hati Semua bergembira ria,kecuali saya. Betapa tidak, sudah 3 tahun lamanya saya menantikan kedatangan Sinterklas dengan penuh harap.
Sejak duduk di bangku TK ,hingga naik ke kelas 3 Sekolah Rakyat,tidak sekalipun Sinterklas singgah di rumah kami. Apalagi memberi hadiah. Padahal, saya sudah rela berjalan kaki sejauh 5 kilometer demi mendapatkan rumput terbaik untuk kuda Sang Sinterklas. Namun tetap saja Santa tidak pernah mau singgah.
Bertahun tahun dikecewakan Sinterklas,maka sebagai seorang anak,yang baru berusia 9 tahun,dalam hati saya tumbuh rasa dendam.
Saya berjanji pada diri sendiri,kelak kalau saya sudah dewasa,saya akan menjadi Sinterklas. Dan yang akan saya bagikan hadiah hanyalah orang-orang miskin saja. Orang kaya, tidak akan pernah saya berikan bahkan tidak sebungkus permen pun. Itulah kenangan yang sudah berlalu selama lebih dari 68 tahun,namun masih sangat jelas dalam ingatan saya.
Hampir sepuluh tahun, saya sempat menjadi Sinterklas hingga akhirnya harus meninggalkan kampung halaman dan hijrah di jakarta. Kenangan kecil, sekedar untuk mengenang tanggal 5 Desember,yang jatuh pada hari ini.
Semoga kelak saya dapat menjadi Sinterklas, bukan hanya untuk anak-anak, tapi untuk siapa saja yang membutuhkan. Semoga Tuhan memberikan saya kesempatan untuk itu.
Tjiptadinata Effendi