Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kegagalan adalah Pelajaran Paling Berharga

18 Agustus 2017   19:16 Diperbarui: 19 Agustus 2017   07:21 2081
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: depositphotos.com

Perlu Belajar Dari Kegagalan,Agar Tidak Sia Sia Penderitaan Kita
Setiap  bayi yang baru lahir pasti ditandai dengan tangisan. Memproklamirkan  bahwa ia sudah lahir di dunia ini. Tidak ada bayi yang begitu lahir, terus bisa tertawa. Begitu juga ketika mulai berusia satu tahun,bayi belajar  merangkak terlebih dulu. Merangkak bagi seorang bayi bukan masalah  mudah. Tidak jarang keseimbangannya goyah dan kepalanya terantuk  kelantai. Ia menangis dan kita tidak mungkin karena saking  menyayanginya,terus mengendongnya sepanjang hari. 

Karena bilamana hal  ini dilakukan,maka hampir dipastikan bayi akan mengalami kelumpuhan  sepanjang hidupnya. Karena itu bayi dibiarkan merangkak, kendati  terkadang kBelaepalanya terbentur kelantai dan ia menangkis kesakitan.  Dari rasa sakit  inilah bayi belajar mengingat secara alami,yang  ditandai oleh alam bawah sadarnya,sehingga ia tahu bagaimana menjaga  keseimbangan ,agar kepalanya jangan sampai terbentur kelantai. Begitu  juga ketika mulai berjalan,pasti berkali kali akan terjatuh dan bisa  jadi lututnya berdarah. Tapi itu adalah proses agar ia tumbuh menjadi  kuat dan mampu berdiri dan berlari.Tidak seorangpun ,betapapun besarnya  rasa sayangnya pada anaknya,yang dapat menggantikan peran anak . Karena setiap manusia dilahirkan sejak dari bayi,sudah harus belajar  ,bertanggung jawab atas keselamatan dirinya.

Belajar Mengendarai Sepeda
Ketika  sudah mulai berajak menjadi anak anak ,maka diajarkan naik sepeda roda  tiga atau sepeda mini khusus untuk anak anak. Seperti halnya ketika belajar berjalan,maka ketika belajar mengendarai sepeda ,pasti akan  mengalami jatuh dari sepeda. Bukan hanya sekali,tapi berkali  kali,sehingga ia mampu mengendarai sepeda dengan baik. Seandainya  ,karena merasa sayang anak,maka kita tidak mengijinkan anak untuk  belajar naik sepeda dan cukup berboncengan dengan kita,maka seumur hidup  ia tidak akan pernah dapat mengemudikan sepeda

Belajar dari Sejak Buaian
Disinilah  kita merasakan kebenaran akan pribahasa :"Belajarlah sejak dari  buaian,hingga keliang lahat" . Karena seorang anak bukan hanya sekedar belajar merangkak,berjalan dan berlari serta naik sepeda,tapi ada banyak  hal yang perlu dipelajarinya. Mulai dari cara makan dengan menggunakan sendok dan garpu. Bagaimana agar makanan tidak berserakan dimeja makan  dan dilantai dan seterusnya.


Kemudian,bagaimana merapikan tempat  tidur sendiri,begitu bangun dipagi hari,bagaimana menggosok gigi  ,bagaimana menggunakan Hp.Selanjutnya bagaimana cara mengoperasikan  sebuah laptop .Yang kalau diuraikan secara detail,akan menjadi sebuah  buku yang tebalnya  bisa berpuluh puluh halaman.

Belajar Dari Kegagalan
Saya  pernah mengalami kegagalan berkali kali dalam hal bisnis. Saking  mengebu gebunya keinginan untuk memperbesar jaringan perusahaan,maka tidak cukup puas dengan menjadi Eksportir Kopi dan Cassia,saya mulai  masuk dalam bisnis Pinang ,Damar,Cardamon dan cengkeh. Akibatnya saya menjadi gagal fokus. Hal yang semula sudah berjalan dan tertata dengan  baik,kini menjadi acak acakan. Bayangkan ada 4 gudang yang berisi komoditas dagang yang berbeda,yang mana yang harus saya  prioritaskan?

Sesudah berlangsung selama 6 bulan,saya merasa sudah salah  melangkah terlalu jauh dan terlalu cepat.Seharusnya pada saat sadar diri  bahwa saya sudah keliru dalam mengambil keputusan,sesegera  mungkin  berhenti dan menata ulang kondisi perusahaan.Tetapi karena mengedepankan  rasa gensi dan kuatir akan menjadi bahan tertawaan teman bisnis,karena  baru mulai sudah keok,maka saya memaksa diri untuk terus maju. Akibatnya plafond kredit sudah sampai diambang batas maksimal. Tetapi perusahaan akan terhenti sampai disana,bilamana tidak mendapatkan suntikan dana segar. Maka nekad mengajukan kenaikan Plafond kredit dan ternyata disetujui,karena selama bertahun tahun,tidak pernah menunggak pada bank.

Over Condifidence yang Menghancurkan Diri Sendiri
Pada  awalnya, dropping dana segar dari bank,membuat usaha saya berjalan  lancar kembali,karena cash flow sudah memadai .Tetapi akibat seluruh perhatian terkuras untuk  mengejar produksi barang untuk diekspor,ada  hal penting yang saya lupakan,yakni dokument pengalapan barang.
Saya  sama sekali tidak memeriksa,bahwa karena pada waktu itu kapal Pelni yang  merupakan satu satunya,alat transportasi untuk mengirim barang ke  Singapore naik dok ,karena ada kerusakkan,L/C atau Letter of Credit saya  sudah berakhir jangka waktunya. Jadi seharusnya sebelum barang barang  dikapalkan,sudah harus ada ditangan perpanjangan Letter of Credit dari  Pembeli di Singapore.  

Karena keteledoran saya,barang sudah terlanjur  dimuat ,sementara L/C sudah jatuh tempo. Baru sadar diri,setelah kapal  berangkat dan saya ke bank devisa untuk mencairkan L/C,yang dilengkapi  dengan Bill of Lading dari Pelni,bahwa memang 65 ton barang saya sudah  dimuat ke kapal. Tetapi sangat kaget ,ketika karyawan bank menyatakan  bahwa L/C tidak dapat diuangkan,karena sudah expired date. Buru buru  saya menelpon ke Singapore kepada Pembelinya, dan jawabannya sangat  menyenangkan hati . "Don't worry Mr.Effendi. You are my best friend. I  don't running with your money. Believe me,trust me. I will extend the  L/C soonest."

Tapi itulah terakhir kalinya sahabat bisnis saya  menerima telpon saya Karena sejak saat itu hingga kini,kami tidak pernah  berhubungan lagi dan seluruh barang yang saya kirimkan sebanyak 65  ton,diperolehnya secara gratis,akibat keteledoran saya. Sudah lama  berlalu,tapi jadi pelajaran pahit bagi saya dan semoga menjadi pelajaran  berharga untuk orang banyak.Agar tidak perlu membayar uang sekolah  seperti saya.

Hindari Gagal Fokus
Bukan hanya  dalam hal bisnis,tapi dalam hal apapun,jangan sampai mengalami gagal  fokus.Karena bilamana hal ini sampai terjadi,maka kita seakan berada  dipasar yang hiruk pikuk dan menjadikan kita kehilangan kewaspadaan.Maka  dengan mudah akan menjadi sasaran tembak dari orang yang berniat tidak  baik,termasuk orang yang selama ini kita anggap sahabat bisnis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun