Lha iya, naik haji saja kok ya pake uang korupsi, Hanya separuh pula pengakuannya. Lha terus korupsinya itu cuma berapa, sampe KPK turun tangan segala.Â
Ini KPK juga menggelikan, lha logika korupsi untuk menambah separuh uang naik haji lha kok DIJADIKAN alasan NIAT JAHAT yang perlu diungkap ke publik. Ditebar keras-keras ke seantero media.
"Ciyeee... Fauzi kebakaran jenggot nih yeee...".
Kebakaran gundulmu itu. Lha saya malah senang kok mendengar berita ini. Malah menambah keyakinan betapa tingginya nilai ibadah haji ini. Sampai harus LELES (nyeser) lewat korupsi.
Ingat lho ya, korup itu perbuatan elit, hanya orang-orang pilihan yang bisa melakukan. Kalau tidak elit, mana bisa yang hukumannya (seharusnya) otah dibedah, Yah, malah cukuplah hanya numpang tidur, berhenti sejenak.
Untuk hukumnya naik haji dengan uang haram?Â
Ya tetaplah. Lha wong ibadah haji ini diwajibkan (bagi yang sudah mampu) jauh sebelum para manusia ahli berkorupsi kok. Ngga nyambung kelesss.
Jadi, koruplah! Lalu, silahkan uangnya dibuat untuk (agar terkesan manis) mbangun masjid, sedekah, naik haji, dan sejenisnya. Ngga akan pernah goyah itu nilai rasa sebuah ibadah.Â
Yang ambruk ya paling-paling si pelaku sama para yang genit memberitakan untuk menurunkan derajat nilai Islam. Termasuk pembaca yang terkecoh akan pengelabuan berita-berita semacam ini, yang kemudian ikut kang kung kang kung membelokkan seolah-olah nilai ibadah sederajat dengan oknum yang melakukannya.Â
Lha, yang kayak gini-gini ini semerbak di mana-mana. Maka lahirlah manusia sekelas Gatot Brajamusti, sekelas kecebong, sekelas penjilat, sekelas pemfitnah, sekelas penjual ayat-ayat, sekelas antek-antek.
Lha yang dipikir cuma puser ke bawah, dada ke atas dibiarkan telanjang!