Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop featured

Ketika Pelanggan Taksi Beralih ke Ojek Online

9 Oktober 2015   21:10 Diperbarui: 4 Oktober 2016   08:00 1448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kumpulan transportasi online. liputan6.com

Moda transportasi Gojek mulai merubah pola transportasi warga Jakarta. Kehadiran Gojek dengan menggunakan aplikasi online nampaknya memberikan kemudahan bagi warga ketika ingin keluar rumah untuk keperluan sesuatu. Layaknya taksi, Gojek kini bisa dipesan dalam waktu seperkian menit mampu hadir didepan rumah dan mengantar penumpang sampai di depan pintu alamat tujuan. 

Dengan jarak tempuh yang sama penumpang Gojek hanya membayar seperlima dibanding tarif argo taksi. Perbandingan harga njomplang inilah yang menyebabkan pelanggan Taxi mulai beralih ke Gojek.

Selain tarif transportasi murah, di tengah padatnya transportasi ibukota maka Gojek menjadi pilihan alternatif utama karena mampu menembus kemacetan. Warga  yang setiap hari naik taksi berangkat ke tempat kerja lambat laun mulai memilih Gojek.  

Murah dan lebih cepat sampai di kantor. Terkait dengan kondisi ini, sudah beberapa kali saya mendengar keluhan pengemudi taksi atas keberadaan dan kehadiran Gojek di Jakarta.  Sopir taksi kini mulai kekurangan penumpang jarak pendek dan jarak sedang. Sedangkan untuk jarak jauh serta penumpang membawa barang yang banyak, warga tetap masih memilih taksi.

Apalagi manajemen Gojek beberapa bulan terakhir ini masih mengenakan tarif promo sepuluh ribu rupiah untuk jarak tempuh maximal 25 KM. Tarif promo itu sekarang meningkat menjadi Rp. 15.000 namun tidak mengurangi kebutuhan warga yang ingin menikmati berkendara senyaman taksi dalam artian bisa dijemput di rumah dan diantar persis sampai tempat tujuan. Perbandingan biaya transportasi menjadi acuan utama, sehingga ketika di kalkulasi pengeluaran per bulan untuk transportasi menurun sangat tajam.

Beberapa supir taksi menginginkan sistem pesan kendaraan mereka jangan lagi melalui call center di pusat pelayanan telepon.  Ada kendala waktu yang cukup signifikan dibanding memesan Gojek. Supir taksi malah menyarankan kalau manajemen taksi menyetujui usulan mereka yang menginginkan pola pesan taxi langsung ke pengemudi seperti di aplikasi si-tukang Gojek.  

Mungkin saran dari para sopir ini bertujuan agar faktor kecepatan kehadiran taksi pesanan di depan rumah bisa melebihi kecepatan gojek atau paling tidak sama dengan motor ber roda dua itu. Sehingga persaingan mejadi lebih seimbang ditinjau dari efisien waktu antara pesan taksi dan pesan Gojek.

Dari sisi pengemudi Gojek bukan tidak ada keluhan. Di awal awal Gojek mulai beroperasi di Jakarta, penghasilan pengemudi motor ini bisa mendapatkan uang lumayan besar dalam sebulan. Melihat begitu besarnya penghasilan pengemudi gojek, maka serta merta pengemudi ojek konvensional berbondong bondong antri melamar menjadi Gojek.  

Apa pasal? Hukum ekonomi supply dan demand berlaku di sini. Ketika permintaan jasa gojek tidak bertambah atau stabil sedangkan jumlah suplly gojek semakin bertambah maka otomatis kurva menunjukkan penghasilan pengemudi gojek otomatis menurun.

Inilah satu proses yang harus dijalani ketika ada tawaran baru pada alternatif transportasi di Jakarta yang super macet. Mulai timbul gesekan gesekan kecil dan kemudian dikuatirkan akan terus membesar apabila manajemen Gojek tidak membatasi jumlah gojek yang tersedia. 

Apalagi Pak Ahok sudah mulai berang mendapat laporan bahwa pengemudi Gojek sengaja parkir menunggu pelanggan di area tortoar. Tentu perilaku tidak disiplin melanggar rambu rambu lalu lintasi ini membuat Jakarta semakin macet.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun