Mohon tunggu...
Thamrin Sonata
Thamrin Sonata Mohon Tunggu... Penulis - Wiswasta

Penulis, Pembaca, Penerbit, Penonton, dan penyuka seni-budaya. Penebar literasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

KutuBuku dalam Catatan Kecil Pelatihan Menulis Guru di Cianjur

27 Februari 2017   09:13 Diperbarui: 27 Februari 2017   22:01 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peserta Pelatihan 232, Nara Sumber KutuBuku (dok.T

Tersebab perbincangan kecil antara saya dengan Dra. Nuraeni, M.Pd Pengawas Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Cianjur. Hingga kemudian melalui KutuBuku, komunitas di Kompasiana bersepakat untuk mengadakan Pelatihan Menulis bagi Guru-Pengawas dan Kepala Sekolah.

“Saya berterima kasih pada Bu Atjih, sehingga Pak Thamrin dan Pak Isson datang ke SMPN Satu Cipanas untuk mengadakan pelatihan menulis bagi guru di Cianjur,” kata Pak Tono Hartono, Kepala Sekolah SMPN 1 itu, Rabu siang (22/2) di Ruang kerjanya. Kelanjutan yang manis.

Peserta deret barat
Peserta deret barat
232-deret-timur-ok-58b388a1b27e61340d60bdd3.jpg
232-deret-timur-ok-58b388a1b27e61340d60bdd3.jpg
Sambutan hangat itu menjelaskan cukup jernih. Perihal Bu Atjih sebagai guru di sekolah itu yang telah menulis buku dan terhubung dengan saya serta Isson sebagai komunitas KutuBuku dari Kompasiana. Kata lanjutannya adalah, bahwa literasi sedang digoreng di Kota Tauco wilayah bawah Puncak pass arah Bandung untuk dibagikan sebagai kebaikan di lingkungan pendidikan khususnya.

Maka, Kamis (23/2) esok harinya acara dari sambungan ini terjadi. Guru beberapa sekolah tergabung di sini dengan nawaitu meluruskan niat belajar dari para pembelajar. Maka absah: pembagian atawa belajar bersama perihal menulis, dalam seharian terjadi. Ini jika dikaitkan dengan kata-kata pionir Kompasiana Pepih Nugraha: Tak ada sekolah menulis, yang ada berbagi dalam menulis.

232-rum-dan-bu-ning-58b388ca397b61f904d14eed.jpg
232-rum-dan-bu-ning-58b388ca397b61f904d14eed.jpg
232-arum-bu-ade-58b3892a107f61c217cf0d56.jpg
232-arum-bu-ade-58b3892a107f61c217cf0d56.jpg
232-arum-ke-bu-nita-58b389402623bd9804917a5c.jpg
232-arum-ke-bu-nita-58b389402623bd9804917a5c.jpg
232-arum-pak-tono-58b389590e9373710ffa7383.jpg
232-arum-pak-tono-58b389590e9373710ffa7383.jpg
Isson Khairul, selaku nara sumber dan pelaku media pun mencoba dengan menawarkan: main karet gelang merah kepada peserta. Yakni menyerupai permainan anak-anak, melemparkan ke arah leher botol dari jarak 5 (lima) langkah di depannya. Ternyata, hanya Pak Tono, Bu Nita, Bu Ade dan Bu Ning (peserta dari Kabupaten Bogor).Itu pun masing-masing satu gelang merah yang bisa masuk ke leher botol.

“Dalam menulis, kita perlu fokus, konsentrasi,” jelas Isson, kemudian.

Inilah seni menulis berbagi dengan cara yang sepertinya mudah. Meski, ada target dari minat dan niat yang tak bisa dicapai dengan baik. Kata lain. Bahwa menulis pun perlu terus-menerus mengasah. Tak cuma mengerti teori. Walau, ibarat baru dalam belajar naik sepeda tak ada teori secara benar. Bisa ditempuh dari berbagai cara, dan bisa jatuh-bangun untuk kemudian bisa mengendarai kereta angin. Di ujungnya ada rangkaian kata, dan yang penting, sebuah tulisan ibaratnya: More than Word.   

232-isson-58b389946ea834f8038b4567.jpg
232-isson-58b389946ea834f8038b4567.jpg
       

Rangsangan ini, menggoda. Bahwa menulis, seperti kerap muncul salah satunya untuk melawan lupa, sebagai penyampaian tentang sesuatu yang berupa teks kepada pihak lain. Konteksnya, tentu, apa yang dikuasai masing-masing individu. Dituangkan dalam bentuk tulisan secara runtut-utuh-bermisi untuk dibagikan. Dan jika kini sudah merambah dunia digital di era milenial ini, nah gurulah yang bisa menularkan tulisannya kelak sebagai buah pemikirannya di luar tugas mendidik di empat dinding ruang kelas.

Dari sinilah niat berbagi dalam acara pelatihan ini. Jika menulis itu ada misi menjadi manusia bermarwah dan tak terjebak moto tren belakangan dari plesetan: Jarimu, Hariamaumu. Kalau dalam menulis, perlu rem. Perlu pemikiran-kebijakan-perbaikan akal budi. Sebagai pendidik, tentu, mengerti apa arti dampak jika dirinya menuliskan sesuatu di media apa pun di era kekinian.

232-ts-ok-cover-58b389b5397b61ce04d14eed.jpg
232-ts-ok-cover-58b389b5397b61ce04d14eed.jpg
Antusiasme mereka, sebenarnya tak muncul ujug-ujug atawa seperti tahu goreng dadakan seharga lima ratus rupiah itu. Karena Bu Erni – yang sempat didapuk membaca sebuah puisi berbahasa Sunda – sudah punya buku Ceu Entin, Bu Ning Ayu, selain Bu Atjih. Pun Adi Rosadi yang sudah mempublikasikan karya fiksinya  di majalah sastra Horison, dan Bu Ade, Bu Nita, Bu  serta Bu Nuraeni terlibat dalam sebuah pembuatan buku antologi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun