Perempuan, dewasa dan anak-anak yang dijadikan budak seks meningkat di mana mana. Berdasarkan laporan dari ILO (International Labor Organization), payung organisasi dibawah PBB (Perserikatan Bang Bangsa), jumlah "budak seks" adalah 3,6 juta tahun 2013, kemudian menjadi 4,8 juta jiwa tahun 2017 di seluruh dunia.
Budak seks disini maksudnya adalah eksploitasi perempuan, termasuk diperjual belikan untuk sex komersial. Kalau diperluas, "kawin paksa" juga termasuk dalam perbudakan. Ada 15,4 juta perempuan yang dipaksa untuk kawin, bahkan kepada lelaki yang mereka tak kenal sebelumnya.
Direstui Oleh Negara
Perbudakan sendiri meningkat tajam, sekitar 33%, dari 30 juta di tahun 2013 menjadi 40 juta di tahun ini. Selain 20 juta "budak seks," ada 20 juta orang yang dipaksa untuk melakukan pekerjaan pekerjaan berbahaya, tanpa bayaran dan tanpa mengenal waktu.
Menurut ILO, masih ada negara negara yang "merestui" perbudakan. Diestimasi sekitar 4,1 juta orang yang "dipaksa" bekerja oleh negara (dijaman gubernur jenderal Daendel disebut dengan istilah kerja rodi). Biasanya melakukan pekerjaan di sektor pertanian, pembangunan infrastruktur dan berbagai pekerjaan berbahaya (berisiko tinggi).
Pemaksaan yang dilakukan negara ini dikategorikan sebagai perbudakan juga. Siapa saja yang dipaksa oleh negara? Mereka adalah para tahanan (narapida) dan militer, tujuannya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Â Â
Bagaimana Indonesia ?
Dari foto di atas, tak ada wilayah yang "immune" terhadap perbudakan, bahkan terjadi juga di Eropa dan Amerika. Untuk negara kita, Indonesia dimasukkan ke dalam wilayah Asia Tenggara. Di wilayah ini, diestimasi ada sekitar 11,7 juta budak (kerja paksa).
Wanita dieksploitasi untuk memenuhi "demand" industri wisata. Daerah wisata semacam Bali dan Lombok menjadi destinasi "sex tourism" mancanegara. Disinyalir turis turis dari Australia khusus datang untuk tujuan "sex child." Sekitar 30% prostitusi di daerah wisata, berusia dibawah 18 tahun.
Gejala seperti ini tak bisa dibiarkan. Pemerintah Indonesia dengan pemerintah negara sumber (asal) turis harus bekerjasama untuk mencegah "sex tourism" yang mengeskploitasi anak anak. Semoga !